Bab 2(Pernikahan Nara dan Alvaro)

71 6 3
                                    


Dimana janji suci akan di ucapkan. Sebuah ikatan yang mana sebelumnya keduanya bukan siapa-siapa, akan menjadi dua insan yang mana memberikan senyum saja akan menjadi sebuah pahala. Nara yang telah siap menggunakan kebaya putih nan cantik berada di kamarnya di temani dua sahabatnya.
Sedangkan Alvaro bersiap-siap untuk mengucapkan ijab qabul untuk menghalalkan Nara.
Ayah Nara menjabat tangan Alvaro, seketika suara hening guna mendengarkan ijab Qabul yang di ucapkan Alvaro.
Semua tersenyum, seraya mengucapkan kalimat alhamdulillah terdengar saat kata Sah di ucapkan.

"Sudah selesai Ra," ujar Sofia saat ia mengetahui jika sahabatnya itu telah sah menjadi seorang istri.

"Alhamdulillah," puji Nara dalam hati sambil menadahkan kedua tangannya dan mengusapkan pada wajahnya.

Selesai Acara Nara bersiap-siap untuk ikut ke rumah Alvaro. sambil menangis ia memeluk sang ibu.

"Sudah jangan menangis," hibur sang ibu sambil menyeka air mata putrinya.

Melihat istri yang seakan tidak siap untuk meninggal kan keluarganya, Alvaro meminta izin kepada kedua orang tuanya agar untuk malam ini mereka akan tinggal di rumah Nara. mereka akan ke Bandung ke esokkan harinya.
Kedua orang tua Alvaro setuju akan permintaan Alvaro. Nara yang merasa tidak enak hati meminta maaf kepada Alvaro.

"Tidak apa, seharusnya saya tidak membawamu tepat di hari pernikahan kita," hibur Alvaro

"saya tidak ingin malam pertama kita jadi berantakan," canda Alvaro membuat Nara tersipu malu.

Perlahan Alvaro membuka hijab yang di kenakan Nara, kemudian mematikan lampu kamar mereka.
Keesokan harinya.
Nara pun membantu Ibu Wati untuk mempersiapkan sarapan, melihat istrinya sibuk mengangkat nasi, piring dan lain-lainnya, Alvaro pun ikut membantunya.

"Tidak perlu," tolak Nara.

"Tidak apa, aku kan bantu istri sendiri."

Nara tersenyum, Alvaro biasanya menggunakan kata saya, namun setelah menikah ia menggunakan kata aku, agar tidak terdengar formal. Setelah selesai mereka berempat pun sarapan bersama. Ibu Wati meminta Alvaro untuk menambah makanannya dan beliau juga meminta agar tidak perlu merasa malu. Hingga akhirnya Pak Rozak menanyakannya keberangkatan mereka.

"Kalian berangkat jam berapa?" tanya ayah Nara.

"Sopir Al sudah menuju kesini untuk menjemput kami," jawab Alvaro.

Tak lama kemudian sopir Alvaro datang. Kedua orang tua Nara harus melepas putri mereka untuk ikut ke rumah suaminya. Meski berat, namun mau tidak mau mereka sadar bahwa putrinya kecil mereka telah dewasa dan bersuami. Di perjalanan Alvaro mengatakan jika untuk sementara waktu mereka akan tinggal di rumah ummi dan Abah nya karena rumah yang mereka akan tinggali belum selesai di kerjakan.

"Tidak apa-apa kan?" tanya Alvaro memastikan.

"Aku tidak masalah," jawab Nara.
Di perjalanan mereka berdua sambil bercanda melihat indahnya jalan, seakan mereka lupa jika mereka sedang tidak berdua melainkan ada sopir keluarga Alvaro.

Setelah menempuh waktu kurang lebih dua jam, keduanya pun sampai di Bandung di mana Alvaro di lahir kan. Keluarga Alvaro menyambut kedatangan Nara, kedua orang tua Alvaro begitu lembut sehingga membuat Nara benar-benar di perlakukan seperti anak kandung mereka bukan seorang menantu.
Setiap pagi Nara membantu Ummi Salma. Ummi Salma juga menjelaskan jika Alvaro sangat menyukai Nasi goreng di tambahi telur dengan sedikit kecap dan di tambahi sedikit Saus agar warnanya sedikit merah. Jika bukan Nasi goreng Alvaro sangat menyukai tumis terong dengan teri.

"Jadi kamu nanti mau buat sayur apa pun, jangan lupa harus ada terong dengan teri," pesan ummi Salma.
"Ya Ummi," jawab Nara.

Jalan Surgaku [Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang