Chapter 57

9 0 0
                                    

Sementara di sekolah SMA 100 Rendra berlarian bersama dengan Siti menuju ruang klub mereka, mereka diberi tahu mamang penjaga sekolah bahwa pintu ruang klubnya lepas sebelah, kunci pintunya pun hancur terlepas.

Rendra dan Siti terperangah melihat kondisi pintu ruang klub mereka yang babak belur, dan tentu saja Loggy sudah tidak ada didalam.

Keduanya saling pandang bingung sudah terbayang Loggy pasti bakal marah kepada mereka berdua.

* * *

Algo Ambruk saat dia berusaha bangkit untuk berdiri kembali. Badannya di tahan oleh Rosaline dan pak pelatih yang kebetulan ada disampingnya.

"Al...jangan maksain Al..." Ucap pak pelatih.

"Tidak bisa saya tidak mengizinkan kamu untuk main lagi ke lapangan, kalau kamu memaksakan dengan kondisi kaki kamu yang kelingkingnya kemungkinan patah ini malah akan semakin memperparah lukanya, dan kemungkinan kamu tidak akan bisa main basket lagi selamanya" ujar Dokter dengan ekspresi serius.

Semuanya syok saat mendengar penjelasan dokter jaga.

Terutama Algo...matanya membulat kepalanya geleng-geleng tidak percaya.

Rosaline menguatkan Algo dengan mengusap punggung Algo.

"Sabar yah Kak sabarr lebih baik kak Algo mendengar saran dari dokter jangan memaksakan, toh ini hanya pertandingan kalah menang itu biasa Kak" ujar Rosaline mencoba menenangkan Algo

"Gak!! Lo gak ngerti apa-apa, gue masih harus main!!" Ucap Algo dengan marah

"Pak pelatih ijinkan saya main saya pasti bisa dengan obat tahan sakit saya pasti bisa menahan sampai pertandingan selesai!!" ujar Algo dengan panik

"Enggak Al kamu istirahat saja kamu akan digantikan oleh Wisnu, jangan memaksakan Al, saya tidak mau sesuatu terjadi kepadamu untuk yang lebih parah" ucap pak pelatih sambil memberi kode pada Wisnu untuk bersiap-siap.

"Bro please bro Lo percaya gue kan!?" Ujar Algo memelas memandang kepada Leon yang tertunduk lemas karena sedih melihat keadaan Algo yang seperti ini.

Leon juga ingin masih berjuang dan bermain bersama hingga babak akhir dengan Algo. Tapi apa daya Leon pun tidak tega kalau Algo memaksakan terus main dengan keadaan kakinya yang terkilir dan kelingkingnya menekuk seperti itu.

"Kalian itu kenapa gak percaya sama gue? percaya please guee bisaa,!!" Teriak Algo dengan sedih dan marah.

Sementara dibangku tim SMA Taruna Kita Zidan marah pada dua punggawa yang sudah membuat Algo terluka sampai seperti itu.

"Apa yang kalian lakukan gak fair!! Kita tim terhormat jangan curang kaya gini!! Gue gak mau bertanding dengan cara kotor seperti ini!!" Marah Zidan

"Tapi zidannn...instruksi pelatih kita harus menjaga ketat Algo kapten tim SMA 100" seru Simon punggawa 1 meskipun Zidan junior mereka tapi mereka menghormati dan mengakui kemampuan Zidan.

"Lagipula kan biasa dalam basket kalau saling berbenturan Zidan" jawab Albert punggawa 2

"Iyah memang!! tapi bukan dengan sengaja menginjak kakinya!" Marah Zidan dengan mata melotot.

"Apa kalian pikir gue gak lihat apa? Yang kalian lakukan terhadap Algo! Eughh sialan gue jadi males main kalau gini rival gue berkurang 1" marah Zidan kembali yang membuat kedua punggawa tertunduk lemas.

"Sudahlah Zidan bisa dibilang tadi juga musibah, kamu tidak perlu berkecil hati, kamu jangan lupa di tim SMA 100 masih ada Leon sang jenius pengatur strategi gerakan tim SMA 100, jadi kalian tetap jangan lengah karena kita tidak tahu di sisa 25 menit terakhir ini apa yang akan terjadi"
Ucap pak pelatih SMA Taruna Kita untuk mendinginkan suasana.

Logika & AlgoritmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang