23

1.6K 159 7
                                    

"aku tak main basket lagi, bahuku cedera"

Neo mengangguki ucapan lelaki itu "iya aku tau, tapi untuk sekedar menyaksikan latihan, apa kau tak mau bergabung lagi? Kau mentor yang cukup baik"

"Tidak Neo, aku tak berniat lagi"

"Ckk.. para junior mencari mu. katanya phi Joong lebih pintar menjelaskan dan mengarahkan mereka, aku sakit hati mendengarnya"

"Hahaha, ada-ada saja"

"Ayolah Joong datang saja sore nanti menemaniku mengawasi para junior latihan, yah?"

"Tidak ahh, disana ada View juga aku malas"

Neo memukul bahu lelaki itu, wajahnya sangat antusias "View sudah keluar tau dari club basket"

"Kok bisa?"

"Iya serius, dia keluar dari klub basket" Neo duduk lebih nyaman mendekatkan tubuhnya pada Joong, bukankah mereka harus berbisik jika bercerita tentang orang lain "dia hampir gila kau tau? Apa kau dengar rumornya?"

"Tidak"

"Kata anak-anak club dia tak mau keluar dari kamarnya, bahkan dia sudah tak pernah muncul di sekolah, seperti sedang depresi berat"

Joong nampak berfikir, terakhir kali mereka bertemu saat dia memutuskan hubungan mereka.

"Sebenarnya aku tak ingin menceritakan ini pada orang lain, tapi karena kulihat kau sangat dekat dengannya di club basket, jadi aku memberi tahu padamu berita ini"

Dia berdecak, sudahlah. Percuma juga menghalau ucapan Neo, temannya itu jelas belum tau tentang hubungannya telah sejauh apa bersama View "jadi bagaimana kondisi nya sekarang?"

"Aku tidak tahu, hanya teman kelasnya yang bercerita, aku tak banyak dengar kabar lain lagi"

Biarlah, lagipula Joong tak punya hubungan apapun lagi. jikalau penyebab View seperti itu adalah dirinya, dia tak perlu merasa bersalah. karena Joong sendiri merasakan hal itu, saat Dunk memutuskan untuk menjauh darinya. dia telah melewati fase terberat di hidupnya, benar-benar berjalan sendirian tanpa sandaran. dirinya merasa jiwa dan raganya tak sinkron hanya karena perasaan.

Benar sekali, perasaan segila itu mengendalikan kerja tubuh dan otaknya. dia merasa hampir gila karena satu orang, dan itu kenyataan tentang betapa gilanya cinta. dia menyaksikan sendiri, dia tau jelas memang segila itu. dia tak akan menolak pernyataan orang-orang jika berkata cinta segila itu mempengaruhi hidupmu.

.

.

.

.

.

"Sini kubawakan"

"Aku bisa sendiri Gemini"

"Ini berat, biar aku saja yang membawakannya ke kelasmu"

Dunk menggeleng, dia masih tak membiarkan Gemini mengambil peralatan menggambarnya. harus buru-buru ke kelas karena mata pelajaran seni telah dimulai dan kekasihnya itu tak berhenti memaksa untuk ikut membantu.

"Biar aku saja yang bawakan" Gemini melotot kesal, kedatangan lelaki disana membuatnya tak terima "kembalilah ke kelasmu, kenapa ikut campur sekali masalah kelas lain"

"Jelas aku ikut campur, dia kekasihku"

"Ohh... baru kekasih,kupikir kau suaminya" Joong menyenggol bahu Gemini kesal, dia menenteng semua alat untuk kelas seni, tak peduli lagi jika lelaki itu mengutuknya.

"Aku ke kelas dulu yah" Dunk melambaikan tangan pada Gemini, kemudian menyusul Joong yang berjalan duluan.

"Sialan.."

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang