19

1.3K 143 6
                                    


...

Bukan maksud Heeseung untuk menghilang

Bukan maksud Heeseung mengacuhkan Sunghoon, apalagi Aeri

Tapi dia hanya sedang mencoba untuk memberi ruang. Dia ingin baik Sunghoon, Jake, maupun Aeri bisa lebih dekat dan akhirnya saling membutuhkan. Dia menyadari jika Jake sudah mulai berubah, pria itu sering berkunjung ke sekolah Aeri, memotret Aeri secara diam-diam, menjaga Aeri dan Sunghoon dari kejauhan saat keduanya kembali untuk pulang kerumah, serta mengamati rumah Sunghoon tanpa berniat mengetuk ataupun menyapa pemilik rumah.

Tak bisa di pungkiri bahwa sedikit banyak ia merasa takut dan cemburu. Bukan karena ia memiliki perasaan lebih kepada Sunghoon, hanya saja....

Entahlah Heeseung sendiri tidak tau harus mengartikan seperti apa, yang jelas dua tidak memiliki perasaan spesial pada wanita itu.

Ia hanya merasa sudah terbiasa menjadi tempat keduanya untuk bergantung, dan dia suka.

Dia suka bagaimana Aeri tertawa bahkan menangis karena merindukannya, dia suka bagaimana Aeri berlari dan memeluk erat tubuhnya begitu ia tiba di depan pintu rumahnya, dia suka bagaimana cara Aeri memanggilnya appa dengan semangat melalui seberang panggilan video.

Semua hanya tentang Aeri

Saat ia melihat raut penuh harap di wajah gadis kecil itu saat menginginkan paman tampannya, hati Heeseung berdenyut nyeri. Bukan marah, hanya sedikit sakit.

Sejak saat itulah Heeseung mulai berpikir bahwa sekuat dan sedekat apapun dirinya dengan Aeri dan Sunghoon, tetap saja yang sesungguhnya mereka butuhkan adalah Jake Shim, bukan Lee Heeseung.

“Butuh teman ?”

Heeseung yang sejak tadi melamun di dalam kamarnya lantas menoleh ke arah pintu dan mendapati Jay memasuki kamar dengan dua kaleng bir.

Setelah mendudukkan dirinya di samping Heeseung, Jay lantas menyerahkan salah satu kaleng bir miliknya kepada Heeseung.

“Masih mau menghindari mereka ?” Tanya Jay tanpa menoleh ke arah Heeseung. Bibirnya menyesap perlahan bir kaleng di tangannya.

Heeseung tidak menjawab, kepalanya tertunduk dengan tangan yang memegang kuat bir kaleng di tangannya.

“jangan seperti ini, kau membuat anakmu menangis hyung”

“kau tidak tau Jay” ujar Heeseung

Keduanya berbicara tanpa saling bertatapan, mereka hanya menatap lurus kedepan yang memperlihatkan tembok bawah jendela kamar.

“aku tau, dan caramu yang bersikap seperti ini adalah salah hyung”

Dia sudah bersama Heeseung untuk waktu yang cukup lama, dia tau seperti apa Lee Heeseung. Jadi, saat hyungnya itu memutuskan untuk menyematkan namanya di akta kelahiran seorang bayi kecil yang sebenarnya sama sekali bukan tanggung jawabnya, Jay hanya diam dan mempercayai semua keputusan yang Heeseung ambil. Karena dia yakin, apapun yang dilakukan Heeseung adalah sesuatu yang akan berakhir baik.

“aku sangat menyayanginya”

“Aku tau"

“aku bahkan sangat-sangat mencintainya”

“Aku juga tau”

“Shim Aeri , aku merindukannya”

“Aku tau hyung, karena itulah berhenti menjauhi mereka. Jika niatmu mendekatkan Aeri dengan ayahnya tapi justru kau yang menjauhinya, apa kau pikir Aeri akan suka jika dia tau kebenarannya ? Kau itu ayahnya, bahkan sebelum di lahir ke dunia, kau yang memandikannya, menggendongnya bahkan menyuapinya. Lalu setelah itu semua kenapa kau melakukan ini ? Kau bisa mencari cara lain untuk menyatukan mereka, dan cara ini adalah pengecualian”.

Relion (JakeHoon) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang