Chapter 12

12 4 1
                                    

Halo Yoreubun 😍😍

Tak terasa kisah Logika dan Algoritma sudah akan Memasuki Chap 12 yukk ikuti terus kisah kelanjutan dari mereka berdua karena perjuangan Algo yang sesungguhnya akan dimulai

Jangan lupa support Mimin selalu, with share love  like and Comment Thangkyu Yoreubun 😍🥰

Happy Reading 🥳🥳
.
.
.

Pukul 04.30 WIB disebuah rumah sederhana kawasan Bandung Timur Nenek Saidah sudah selesai membuat olahan nasi kuning didapurnya beserta, abon sapi, irisan timun dan daun Kemangi, irisan telur dadar, kerupuk, sambal serta adonan untuk persiapan menggoreng gorengan dadakan didepan teras rumahnya.

Usianya sudah memasuki di angka 65 tahun tapi badannya masih segar bugar dan masih kuat untuk masak aneka olahan seorang diri, kadang cucu perempuan satu-satunya suka membantu mengupas bawang merah, bawang putih dan lain-lain serta suka membantu menyiapkan lapak dagangan didepan teras rumahnya yang cukup luas.

Tapi dini hari itu setelah selesai solat subuh cucu perempuannya belum bangun, Nenek saidah tidak mau membangunkan tidur nyenyak cucunya yang berada dikamar lantai 2 kamar bekas ibunya dulu, kebetulan cucunya sedang berhalangan jadi sedang absen melaksanakan solat juga.

Ah biarlah dia tidur dengan nyenyak mumpung sedang libur. Begitu pikir nenek saidah, sehingga beliau dengan santai bolak balik ke dalam rumah dan teras membawa satu persatu wadah persiapan jualan nasi kuningnya pagi itu.

Diluar langit masih cukup gelap meskipun suara bunyi kokok ayam sudah mulai terdengar matahari masih belum menampakan cahayanya.

Nenek Saidah terkaget saat membawa termos isi nasi kuning yang beliau bawa untuk diletakan diatas meja dagangannya, sesosok siluet pria ditengah nuansa temaram subuh hari sedang berdiri sambil celingak celinguk didepan pagar rumahnya yang mungkin setinggi perut pria itu.

Nenek saidah memicingkan matanya mencoba menerka - nerka siapa pria yang sedang berdiri didepan pagar rumahnya sekarang. Dengan langkah perlahan Nenek Saidah berjalan mendekat menuju depan pintu pagarnya.

"Suf, Kamu teh yusuf bukan?" Tanya Nenek Saidah sambil terus berjalan yang menduga sosok siluet pria itu Yusuf anak tetangganya sekaligus teman sekolah cucu perempuannya.

"Bu...bukan Nek" jawab suara pria itu gugup

Setelah Nenek Saidah Berdiri tepat didepan pria yang berpostur tinggi badan tegap dan gagah itu menggunakan jaket hoody berwarna putih barulah Nenek Saidah mengetahui kalau pria itu bukanlah Yusuf atau Ucup. Nenek Saidah tidak mengenali sosok pria yang baru pertama kali dilihatnya itu.

"Bade Kasaha?"* Tanya Nenek Saidah Ramah
(Mau kesiapa?)*

"Ehmmm Sa...Sa...Ya..."

Pria itu sangat gugup sehingga tak sanggup ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ya Ampun ini baru ketemu Neneknya belum dengan orang tuanya tapi udah gugup begini. Batin sosok pria itu.

Nenek Saidah masih menunggu jawaban pria yang sudah terlihat wajah tampannya dibawah lampu temaram depan pagar rumahnya.

"Ouhhhhh Acep teh mau beli Nasi kuning Nenek yah?" Tebak Nenek Saidah spontan karena lama menunggu jawaban dari pria tersebut yang tak kunjung keluar dari mulutnya.

Si pria tampak kebingungan dan gak tahu mesti bilang apa.

"Tapi Nenek teh belum buka, Naha meni subuh-subuh kesininya? Nenek kan belum selesai nyiapin dagangannya" ujar Nenek Saidah yang merasa kasian kalau ada pelanggannya yang harus menunggu.

"Gak apa-apa Nek, Saya Bantu Nenek nyiapin dagangan aja Nek," Ucap pria itu Spontan.

"Euleh - Euleh* meni udah kasep bager lagi, sakedap Atuh yah, Sok masuk dulu kedalem duduk-duduk aja dulu yah"

Logika & AlgoritmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang