Bagian 28

28 9 0
                                    

Paman Azel menuju sebuah rumah berukuran besar di Desa Azaran, rumah itu adalah balai Desa. Tempat masyarakat merembukkan semua permasalahan desa. Sekalipun suasana malam, balai desa tampak sangat jelas, obor-obor terpasang rapi di sepanjang dinding rumah tersebut. Di depannya juga ada tumpukan kayu yang aku duga untuk keperluan api unggun saat mereka berkumpul malam hari di balai desa.

Semua orang yang berlalu lalang di jalan desa melihat ke arah kami. Termasuk juga orang-orang yang tengah berada di dalam rumah mereka. Dari jendela bulat serta pintu rumah mereka yang terbuka, mereka menatap penasaran ke arah kami yang berhenti di depan rumah itu. Kami turun dan segera mengikat kuda-kuda di tiang khusus untuk mengikat kuda.

Seorang perempuan paruh baya keluar dari rumah terdekat dengan balai desa. Rumahnya berada tepat di samping balai desa tersebut. Dia turun dari tangga rumah dan menghampiri kami dengan wajah menyelidik.

"Malam, kalian ini siapa? Ada perlu apa berhenti di depan balai desa kami?" sambutnya dengan tidak ramah.

Paman Azel menarik nafas sejenak, "Mohon maaf atas kedatangan kami yang mendadak ini, Bu. Kami datang dari utara dan ingin bertemu dengan kepala desa ini," jawab Paman Azel yang berjalan pelan menghampiri perempuan berambut panjang sepinggang itu. Pipinya tirus, bulu matanya lentik dan alisnya hitam tebal. Senyumnya manis, memperlihatkan gigi rapinya, ia mengenakan pakaian putih dengan campuran warna kuning.

"Kepala desa? Ada perlu apa kalian mencarinya?" tanya perempuan itu menyelidik.

"Ada pesan yang perlu kami sampaikan kepada kepala desa, Bu," jawab Paman Azel dengan singkat, perempuan itu mengangguk paham.

"Tunggu sebentar, aku panggilkan dulu suamiku, tadi dia sedang makan," ucap perempuan itu, ia kemudian pamit kembali ke rumahnya.

Aku kemudian menghampiri Paman Azel dan menarik tangannya. Aku merasa cemas sekali dengan keadaan ini. Paman Azel menoleh, dan mengusap bahuku dengan tersenyum.

"Ini tidak aman, Paman. Lihatlah orang-orang yang ada disini, mereka seolah tidak suka dengan kehadiran kita disini," Aku berseru khawatir karena risih dengan warga desa yang sedari tadi terus melihat kami dengan tajam.

"Misi kita adalah mendengar jawaban kepala desa, Naya. Kamu jangan bersikap seperti ini, tenang dan tetap percaya diri, Nak," jawab Paman Azel.

"Aduh, Nay!, Nay! kamu ini lemah bangat jadi orang," sahut Yasa dengan nada mengejek, "kita ini orang baru disini, wajar saja mereka melihat kita seperti itu."

Ah, Yasa ini benar-benar menyebalkan. Aku mendengus kesal dan menatapnya dengan tajam. Sekali saja dia tidak membuatku geram apa salahnya sih?

"Sudah! jangan buat keributan disini, Yasa, Naya. Kita harus bersikap tenang menghadapi warga-warga disini, mereka ini orang-orang baik." Gyula memperingatkan kami berdua. Aku mengalah, dan tidak menanggapi Yasa. Sementara Adara dan Reiga hanya memperhatikan kami berdua dengan datar.

Setelah beberapa saat kami menunggu, seorang laki-laki keluar dari rumah kepala desa. Dia turun dari tangga rumahnya dan berjalan mendatangi kami. Langkahnya cepat, namun berwibawa. Wajahnya ramah dan senyumannya hangat. Kumisnya tebal dan sorot matanya terlihat bersahabat. Terlihat jelas karena terangnya keadaan di sekitar kami.

Kepala desa tersebut menanyakan maksud kedatangan kami. Paman Azel tidak terlalu banyak bicara untuk berbasa basi. Dia mengeluarkan surat dari Ratu Meera yang disimpan di dalam pakaian hitamnya, kemudian berkata hanya ingin menyampaikan surat tersebut.

"Kalian pengelana dari utara? daerah mana?" tanya Kepala Desa tersebut seraya membuka surat yang diberikan Paman Azel.

Paman Azel diam tak menjawab, karena dia berbohong kepada istri kepala desa tentang kami yang datang dari utara. Aku harap-harap cemas memandang kepala desa, takut jawabannya tak sesuai yang kami harapkan. Hingga mata laki-laki itu membulat membaca surat tersebut dan mengembuskan nafas berat memandang kami. Situasi lengang, Paman Azel dan kepala desa saling pandang.

Bumi dan Harsa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang