1

6.3K 293 12
                                    

Matahari sangat menyegat, suasana tak bersahabat, bahkan sekali saja angin sejuk tak bertiup, sial sekali... Hari yang melelahkan, cuaca panas tak memungkinkan untuk para siswa-siswi kelas 12 dibawah sana

Di bawah Teriknya matahari siang para siswa mau tak mau harus bersemangat memutari lapangan, dalam mata pelajaran pendidikan jasmani mereka terus memutar sambil mendengar instruksi dari pinggir lapangan, guru mereka meniup peluit kencang, semuanya bersorak protes

“Tambah dua putaran”

Beramai-ramai semua siswa dilapangan berteriak tak terima, tapi ajaibnya mereka tetap melaksanakannya, penuh ketidakrelaan, peluh keringat mengucur deras membasahi baju seragam olahraga yang mereka pakai

Berselang 5 menit lamanya, semua berlari terengah-engah kepinggir lapangan, banyak yang membaringkan badannya kelelahan “sat.. pak David akan membunuh kita”

Mereka serempak tertawa kencang, jam olahraga akan berakhir, mereka semua dihukum karena ada yang tidak memakai seragam, ahh.. sialan, lagi-lagi Joong Archen Aydin “sialan Joong, masukkan baju olahragamu ke dalam tas, jangan melupakannya”

“Aww... Lelah sekali” mungkin Joong benar-benar tak merasa bersalah, dia membaringkan badan, tak peduli keluhan teman-temannya

“Archen.. ambil ini”

Suara tak asing mengalihkan atensinya, Joong terduduk menyambar sebotol air dari tangan sahabatnya “ohh, thanks Dunk..”

“Iya, santai saja”

“Dunk, kenapa hanya Joong yang diberi air minum?” Protes salah satu siswa “harusnya Joong dihukum, dia yang membuat kita kelelahan begini”

Joong menendang kaki temannya itu pelan “Kau mau menghukumku bagaimana?”

“Pijit kakiku, aku kelelahan berlari karena kecerobohanmu”

“Fuck.. minggir, aku tidak sudi” Temannya tertawa singkat merebut air mineral dingin ditangannya “bangsat, Neo.. kembalikan airku”

“Sudahlah, aku akan membelikanmu air mineral lain”

“Aww.. Dunk, tidak usah, hausku sudah hilang”

“Kenapa kau melupakan baju olahragamu sih?”

“Kau tidak mengingatkanku”

“Memangnya aku ini apa?, Semacam alarm pengingat agenda begitu?”

“Yah.. bukan sih, tapi tetap saja kau harusnya mengingatkanku”

“Shia.., sini handphonemu, tulis dihandphonemu saja, daftar agenda pengingat”

Joong mengeluarkan ponselnya, memberikan pada Dunk “setelkan”

Apa-apaan, Joong kudet sekali “dasar ketinggalan zaman, kau tak tau pake handphone yah?”

“Bangsat, aku tidak tahu, sudah setelkan saja, cerewet sekali” Baiklah, Dunk mulai kesal... Dia mencubit lengan sahabatnya kuat “AWW... DUNK...”

“apa?”

“Lepaskan cubitanmu.. akhhh”

Tidak, sepertinya tidak akan.. kini Dunk memutar cubitannya lebih kuat “ishh.. sialan, Archen sialan”

“Iya.. ampun, ampun, berhenti mencubit ku” Lelaki tegap itu mengusap bahunya dramatis, matanya menatap nyalang pada Dunk “bagaimana ini?, Kulitku terbelah”

“Bangsat...”

“Dunk.. kau harus memberiku kompensasi, ini sakit sekali tau”

“Terserah” lelaki manis itu melempar handphone ke pangkuannya “berapa kompensasi mu?”

“Kau benar-benar akan membayar ku?”

“Tidak lah, kau gila?, Untuk apa aku membayar untuk kulit badakmu ini?”

“Sialan, kau mengataiku kulit badak, liat saja, aku tak akan mengantarmu pulang”

“Ohhh, baiklah aku akan pulang dengan Phuwin.. bye..”

“Heh, Phuwin tidak bawa mobil hari ini”

Benarkah?, Perasaan Phuwin selalu membawa mobil “Darimana kau tau?”

“Aku melihat dia di antar kekasihnya tadi pagi”

“Yasudah, Terserah, aku akan mencari tumpangan lain”

Joong tertawa mengejek, langkahnya menyusul Dunk “habislah, kau akan tinggal sendirian disekolah, lalu bermalam disini karena tak ada tumpangan”

“Aku bisa naik bus”

Sepanjang jalan ocehan dan pertengkaran kecil saling menyahut mengundang perhatian siswa-siswi disepanjang koridor, pemandangan biasa hampir terjadi setiap hari, mereka sudah paham dan memaklumi kelakuan kedua sahabat itu

“Archen hentikan, telingaku mau meledak mendengar ocehan mu”

“Sat.. kau yang mulai duluan”

Tidak jelas sekali, Dunk mengabaikannya, dia muak mendengar Joong memarahinya, demi apasih... Tadi dia hanya bercanda saat mengatakan tak ingin pulang bersama, namun kini Joong menyerbunya dengan beribu kata-kata kekecewaan, Dunk mengambil ranselnya di loker, mengeluarkan barang-barang perlengkapannya seperti buku-buku dan alat tulis “kau tak ganti baju?”

“Malas..”

“Sialan, sekarang kau marah padaku?”

“Untuk apa aku marah?”

“Nada bicaramu sialan, menjengkelkan sekali”

“Aww.. Dunk, kau kenapa sih, sensi sekali”

Dunk menghela nafas, dia menenangkan dirinya berusaha tak ikut emosi “baiklah, jangan marah yah, aku hanya bercanda mengatakannya tadi”

“Sebenarnya jika kau tak ingin pulang denganku juga tak masalah, aku tidak minat juga”

Sialan, Dunk mencekik leher lelaki bertubuh tegap itu “aku akan membunuhmu”

“Hei.. kalian berdua, sudah...” Disana Phuwin menggeleng dan meletakkan baju olahraganya di loker, ternyata perdebatan kedua sahabat itu belum selesai

“Phuwin.. cepat siapkan ambulance, dia akan mati”

“Dunk.. jangan membunuhku” Mereka saling menatap kesal, Joong melepaskan cekikan itu dengan mudah “ohh.. liat saja, aku serius tak akan mengantarmu pulang, bye..”

“Akkhhh... Archen sialan, gila, brengsek”

.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Note: ini udh di revisi, aku ganti pemerannya ke Joongdunk. Dan disini panggilannya Joong jadi Archen, Selamat menikmati, pelan-pelan aja yah up nya. Semoga memuaskan💛💛 btw nnti ada geminifourth.







Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang