Bagian 23

27 8 0
                                    

Matahari telah tenggelam, bintang gemintang kembali menyinari Harsa. Aku melihat ke langit luas, ini malam keempatku di Harsa, tetap saja bulan tidak terlihat sama sekali. Apa benar ini planet lain? seperti yang diceritakan Gyula dan Lajos. Planet ini tidak memiliki satelit seperti bumi memiliki bulan. Apa ini bukan Galaksi Bimasakti? lalu galaksi apa? Berapa ratus tahun cahaya jaraknya dari Bumi?

"Naya, kesini sebentar!" Suara Paman Azel membuyarkan lamunanku dari langit penuh bintang.

"Iya, Paman." Aku berdiri kemudian mendekat kepada Paman Azel yang tengah menyiapkan kayu untuk api unggun.

Hanya aku yang tinggal berdua dengan Paman Azel, sementara yang lain mencari air minum ke hutan. Mereka menampung air dari pepohonan, serta akar tumbuhan dan lumut. Setidaknya itulah yang dijelaskan Reiga sebelum pergi. Mungkin saat kembali ke Bumi aku harus belajar menjadi seorang petualang untuk bisa bertahan di alam. Agar aku tahu bagaimana mencari air di tengah hutan seperti ini. Menentukan mana daun yang bisa kumakan dan mana yang tidak.

"Hidupkan unggunnya dengan kekuatanmu, Nay," perintah Paman Azel saat aku sudah duduk di dekatnya.

Aku menurut patuh, lekas ku angkat telunjuk kananku, kemudian dalam sekejap mata, api biru keluar dan langsung membakar tumpukan kayu. Tak butuh waktu lama, kayu-kayu kering itu terbakar dan api unggun kami pun mulai menyala. Ternyata saat aku sudah menguasai tekniknya, mengeluarkan api dari tanganku ternyata amatlah mudah.

"Naya, apapun yang terjadi, jangan perlihatkan kemampuan ini kepada siapapun. Jika ada orang-orang di Harsa ini tahu kamu pengendali api, mereka akan memburumu sampai dapat. Juga di Bumi, jangan perlihatkan kemampuan ini kepada siapapun disana. Kita tidak tahu seperti apa hubungan para raja-raja yang berkuasa di Harsa ini dengan manusia Bumi," pinta Paman Azel.

"Apa itu berarti raja-raja di Harsa ini telah melanggar perjanjian 800 tahun lalu dan membuka pintu ke Bumi, Paman?" Aku penasaran dengan ucapan Paman Azel barusan.

"Tidak ada yang tahu pasti, Nay. Tapi selama aku menjalankan misi ini, aku sudah banyak melihat benda-benda aneh yang tidak ada di Harsa. Benda-benda besi yang bisa membunuh orang dari jarak jauh dalam sekejap mata. Lebih mematikan dari panah, isinya bisa menembus dada tanpa terlihat, lalu membunuh orang dalam waktu itu juga. Itu tidak ada di Harsa, Nay." Paman Azel menarik nafas panjang, kemudian melepaskannya dengan berat.

"Juga benda terbang bercahaya, pipih. Saat aku dan Adara pergi berdua mengirim surat diplomasi Ratu Meera ke tenggara, kami diserang benda pipih itu, mereka mengeluarkan cahaya putih yang langsung bisa menghanguskan apa saja. Untung kuda-kuda kami lincah dan bisa menghindar, mengelabui benda itu dengan melompat ke lereng jurang."

Aku menelan ludah, apa yang dimaksud Paman Azel adalah senjata laras panjang, atau mungkin pistol? Dan juga benda pipih itu adalah UFO? Jika iya, maka bisa jadi itu memang dari Bumi dan mungkin juga dunia lain(Vida). Peradaban di Harsa seperti sekarang ini tidak mungkin bisa membuat senjata laras panjang apalagi UFO.

"Kamu mungkin bukan pengendali api satu-satu yang masih hidup, Nay. Hanya pengendali Api yang bisa membuka pintu ke dunia lain. Jika mereka benar mendapatkan senjata itu dari Bumi, maka sudah pasti itu karena mereka memiliki pengendali api di kerajaan mereka, Nay," lanjut Paman Azel menjelaskan.

"Termasuk juga ke Vida, Paman?" tanyaku.

"Kamu sudah tahu juga soal Vida, Nay? Apa dari Gyula dan Lajos?"

Aku mengangguk menjawabnya.

Paman mengembuskan nafas berat (lagi) "Aku tidak tahu pasti, Nay. Satu-satunya pembuka pintu ke dunia lain yang kami punya adalah kakekmu. Dulu dia tidak pernah membuka pintu ke dunia lain, hanya karena sebuah kesalahan, Raja Elson marah, dan dia melarikan diri ke Bumi."

Bumi dan Harsa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang