Shalat berjamaah sudah menjadi kewajiban di pesantren mulai dari shalat subuh hingga isya’. Bahkan shalat Sunah qabliyah atau pun ba’diyah di wajibkan berjemaah di pesantren Darul Fallah.
Dan seperti biasa setelah shalat isya’ berdzikir kemudian Arkan atau Kyai Anwar akan mengajar santri putra. Sedangkan Santri putri biasanya akan di isi Ummi Safa.Disitu Ummi Safa menceritakan kisah bagaimana suatu saat Nabi Muhammad Saw adalah orang yang paling sibuk kelak di akhirat, padahal beliau adalah orang yang di jamin masuk surga. Di tampakkan kepadanya surga. firdaus dimana ia akan tinggal, namun ia tak tampak tersenyum, ia justru berkata umatku, umatku. Ia mulai mendatangi umatnya satu persatu dengan memberinya minum dari air telaga.
Ketika semuanya meninggalkan kita, tapi Rasulullah berkata dimana Fulan dimana Fulan. Tak sampai disitu, setelah memberi air, Rasulullah kemudian bersujud kepada Allah dengan waktu yang sangat lama.
Sambil berkata Ya Rabbi ya Rabbi, Allah kemudian berkata,“Bangunlah Muhammad, akan ku berikan apa yang kau minta.”
“Ya Allah selamatkan umatku dari sirat.”
Lalu Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menunggunya di ujung sirat. Maka Nabi Muhammad menunggu umatnya di ujung sirat sambil berkata
“Ya Allah selamatkan, Ya Allah selamatkan.”
Maka yang amalnya banyak ia bisa melewati Sirat, namun ada juga yang jatuh ke dalam neraka. Ketika mengetahui banyak dari umatnya yang masuk neraka, Nabi Muhammad kembali bersujud dengan sujud yang lama.
Allah berkata
“Bangunlah Muhammad, apa yang kau inginkan?”“Ya Allah selamatkan seseorang dari dalam neraka yang di dalam hatinya ada iman walau sekecil biji kurma.”
Allah pun berkata “Selamat kan lah mereka.”Maka Nabi Muhammad pergi ke pintu Neraka dan menyelamat mereka. Ketika bertemu dengan Rasulullah, mereka telah mengalami banyak siksaan yang luar biasa, melihat itu Rasulullah menangis, lalu Rasulullah membawanya ke surga.
Tak sampai di situ, Rasulullah kembali bersujud kembali kepada Allah dengan sujud sangat lama.
Allah bertanya.“Bangunlah Muhammad, apa yang kau inginkan?”
Nabi menjawab “Selamat kan lah mereka dari neraka yang di dalam hatinya ada di iman walau sekecil biji jagung.”Setelah itu di keluar sekian ribu dari sekian juta Nabi Muhammad.
Tak berhenti sampai di situ,
Nabi Muhammad kembali bersujud kepada Allah dengan sujud yang sangat lama.
Allah bertanya kembali
“Apa yang kau inginkan?”“Keluarkan lah mereka dari dalam neraka yang di dalam hatinya ada iman walau sekecil biji sawi.”
Maka di keluarkan kembali mereka dari dalam neraka.
Rasulullah kembali bersujud.
Allah berkata kembali.“Apa lagi yang kau inginkan? Bukankah aku telah menyelamatkan umatmu?”
“Ya Allah demi kasih sayang yang engkau miliki, selamatkan lah umatku yang tidak punya amal kebaikan kecuali dia pernah mengatakan Lailahaillallah.”
Maka itu lah manusia yang paling sibuk kelak.
“Dari kisah yang saya terangkan tadi itu telah membuktikan betapa Nabi Muhammad sangat mencintai kita.”
Mendengar hal itu justru banyak para santri yang menangis, disitu terlihat betapa Rasulullah sangat mencintai umatnya, walau ia tahu jika umatnya sering lalai.**
Setelah mengajar Arkan mengajak Ustadz Qasim untuk keluar berjalan kaki hanya untuk sekedar mengobrol bersama. Arkan memang tidak begitu dekat dengan Ustadz Qasim sehingga ketika menanyakan hal pribadi ia merasa cukup canggung.“Ustadz Qasim ingat dulu, ketika Ustadz Qasim baru tinggal di pesantren, saya pernah mengajak Ustadz Qasim keluar bersama juga Almarhum Al?” ucap Arkan memulai pembicaraan.
“Saya ingat saat itu saya sering menangis karena ingat teman-teman saya di panti, jadi kalian berdua sengaja saya keluar beli bakso,” balas Ustadz Qasim.
Arkan tersenyum karena Ustadz Qasim masih mengingat hal itu. Dimana saat itu Arkan di marahi oleh Kyai Anwar karena telah mengajak santri keluar malam dan bahkan pulang larut malam. Mereka mulai berbincang banyak hal selama beberapa tahun terakhir, bahkan juga kehidupan Arkan selama di Mesir juga kehidupan Ustadz Qasim selama berada di pesantren. Hingga Akhirnya Arkan mulai bertanya tentang permasalahan Ustadz Qasim.
“Apakah Ustadz Qasim punya masalah?” tanya Arkan membuat langkah Ustadz Qasim terhenti.
“Masalah? Saya tidak punya masalah,” ujar Ustadz Qasim sambil menoleh ke arah Arkan.
“Eh... sebenarnya saya mendengar jika Ustadz Qasim kurang fokus ketika mengajar akhir-akhir ini, saya fikir Ustadz Qasim ada masalah,” ucap Arkan penuh hati-hati.
“Saya mengkhawatirkan Ustadz Qasim,” lanjut Arkan.
Ustadz Qasim tersenyum kemudian berkata
“Terima kasih karena telah mengkhawatirkan saya, tapi sungguh saya tidak ada masalah.”“Baiklah, tapi jika ada masalah katakan saja, jangan sungkan, saya ini adalah kakak Ustadz Qasim,” ucap Arkan membuat Ustadz Qasim terkejut.
Ini adalah pertama kalinya Arkan mengatakan hal seperti itu. Ia tak tahu harus senang atau sedih, karena pada faktanya ia mulai menyukai istri dari Arkan, kakak angkatnya.
“Terima kasih, saya akan mengatakannya jika ada masalah.”Keduanya pun kembali ke pesantren.
Ustadz Qasim mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjang, melihat ke arah langit-langit kamarnya. Ia mulai memejamkan matanya, namun wajah Nara seakan terus menghantui dirinya. Ia mencoba membuang segala pikirannya tentang Nara, namun hal itu justru membuatnya semakin tak mampu.
Akhirnya sebuah ketukan pintu membuatnya terbangun.
Ya Arkan menemuinya.“Gus Arkan,” ucap Ustadz Qasim terkejut karena malam-malam Arkan datang menemuinya.
“Maaf ganggu, Ustadz Qasim belum tidurkan?
“Belum, ada apa?”
“Saya tadi menitip kartu vocher kepada Ustadz Qasim.”
“Oh ya lupa, silahkan masuk dulu, saya cari karena bajunya sudah saya masukkan dengan baju kotor lainnya.” Terang Ustadz Qasim.
Arkan pun masuk mengikuti ustadz Qasim dari belakang. Ia duduk di atas ranjang Ustadz Qasim sambil melihat kondisi kamarnya. Ustadz Qasim terlihat masih sibuk mencari kartu vocher itu karena mungkin vocher nya terjatuh sehingga tercampur dengan baju kotor lainnya. Di atas bantal terlihat sebuah buku kecil lengkap dengan pulpen nya. Sebuah kalimat yang mengisyaratkan tentang perasaan Ustadz Qasim. Membaca itu mata Arkan langsung membulat.
“jadi Ustadz Qasim,” gumam Arkan kemudian panggilan Ustadz Qasim mengalihkan pandangannya.
“Ini Gus,” ucap Ustadz Qasim seraya menyodorkan kartu vocher milik Arkan.
“Terima kasih, saya balik ke kamar,” pamit Arkan sambil menggigit bibirnya.
Ia melangkah keluar dari kamar Ustadz Qasim, ia mulai bertanya-tanya tentang tulisan dari Ustadz Qasim.
“Kenapa saya tidak peka sebelumnya tentang perasaan Ustadz Qasim,” sesal Arkan.
“Apakah saya harus mengatakan ini pada Abi dan Ummi, tapi saya harus memastikan dulu,” pikir Arkan bingung.
Ia mencoba berpikir lebih tenang sebelum bertindak lebih jauh tentang perasaan yang di pendam Ustadz Qasim.
#wah bagaimana ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Surgaku [Telah Terbit)
Romance"Arkan memang menyayangi Ummi Safa, tapi Nara adalah istri Arkan." Selain akan terbit cetak Jalan Surgaku juga telah terbit di ebook 👇 https://play.google.com/store/books/details/Zeyn_Seyi_Jalan_Surgaku_Semanding_Books?id=e-WzEAAAQBAJ HARAP DI FOLL...