14. Waktu dan Tenggara

1.5K 459 132
                                    


Happy reading

****

Beberapa bulan kemudian.

Tenggara tersenyum tipis saat menatap pantulan dirinya di depan cermin, dia sudah selesai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, dan Tenggara benar-benar tidak sabar untuk sampai ke kampus untuk bertemu Bening, selama beberapa bulan ini pertemanan mereka sangat akrab, Tenggara benar-benar berhasil membuat Bening menjadi temannya, jika dulu Bening tidak pernah bercerita tentang dirinya sekarang Tenggara selalu menjadi tempat bercerita untuk Bening.

Tenggara keluar dari kamarnya dan pergi ke garasi untuk mengambil mobilnya, setelah itu Tenggara meninggalkan rumahnya dan menuju kampus.

Jalanan di Jakarta sangat macet pagi ini dan hal itu membuat Tenggara menghela napasnya beberapa kali, tapi beruntung beberapa menit kemudian jalanan di depannya mulai longgar, Tenggara segera melanjutkan perjalanannya menuju kampus

Tiga puluh menit kemudian Tenggara sudah sampai di kampus, dan saat di parkiran Tenggara melihat Bening yang baru saja datang, tentu saja Tenggara tidak menyia-nyiakan kesempatan, Tenggara menghampiri Bening.

"Begadang? Kantong mata lo ketara banget?" tanya Tenggara berjalan di samping Bening, Bening menatap Tenggara.

"Tugas gue banyak banget kak, mana gue harus lembur kerja," curhat Bening.

"Jangan terlalu dipaksain, kalau istirahat ya istirahat,"

Bening menganggukkan kepalanya karena ucapan Tenggara

"Ada kelas jam berapa?" tanya Tenggara.

"Nanti jam sembilan," saut Bening.

"Kalau lo kak?" Bening bertanya balik.

"Bentar lagi,"

"Nanti sepulang kuliah gue tunggu di kantin," ujar Tenggara.

"Ngapain?" tanya Bening.

Tenggara menatap Bening.

"Menurut lo di kantin ngapain Bening?" tanya Tenggara seraya tertawa pelan.

"Jajan sama cari makan," jawab Bening juga tersenyum.

"Nah pinter," Tenggara berucap seraya mengacak rambut Bening.

"Jangan berantakin rambut gue kak," keluh Bening.

Tenggara tersenyum sangat tipis, keduanya berjalan beriringan dan mereka terlihat seperti sepasang kekasih, bahkan interaksi Tenggara dan Bening membuat banyak orang salah paham dengan hubungan mereka yang hanya teman itu.

"Gue duluan," Tenggara berucap seraya menatap Bening.

"Iyaa kak," Bening menganggukkan kepalanya.

Saat Tenggara berjalan menjauh dari darinya Bening terus menatap Tenggara dari belakang bahkan sampai punggung Tenggara sudah tidak terlihat, diam-diam Bening tersenyum sangat tipis.

"Cieee senyum-senyum sendiri," ujar Alika yang tiba-tiba muncul di samping Bening, Bening tentu saja langsung mengubah ekspresinya.

"Suka-suka gue," sewot Bening.

"Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih," Alika berucap lagi membuat Bening menghentikan langkahnya.

"Siapa? Gue?" tanya Bening, Alika menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang tidak pudar di bibirnya.

"Enggaklah ngaco, sama siapa gue jatuh cinta,"

"Ya siapa lagi kalau bukan Kak Tenggara," Alika menekankan setiap inci katanya.

Waktu dan TenggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang