2. Waktu dan Tenggara

3K 839 584
                                    


Haiii gimana kabar kalian? Baik kan?

Sudah ketagihan membaca cerita ini belum guys?

Kayaknya nggak usah panjang-panjang deh aku ngomongnya hahahhhh, langsung baca aja yaaa semogaa suka

Happy reading..

***

Tenggara baru saja tiba dirumah pukul sepuluh malam, dia langsung memarkirkan mobilnya di garasi rumah lantas segera berjalan masuk. Saat tiba di ruang tamu, Erik papa Tenggara yang akan masuk kamar menghentikan langkahnya, kemudian Erik berjalan dan menghampiri Tenggara.

Plakk

Satu tamparan lolos di pipi Tenggara, bukannya memasang ekspresi kesakitan Tenggara hanya memasang ekspresi biasa saja.

"Dari mana aja kamu Tenggara! Mama kamu tadi sudah bilang kan kalau kamu harus pulang lebih awal untuk membahas perjodohan kamu! Ini pertemuan penting!"

Tenggara menatap Erik.

"Penting buat Papa tapi nggak penting buat Tenggara," ucap Tenggara dengan ekspresi datarnya.

"Bisa nggak sih kamu seperti anak lain yang nurut dengan orangtua!!" ucap Erik lantang.

Tenggara terkekeh pelan.

"Papa bisa nggak jadi orangtua yang nggak egois?"

"Tenggara!!!" Murka Erik, Tenggara memilih beranjak dari tempatnya begitu saja meninggalkan Erik yang sudah naik pitam itu, Tenggara memilih menuju kamarnya.

Di kamar, Tenggara langsung menonjok samsak yang terletak di dalam kamarnya, dia melampiaskam kekesalannya dengan meninju samsak itu berulang kali.

Beberapa saat kemudian Tenggara menghentikan aksinya, karena ponselnya berdering, Tenggara mengambil ponselnya lantas dia mengangkat panggilan telfon itu.

"Kenapa?" tanya Tenggara.

"Gue ada di tempat biasanya, lo mau kesini nggak?" tanya seseorang di balik telfon itu.

"Limabelas menit gue kesana," jawab Tenggara.

"Oke gue tunggu," ucapnya lantas segera mematikan telfon.

Tenggara meletakkan ponselnya, dia lantas berjalan ke arah lemari dan mengganti pakaiannya dengan kaos oblong berwarna hitam, setelah itu Tenggara mengambil kunci motor

Tenggara berjalan keluar kamar, lantas mengambil motornya yang terletak di garasi, Tenggara mengendari motornya meninggalkan rumahnya.

Di jalan, Tenggara menaiki motornya dengan kecepatan penuh, karena jujur saja pikirannya saat ini sedang sedikit kacau balau karena orangtuanya. Suara bising motor dijalanan malam hari ini sedikit membuat dirinya merasa tenang.

••••

Tenggara memarkirkan motornya di depan warung makan lesehan pinggir jalan, tempat yang selalu dia kunjungi setiap malam minggu bersama Aldi.

Saat Tenggara melepaskan helmnya seseorang berucap tidak jauh dari tempatnya, dia adalah Aldi.

"Delapan menit sepuluh detik, lo naik motor apa naik jet," ucapnya menyindir Tenggara, karena tiba dengan cepat di tempat.

"Gue bisa lebih cepet, tapi nyawa gue amat sangat berharga buat calon bini gue di masa depan," ucap Tenggara seraya berjalan ke arah Aldi dan menyomot satu tusuk sate yang ada di meja.

"Dateng-dateng langsung makan aja ya lu," ucap Aldi.

Tenggara membuang tusuk sate itu di tempat sampah.

Waktu dan TenggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang