Bab 5(Nara melahirkan)

52 6 4
                                    


Setiap selesai shalat, tak lupa Nara selalu berdoa kepada Allah, agar almarhum suaminya di ampuni segala dosanya dan di terima amal ibadahnya, dan tak lupa pula ia mendoakan orang-orang di sekitarnya juga keselamatan untuk calon bayinya, namun tiba-tiba perutnya mulai merasa sakit yang luar biasa.
"Ya Allah kenapa sakit sekali, apa aku akan melahirkan, tapi menurut prediksi dokter masih sekitar tiga Minggu lagi," keluh Nara.
Nara mencoba memanggil Mbok, melihat Nara kesakitan Mbok mengabari Ummi Salma.
Segera ummi Salma juga Arkan segera bergegas ke rumah Nara. Kala itu memang Arkan tengah berada di rumah Ummi Salma karena berniat menjaga Ummi Salma yang di tinggal Abah Yasri ke luar kota. Arkan yang merasa berhutang budi pada Almarhum Alvaro. Ia tidak ingin jika terjadi sesuatu kepada Ummi Salma yang hanya berdua dengan pembantunya sedangkan si Mamang pergi bersama Abah Yasri. Setelah berjam-jam berada di ruang persalinan. Suara tangisan bayi pun terdengar. Bayi itu berjenis laki-laki dan terlihat begitu mirip dengan Almarhum ayahnya. Dokter menyuruh Arkan mengadzani nya karena mengira Arkan adalah suami dari Nara.

 Dokter menyuruh Arkan mengadzani nya karena mengira Arkan adalah suami dari Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maaf saya bukan ayah dari bayi itu." terang Arkan pada dokter.
Nara dan Ummi Salma berniat untuk menunggu ibu Wati dan ayah Rozak tapi karena hujan sangat deras beserta angin keduanya tidak dapat datang. Hingga setelah berjam -jam kelahiran sang bayi Akhirnya Arkan lah yang mengadzani nya. Nara menangis bukan karena sakitnya setelah melahirkan melainkan ia sedih karena tidak ada Alvaro di sampingnya di tambah saat melihat Arkan lah yang mengadzani putranya. Banyak mimpi dan harapan yang ia bangun bersama Alvaro, namun ternyata ia lebih dulu pergi, bahkan sebelum mendengar kehadiran buah cinta mereka. Paginya Nara pulang bersama Ummi Salma juga Arkan yang menyetir. Ibu Nara memang tidak ke rumah sakit, namun ia sedang mempersiapkan tempat untuk bayi Nara dan segala keperluan Nara di rumah, karena ia ingin Nara langsung istirahat saat sampai di rumah.
"Ibu sudah ada di rumah?" tanya Nara pada ummi Salma.
"Ya tadi Ibu Wati mengabari Ummi, jika beliau sudah ada di rumah bersama Bapak Rozak
," terang Ummi Salma.
"Abah kapan datang?''
"Abah sudah berada di jalan, Abah sangat ingin melihat cucunya." Terang Ummi Salma sambil tersenyum ke arah cucunya.
Setiba di rumahnya ibu Wati langsung menggendong cucunya, ia meneteskan air mata melihat cucunya yang baru saja di lahirkan namun sudah tidak mempunyai ayah. Melihat putrinya yang tampak kuat, dengan cepat Ibu Wati menyeka air matanya.
"Siapa namanya ndok?" tanya ibu Wati.
"Biar Abah yang beri nama," jawab Nara.
"Ya nunggu Abah datang," sambung Ummi Salma.
"Ummi, Nara juga Ibu Wati, Pak Rozak, saya pamit pulang," pamit Arkan.
"Terima kasih karena telah mengantar kami, dan hati-hati ya nak," ucap Ummi Salma.
Arkan mengangguk, kemudian mencium tangan Bapak Rozak.
"Hati-hati di jalan," pesan Bapak Rozak.
"Terima kasih," sambung Nara. "Sama-sama," jawab Arkan tanpa melihat Nara dan terus menundukkan pandangannya.
"Assalamualaikum," pamit Arkan kembali.
"Waalaikumsalam," jawab mereka secara bersamaan.
Ummi Salma sangat bersyukur karena Arkan begitu baik. ia rela berjaga di luar rumah.
Walaupun Ummi Salma menyuruhnya tidur di kamar Alvaro, tetapi Arkan menolaknya. Ummi Salma tahu jika hingga saat ini Arkan masih di rundung rasa bersalahnya atas apa yang menimpa Alvaro. Ummi Salma pun bercerita bahwa Alvaro pernah berjanji akan membalas kebaikan Arkan, Alvaro juga berjanji akan melindungi Arkan. Ummi Salma mengingat cerita Alvaro. Ketika masih SMP awalnya Alvaro begitu gemuk sehingga ia selalu di bully, Arkan selalu memberi motivasi dan semangat untuk Alvaro. Alvaro juga pernah terjatuh dari tangga dan nyaris kehilangan nyawanya. Di situ Alvaro membutuh donor darah. Namun perjalanan dari Bandung ke Subang cukup jauh sehingga Arkan yang memberi donor darah padahal saat itu kondisi Arkan tidak cukup baik.
"Dia anak yang sangat baik," puji Ummi Salma kembali. Ketukan pintu pun terdengar, dengan cepat Ibu Wati membuka pintu.
"Assalamualaikum," ucap Abah Yasri.
"Waalaikumsalam, silahkan masuk," ucap Ibu Wati.
Abah Yasri pun masuk.
Saat melihat cucunya ia langsung menggendongnya seraya meneteskan air mata bahagia. Karena sebelumnya Ummi Salma sudah mengatakan jika mereka menunggu Abah Yasri yang memberi nama, ia pun telah menyiapkan dan memikirkan matang-matang di perjalanan.
Ya beliau memberi nama Arfan Alfaras. Arfan yang berarti kecerdasan sedang Al adalah nama depan Al dan Faras nama belakang Al Yang mana nama lengkap Al adalah Alvaro Faras. Nara juga lainnya pun setuju dengan nama yang di berikan Abah Yasri. Di tambah ada nama Almarhum Al di belakangnya. Di suatu malam yang mana saat itu turun hujan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Nara. Nara yang kala itu baru selesai menyelesaikan shalat isya' segera melihat ke jendela ada seorang pria yang tersungkur lemas. Karena khawatir Nara membuka pintunya. Namun setelah di buka, ternyata pria itu adalah pria yang mabuk dan langsung memeluk Nara sambil berkata.
"Sayang kamu cantik sekali," ucap si pria itu
"lepaskan," sungut Nara.
Si Mbok pun keluar, tak lama kemudian tiba-tiba istri dari pria itu datang dan memarahi Nara.
"Jadi kamu selingkuhan suami saya," cecar wanita yang baru saja keluar dari mobilnya itu dan tanpa memberi Nara kesempatan untuk menjelaskan. Bahkan wanita itu langsung menampar Nara. Tetangga yang mendengar keributan itu berbondong-bondong melihat keributan di rumah Nara.
"Wah tidak nyangka ya! ternyata dia perempuan tidak benar," ujar salah satu warga.
"Ini tidak benar," jelas Nara.
"Saya sudah dengar ya, jika kamu itu seorang janda dan mempunyai anak yang masih bayi, jadi wajar jika kamu menggoda suami saya, apalagi suami saya pengusaha," ujar istri dari pria yang mabuk itu.
"Eh kamu jangan marah-marah sama dia," tegur pria yang mabuk itu kemudian pingsan karena kebanyakan minum.
"Oh jadi benar kamu selingkuhan suami saya?" lanjut si wanita itu.
"Ternyata Nara selingkuhan Pak Bara ya," bisik salah satu ibu-ibu.
Para warga disana yang heboh justru berniat untuk mengusir Nara karena khawatir akan suami mereka di goda oleh Nara. Beruntung Arkan yang kala itu bersama salah satu Santrinya datang dan melerai kehebohan disana. Arkan meminta semuanya tenang dan seharusnya mereka memberi Nara kesempatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Karena terkadang apa yang kita lihat tidak semuanya benar.
"Bisa saja dia berbohong," ucap istri Pak Bara itu.
"Maaf, saya pastikan jika Nara bukan selingkuhan suami ibu, dan suami ibu sedang mabuk bisa saja dia tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan," tegas Arkan.
Wanita itu hanya diam. Apa yang dikatakan Arkan itu masuk akal. Karena seorang yang tengah dalam pengaruh alkohol bisa berbuat apa saja tanpa ia sadari. Para warga mencoba mempercayai ucapan Arkan sebagai putra kyai Anwar, yang mana kyai Anwar sangat di hormati di desa itu dan karena sering mengisi pengajian disana. Dan beberapa bulan terakhir Arkan lah yang sering mengisi pengajian di desa itu sehingga para warga mencoba mempercayai Arkan.
Wanita itu pun pergi dan membawa suaminya yang tengah pingsan di bantu para warga. Satu persatu para warga pun pulang ke rumah masing-masing. Nara mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Arkan. Karena untuk ke sekian kalinya Arkan menolong dirinya.
"Terima kasih karena telah menolong saya," ucap Nara dengan penuh rasa hormat.
"Saya yakin jika sahabat saya tidak akan salah memilih wanita, jadi saya yakin jika kamu tidak akan melakukan hal itu," tegas Arkan.
"Kalau begitu kami permisi, tidak baik jika terlalu lama," lanjut Arkan.
"Hati-hati Gus Arkan," ujar si Mbok.
Arkan tersenyum.
"Assalamualaikum," pamit Arkan.
"Waalaikumsalam," jawab Nara dan Mbok secara bersamaan.
Di perjalanan Arkan terus memikirkan hal yang terjadi di kediaman mendiang sahabat nya itu. Ia melihat begitu sulit kehidupan yang di lalui Nara, karena kebanyakan dari mereka menganggap wanita janda itu sesuatu hal yang buruk. Bahkan dapat menjadi ancaman bagi mereka.
"Gus Arkan kenapa?" tanya Manaf yang menemaninya sambil menyetir.
"Saya tidak kenapa-napa," jawab Arkan singkat.
Selama berhari-hari Arkan terus memikirkan nasib Nara.
Hingga akhirnya ia melakukan shalat tahajjud juga istikharah. Setelah melakukan shalat selama lima kali Arkan mengambil keputusan dan mengutarakan hal itu kepada Abi dan Ummi nya.

^^wih sudh melahirkan kan saja.
Btw kira2 apa yang Arkan pinta dalam shalatnya ya?🤔
Jangan lupa vote dan komen

Jalan Surgaku [Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang