13. Waktu dan Tenggara

1.5K 465 72
                                    


Happy reading

***

"Gimana keadaan lo Gar?" tanya Caraka yang baru saja tiba bersama dengan anak Aspire.

"Baik bang sampai rasanya gue mau mati beberapa jam yang lalu," ujar Tenggara membuat Caraka tertawa.

"Lagian lo main makan makanan gue, kan tau akibatnya apa," omel Javas.

"Musibah kan nggak ada yang tau Jav," jawab Tenggara.

"Bang orangtua lo nggak lo hubungi?" tanya Semesta.

"Nggak usah nanti ribet," jawab Tenggara.

"Mending lo kasih tau bang, jangan-jangan orangtua lo kebingungan," ucap Biru.

"Iya orangtua gue bingung bukan gara-gara sakit, tapi karena gue udah batalin perjodohan gila yang harus gue lakuin,"

"Hah lo di jodohin? Yang bener bang?" tanya Kajev.

"Terus gimana?" tanya Reiji.

"Gue udah beresin, lagian ogah banget gue nikah sama cewek yang nggak gue suka," ucap Tenggara.

"Ya bener juga si," ucap Javas.

"Ngomong-ngomong makasih udah mau gue repotin," ujar Tenggara.

"Kita udah kayak keluarga Gar jadi jangan ngerasa nggak enak," jawab Caraka yang disetujui oleh semua yang ada disana.

Tenggara tersenyum tipis, tidak salah dia bergabung dengan Aspire dan mendapatkan teman yang peduli dengan dirinya, memang di banding orangtuanya sendiri Tenggara malah merasa temannya lebih peduli.

••••

Tenggara merasa bosan di rumah sakit sendiri karena besok pagi dia baru boleh pulang sedangkan anak-anak Aspire harus latihan, karena hari ini adalah jadwal rutin mereka latihan, sebenarnya tadi Caraka akan menemani Tenggara di rumah sakit tapi Tenggara menolaknya karena ada Aspire yang harus Caraka urus.

Tenggara mengeluarkan ponselnya sepertinya dia tau akan menghubungi siapa.

Panggilan pertama belum di angkat begitu juga dengan panggilan ke dua, karena hal itu Tenggara merasa sedikit kesal.

"Ini bocah kemana gue lagi butuh bantuan malah ngilang," ujar Tenggara, tapi tidak lama kemudian ponselnya bergetar karena panggilan masuk, Tenggara segera mengangkat panggilan itu.

"Apaan gue lagi boker," ucapnya.

"Sialan, yaudah gue matiin," ujar Tenggara.

"Gue udah selesai, kenapa?" ucapnya seraya tertawa.

"Gue lagi ada di rumah sakit, lo nggak mau nemenin gue gitu," curhat Tenggara.

"Lo sakit apaan?" tanyanya.

"Gue hampir mati tadi, jadi lo harus kesini bawain gue makanan enak, makanan rumah sakit bikin gue enek," Tenggara berucap dengan begitu entengnya.

"Hampir mati tapi bisa telfon gue ya lu," ucapnya lagi.

"Gue kasih alamatnya, buruan kesini, gue mau ngasih surat wasiat,"

Setelah berbicara seperti itu Tenggara langsung mematikan ponselnya, dia tertawa sangat puas.

Dua puluh menit kemudian, seseorang datang memasuki ruangan.

"Lo beneran sakit?" tanyanya, dia adalah Aldi.

"Kan udah gue bilang tadi," jawab Tenggara.

"Jadi mana makanannya?" tanya Tenggara.

"Makan aja pikiran lo, nih," ujar Aldi menyerahkan paper bag berisi makanan.

Waktu dan TenggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang