bab 7(Pertemuan Arkan dan Karin)

50 5 6
                                    

  Happy reading
  Jangan Lupa tinggal jejak vote dan komennya.

Mengisi pengajian adalah suatu rutinitas bagi Arkan. Baginya dapat berbagi ilmu, adalah hal yang membahagiakan bagi dirinya. Rasulullah berpesan pada umatnya bahwa ilmu yang secara ikhlas dibagikan pada orang lain mampu meningkatkan peluang bagi kita untuk menimba pahala yang luar biasa. Setelah acara selesai, salah satu anggota keluarga ingin mengantarnya hingga ke tempat mobilnya di parkirkan, namun Arkan menolaknya agar tidak perlu merepotkan mereka di tengah ada beberapa tamu yang belum pulang.

"Tidak perlu." tolak Arkan kepada tuan rumah karena tidak ingin merepotkan.

Ketika di jalan Arkan juga santri yang bernama Manaf melihat seorang wanita yang di ganggu preman. Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Karin. Ya wanita yang hampir di nikahi oleh Arkan.
Cut...

Ujar salah satu kru.

"Kami sedang melakukan shooting." ujar salah satu kru shooting.

Arkan tertegun mendengar ucapan salah satu kru, yang mana apa yang ia lihat ternyata adalah sebuah scene shooting.

"Mas Arkan saya sedang melakukan shooting," tutur Karin.

"Maaf kami tidak tahu," ujar Manaf dengan penuh penyesalan karena telah membuat kerja mereka berantakan.

"Tidak apa, tapi terimakasih Mas, karena kamu masih peduli sama saya." ujar Karin sambil tersenyum kepada Arkan.

Arkan hanya membalasnya dengan senyum tipis sambil menundukkan wajahnya.

"Sekali lagi maaf, kami permisi." pamit Arkan sambil menunduk.

"Astaghfirullah." gumam Arkan dalam hatinya karena seakan Karin kembali muncul dalam fikiran nya.

Arkan mencoba tidak lagi memikirkan Karin namun justru Karin semakin mendekat. Karin bahkan mengirim pesan kepada Arkan dengan mengatakan jika hubungan dirinya dengan kekasih telah kandas karena kekasihnya telah mengkhianati dirinya. Karin juga mengatakan jika ia belajar menggunakan hijab kembali setelah sebelumnya ia melepas hijabnya, yang mana ia memang sempat melepas hijab, tepat setelah ia memutuskan membatalkan pernikahannya dengan Arkan.

"Tidak saya tidak boleh seperti ini, ada wanita yang harus saya jaga perasaannya, saya harus memberi tahunya bahwa sekarang saya akan menikah." ujar Arkan pada dirinya sendiri.

Setelah sebelumnya ia tidak membalas pesan Karin, kini Arkan membalas pesan Karin dan mengatakan jika ia akan segera menikah.
Arkan juga mendoakan agar Karin selalu Istiqomah dalam berhijab. Membaca pesan Arkan, Karin merasa tak percaya karena ia tahu dulu Arkan sangat mencintainya sehingga Karin seakan tak percaya jika Arkan telah melupakannya.

"Ini salahku, aku yang membatalkan pernikahan itu dan semuanya sudah berakhir, empat tahun bukan waktu yang sebentar, jadi wajar jika Sekarang Mas Arkan akan menikah." ucapnya pada dirinya sendiri sambil memegang handphone nya.

Dengan rasa berat Karin membalas pesan Arkan dengan mengucapkan selamat atas pernikahannya.

"Sebenarnya aku tidak pernah melupakanmu namun terlalu sulit untukku masuk dalam keluargamu, duniaku adalah ini, aku tidak bisa jika harus meninggalkan karir ku." ujar Karin sambil menangis di dalam kamarnya.
Takdir memang telah di atur oleh sang khalik namun manusia bisa memilih. Ketika kau memilih untuk pergi maka kau akan kehilangannya. Waktu semakin dekat dengan hari pernikahan Arkan dan Nara. Keluarga dua belah pihak mulai sibuk. Namun Ummi Arofah khawatir akan kedatangan Karin ke dalam kehidupan Arkan Kembali. Meski ia mempercayai putranya. Namun ia begitu takut.
"Mbak mengapa Mbak membiarkan Arkan menikah dengan gadis yang sudah punya anak?" keluh Ummi Safa adik dari kyai Anwar.
"Memangnya kenapa, Nara gadis yang baik." jawab ummi Arofah.
"Tapi Mbak Arkan itu putra Kyai besar, pintar kenapa harus menikahi seorang janda bekas santrinya sendiri." keluh Ummi Safa.

Jalan Surgaku [Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang