21

1.7K 173 18
                                    

Those eyes... Alunan lagu indah memasuki indra pendengarannya, Joong menutup wajahnya dengan telapak tangan. hangat air mata membasuh wajahnya, sudah muak dengan segalanya. dia menyaksikan hatinya tak bisa lagi dikendalikan, takdir menjatuhkan dan mengejeknya.

Kini dia paham mengapa orang-orang bisa terbunuh karena perasaan mereka, benar-benar pilu. Bahkan untuk berhenti memikirkan lelaki manis di seberang jalan sana, otaknya menolak dan hatinya tak mampu.

Yang dulu dia pertanyakan mengapa orang begitu gila saat mencintai? Dan mengapa orang-orang mengakhiri hidup mereka karena penolakan. namun saat ini itu bukan lagi hal asing baginya, bukan lagi hal bodoh.

Situasinya seakan-akan dirimu sedang tertikam namun orang-orang hanya lewat tak perduli keadaanmu, dan akhirnya batinmu telah remuk namun nihil tetap saja tak ada yang bersimpati.

itu benar-benar memalukan.

Dia menghela nafas panjang, mencoba bangkit dari tidurnya. wajah tampan itu terlihat tak berselera sama sekali, guratan garis dimatanya menandakan dia kurang istirahat. Matanya sembab hampir tak nampak lagi.

Dunianya hancur, Dunk tak sudi lagi melihat wajahnya. mengusirnya untuk pergi dan bahkan berharap dia melupakan segala sesuatu yang pernah mereka lakukan bersama.

Matanya melirik kepala ranjang, sekilas memori di hari-harinya yang telah berlalu kembali terlintas. bagaimana tempat itu menjadi tempat terbaik mereka untuk saling bercerita, ranjang ini selalu menjadi tempat ternyaman nya menumpu kepala di pangkuan sahabatnya.

Bagaimana bisa di keliru? Bukankah pemilik hatinya adalah lelaki manis dengan lesung pipi menggemaskan itu? Lantas mengapa dia tak menyadarinya lebih cepat?

"Sial, aku lelah sekali.."

Apakah Dunk pernah merasakan? Kehampaan dan ke semuan dalam lubuk hatinya, apa Dunk juga pernah menangis semalaman karena hatinya dilukai? Atau Dunk pernah merasa tak ingin bergerak sama sekali karena kesepian?

Joong menunduk, Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. jika memang Dunk pernah mencintainya bukankah tindakannya hari itu keterlaluan?

Tak seberapa, Joong tau sahabatnya itu jauh lebih terluka dibanding dirinya sekarang. bagaimana cara mengatakan ini? Dia tak tahu seberapa dalam luka yang dia sebabkan, Tapi dari cara Dunk memperlakukannya itu sudah menjelaskan segalanya, Dunk kini membencinya.

Drrtt...

Joong melirik handphone di atas nakas, lagu yang terputar Seketika berhenti. dia berdecak malas melihat layar ponsel tertera nama View, Dia enggan meladeninya dan memilih untuk menonaktifkan handphonenya saja. kemudian Joong menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

Dia Memandang langit-langit kamar berharap bisa tertidur meski sekejap, otaknya sudah lelah berfikir segala macam kemungkinan semalam suntuk. meski tak rela dia akan menyerahkan segalanya pada takdir "permainkan aku lebih sakit lagi, agar yang ku dapatkan setimpal dengan luka yang ku berikan pada Dunk.."

.

.

.

.

.

"Kau mencari siapa? Joong yah?"

Dunk tak menjawab, dia menoleh kanan-kiri mencoba mencari atensi lelaki itu namun nihil, dia tak menemukannya.

"Joong sakit"

"Kenapa baru bilang sih?"

Phuwin berdecak kesal "kau juga diam saja dari tadi saat aku bertanya"

"Apa yang terjadi padanya? Kenapa bisa sakit?"

"Aku tak tau, bisa jadi sekarang dia terkapar mengenaskan di kamarnya"

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang