Arkan berjalan menuju kamar santri putra, namun pandangan mereka seakan memberinya banyak tanda tanya, bagaimana tidak, mereka terus memandangi Arkan seakan dirinya adalah orang asing."Manaf, ada apa dengan mereka semua?" Tanya Arkan tak mengerti.
"Mungkin karena hari Gus Arkan terlihat tampan," jawab Manaf sambil tersenyum.
"Kamu sama saja, ini tolong belikan popok bayi ukuran M ya," titah Arkan seraya menyodorkan uang Rp 20.000.
"Berapa Gus?"
"Se dapetnya."
"Baik Gus Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Arkan seraya bergegas kembali menuju rumahnya.
Namun ia belum merasa tenang karena para santri yang terus menatapnya.
"Apa ada yang salah dengan saya?" tanya bingung sambil berjalan menuju rumahnya
" Eh, hari ini hari Jum'at untung saya tidak mengajar di kampus, jadi hemat bensin" lanjut Arkan.
Di meja Ummi Arofah sudah mulai menyiapkan sarapan untuk mereka. Ummi Arofah mulai menanyakan Nara karena belum keluar dari kamarnya.
"Sebenarnya dia masih menunggu Manaf yang membeli popok, jadi Arfan sekarang belum selesai pakai baju Ummi," terang Arkan.
Tak selang berapa lama Manaf mengetuk pintu rumah yang di tinggali oleh Kyai Anwar dan keluarga.
Segera Arkan bergegas menemui Manaf yang sudah mengetuk pintu juga mengucapkan salam kepada mereka. Disitu Arkan mengucapkan terima kasih kepada Manaf.
"Ada undangan untuk Gus Arkan," ucap Manaf seraya menyodorkan kertas berwarna putih itu.
"Oia kenapa para santri menatap saya terus? Tanya Arkan penasaran.
Manaf mendekatkan mulutnya pada telinga Arkan.
"Mereka bilang, Gus Arkan tidak shalat di mushalla mungkin karena Mbak Nara baru datang," bisik Manaf sambil tersenyum membuat kedua bola mata Arkan membulat."Saya pamit balik Gus," lanjut Manaf seraya bergegas pergi.
Arkan masih diam tertegun mendengar ucapan Manaf.
"Saya harus segera kasih popok ini pada Nara."
Ia pun segera bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk memberikan popok yang baru saja di beli Manaf. Di situ Arkan menyuruh Nara untuk membantu Ummi Arofah.
"Bagaimana dengan Arfan?" tanya Nara.
"Biar saya yang pakaikan," tutur Arkan.
Nara pun melangkah keluar, disitu Ummi Arofah hampir selesai menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Hanya tersisa piring yang belum di siapkan di meja makan. Segera Nara mengambil piring.
Terlihat Ummi Safa baru datang dari dapur santri putri. Ummi Safa berusaha untuk tidak bersikap buruk kepada Nara, ia mencoba memberi senyuman kepada Nara. Ummi Safa telah menganggap Arkan seperti putranya sendirian, sehingga ia tak ingin jika Arkan membenci dirinya. Di meja makan Ummi Safa hanya diam tak banyak bicara, Arkan memang marah, namun ia juga sangat sedih karena baginya Ummi Safa adalah Ibu kedua baginya. Namun ia juga tidak dapat selalu memaklumi kesalahan Ummi Safa.
"Semoga Ummi dapat mengerti, bahwa Arkan sebenarnya juga menyayangi Ummi, namun Arkan juga tidak bisa memaklumi sifat Ummi yang sudah terlewat. Dan Arkan juga harus melindungi istri Arkan," gumam Arkan dalam hatinya.
"Nara hari ini sudah mulai mengajar ya?" tanya Kyai Anwar.
"Ya Bi," jawab Nara.
"Arkan kamu juga mengajar di sana?" Tanya Kyai Anwar.
"Arkan Di SMA Bi," jawab Arkan.
"Jam istirahat masih bisa tengok."
Memang Sekolah SMA dan Mts Darul Fallah berhadapan hanya berbeda tempat.
"Kenapa harus di tengok Bi, memangnya kenapa?" tanya Arkan.
"Nanti Nara di ambil orang."
Mendengar itu Arkan hanya tertawa
"Jangan tertawa, Nara itu cantik masih muda, bahkan dia masih dua tahun lebih muda dari kamu," lanjut Kyai Anwar.
"Memang siapa yang akan ambil Nara Bi," sambung Nara sambil tersenyum.
"Semua Yayasan Darul Fallah tahu kalau Nara itu istri dari Arkan," sambung Arkan.
Hati Nara sedikit gugup karena ia akan mengajar setelah sekian lama, rasa gugupnya di tambah karena ia akan menggantikan pelajaran yang sebelumnya di pegang Arkan, yang mana pengetahuan Arkan jauh lebih luas di banding dirinya, tak hanya itu Arkan menjadi salah satu guru yang di sanjung para santri putri, karena wajah nya yang bak artis Korea. Hingga sebutan Gus Korea seakan selalu di eluh-eluhkan oleh mereka. Arkan adalah putra laki-laki satu-satunya Kyai Anwar, yang mana ia akan meneruskan kewajiban nya menjaga pondok pesantren Darul Fallah, termasuk Nara sebagai istri Arkan, ia juga harus dengan baik menjaga nama baik suaminya. Arkan sudah mendapatkan gelar S2 dan sebagai lulusan Al-Azhar Kairo Mesir, tentu pengetahuan sangat jauh di banding Nara. Namun meski begitu ia berusaha memberikan pelajaran terbaik kepada para siswi MTs Darul Fallah.
"Kemaren di ganti Ustadz Qasim, sekarang Mbak Nara, apakah Gus Arkan tidak akan mengajar lagi?" tanya salah satu siswi dengan ekspresi wajah mengeluh.
"Gus Arkan telah mengajar di sebuah Kampus, jadi beliau sudah tidak dapat mengajar di MTs lagi, baik Putra ataupun putri, beliau hanya mengajar di SMA putra," terang Nara
"Ustadz Qasim kemaren Sampai mana mengajarnya?" lanjut Nara menanyakan pelajaran sebelumnya.
Mereka pun mulai melanjutkan pelajaran sebelumnya, dan ternyata cara Nara mengajar yang cukup humoris sehingga membuatnya cukup di sukai mereka, hingga di akhir pelajaran ada siswi yang menanyakan tentang hukum kebiasaan orang-orang yang ghibah, atau yang di sebut meng gosip.
"Perilaku ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang keras oleh agama Islam. Ghibah itu di umpamakan memakan daging saudara kita sendiri," terang Nara.
"Ghibah itu sangat mudah di lakukan, terkadang kita lagi ngumpul, eh tiba-tiba ujung-ujungnya salah satunya bicarain si A habis itu si B jadinya kita ikutan," sambung salah satu siswi itu.
Nara tersenyum, memang ghibah termasuk kebiasaan yang sangat sering di lakukan ketika sedang berkumpul, namun perlu kita ingat Ghibah salah satu dosa besar.
"Kamu bisa mengingatkan, Jika tidak bisa menjauhlah, kamu bisa katakan capek ingin tidur untuk tetap menghargai mereka."
"Mbak Nara, bolehkan jika saya ingin curhat kepada Mbak Nara?'' tanya salah satu siswi itu.
"Tentu saja boleh, sekarang juga, boleh," jawab Nara.
"Saya ingin Gus Arkan," teriak siswi itu dengan suara cempreng membuat para siswi disana menutup telinganya.
"Woi... Yang kamu curhatin itu istrinya," tegur yang lain.
Sontak semua anak-anak di dalam kelas jadi menertawai dirinya karena apa yang dia tanyakan benar-benar nyeleneh.
"Sudah, sudah, waktunya jam pelajaran kedua," tegur Nara.
"Ustadz Qasim sangat membosankan, orangnya sangat kaku, jadi boring kalau di ajari ustadz Qasim," keluh salah satu siswi itu.
"Jangan begitu, sebentar lagi bagian Ustadz Qasim mengajar bahasa Arab, kalau begitu saya pindah ke kelas tiga, Assalamualaikum," pamit Nara.
"Waalaikumsalam," jawab mereka bersamaan.
Nara pun melangkah ke luar menuju ruang guru untuk mengambil buku untuk pelajaran kelas tiga, ia membuka pintu ruang guru, namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang di dalam ruangan itu.
#ada apa dengan Nara ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Surgaku [Telah Terbit)
Romance"Arkan memang menyayangi Ummi Safa, tapi Nara adalah istri Arkan." Selain akan terbit cetak Jalan Surgaku juga telah terbit di ebook 👇 https://play.google.com/store/books/details/Zeyn_Seyi_Jalan_Surgaku_Semanding_Books?id=e-WzEAAAQBAJ HARAP DI FOLL...