21. Waktu dan Tenggara

1.1K 305 167
                                    


Happy reading

***

Siang hari ini matahari sangatlah terik, cahaya matahari benar-benar terasa menyengat di kulit, helaan nafas muncul di mulut Bening, penampilannya benar-benar seperti seorang mahasiswa semester akhir padahal kenyataannya dia masih semester empat, tapi tugas-tugas yang diberikan oleh dosen cukup membuat kantong matanya menjadi menghitam, badannya pegal semua karena harus begadang untuk membuat pola desain baju yang akan dia garap untuk tugas kuliah.

Bening sudah persis seperti orangtua jompo, di tasnya selalu ada minyak kayu putih dan beberapa salep untuk pegal-pegal, karena memang badannya terasa seperti akan remuk.

Bening berada di kantin seorang diri, dia hanya membeli minuman bersoda, bahkan untuk makan saja Bening tidak selera sama sekali, kepalanya dia letakkan di atas meja dengan begitu lemasnya, di tambah sepulang kuliah Bening harus membeli banyak kain untuk membuat baju dengan pola yang sudah dia selesaikan selama seminggu ini.

Bening menatap ponselnya yang baru saja berdering, ada pesan masuk dari Tenggara yang mengabarinya jika Tenggara tidak jadi ke kantin karena ada keperluan mendadak, membicarakan soal hubungannya dengan Tenggara, hubungan mereka berdua berjalan dengan lancar, sudah tiga bulan mereka bersama, Bening benar-benar dibuat nyaman karena keberadaan Tenggara, bahkan Tenggara selalu perhatian dengan dirinya sejak awal bersama.

Tapi ada hal yang tidak Bening sukai, Tenggara selalu membelikan barang-barang yang menurut Bening sangat mewah, sudah sering kali Bening menolak tapi dengan seribu cara Tenggara selalu membuat Bening menerima barang yang diberikan.

Memang semuanya tidak berjalan mulus, karena di awal saat hubungan mereka diketahui banyak anak kampus, semua heboh membicarakan bahkan ada yang terang-terangan menghujat Bening jika dirinya tidak pantas bersanding dengan Tenggara.

Bening tidak mengelak hal itu dia amat sangat sadar jika dirinya berbeda dengan Tenggara, jadi Bening menerima saja jika seseorang mengatainya seperti itu, Bening memang diam saja tapi tidak dengan Tenggara, bahkan pernah ada kejadian Bening dihujat habis-habisan oleh sekelompok gadis di kampus, mereka menjelek-jelekkan Bening dengan mudahnya, kebetulan saat itu ada Tenggara yang melihat kejadian itu, dan yang terjadi Tenggara marah besar dan memberikan kata-kata yang cukup menakutkan kepada para gadis yang sudah menganggu Bening.

Karena kejadian itu banyak yang tidak berani lagi dengan Bening karena takut dengan Tenggara, bahkan saat kejadian pun Bening juga takut dengan apa yang di lakukan oleh Tenggara, itu adalah pertama kalinya dia melihat Tenggara semarah itu.

Dan dari kejadian itu Bening menyadari satu hal jika Tenggara peduli dengan dirinya.

Bening membuka botol minuman soda dan langsung menegaknya setengah, tiba-tiba saja dia langsung bersendawa dengan cepat Bening menutup mulutnya dengan rapat.

"Kenapa perut gue jadi nggak enak," ujar Bening seraya menghela napasnya pelan, sepertinya ini efek karena dirinya belum memakan nasi dari kemarin malam.

"Hai,"

Bening terlonjak kaget ketika seseorang menyapanya, Bening menatap siapa yang baru saja bersuara itu.

Seorang lelaki dengan postur tubuh yang bagus dan wajah tampan saat ini berdiri di hadapan Bening.

"Manggil gue?" tanya Bening ragu seraya menunjuk dirinya.

Lelaki itu tersenyum simpul.

"Nama lo siapa, gue mau kenalan,"

"Hah?!" bingung Bening seraya menatap lelaki itu dan sebuah tangan yang dia ulurkan untuk dirinya.

Waktu dan TenggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang