6

1.5K 180 18
                                    

‘maaf kita tak bisa keluar bersama akhir pekan ini, aku ada janji dengan View’

Dunk duduk dikursi kamar, dia melemparkan handphonenya di atas ranjang. Ada banyak tugas untuk dikumpulkan hari senin nanti, bukankah lebih baik jika menyiapkan lebih dulu?

Dia tertawa renyah, hatinya pengap luar biasa, kadang bertanya apa hak nya untuk tak terima?, Tapi dipikir lagi apa posisinya di hidup Joong sampai harus merasa terluka?

“Tenangkan dirimu..., Masih banyak yang harus di pelajari...”

Buku pertama dia buka, dia mulai menyimak kalimat demi kalimat dalam diam. Matanya menatap fokus pada buku dan catatan disebelahnya, tapi otaknya ribut... Sial, otaknya bergemuruh tak karuan.

“Akhh... Aku kenapa sih?”

Ting... Pesan line masuk dari Phuwin,
Dunk membuka pesan tersebut. Ternyata hanya ajakan keluar untuk party akhir pekan, di scroll lagi berharap ada pesan dari Joong untuknya, namun sia-sia saja, itu kosong.

“Aku tak akan pergi berakhir pekan, aku akan tidur”

Dunk menjatuhkan tubuhnya di ranjang, masih sangat awal untuk tidur. Namun jika tak tidur sekarang dia akan gila berperang dengan fikirannya sendiri.

Sudah sebulan lamanya Joong tak pernah menghabiskan akhir pekan bersamanya lagi. Sahabatnya itu sibuk bersama View di akhir pekan seperti ini, kadang dia menemui Dunk hanya untuk mengeluh tak bisa menyatakan perasaannya lah. Segala macam tentang View akan dia ceritakan pada Dunk.

Saat Dunk mengajaknya bertemu, dia akan beralasan harus mengajarkan View bermain basket. Ada sesuatu yang View kerjakan dan butuh bantuannya, dia mengatakan tak mungkin menolak.

Dunk mulai menyendiri, menghabiskan waktu luangnya disekolah hanya pergi ke perpustakaan. Jika bukan di kelas dia tak akan melihat Joong lagi, lelaki itu selalu sibuk dengan handphonenya. Sibuk mencari alasan untuk terus-menerus kabur dari kegiatan kelas, yah dia lebih banyak menghabiskan waktu di antara para junior, lebih tepatnya menghabiskan waktu dengan View.

.
.
.
.
.
.

Pagi-pagi sekali Dunk keluar dari rumahnya, dia berharap Joong akan datang menjemputnya seperti hari-hari sebulan yang lalu. Namun lelaki itu tak muncul juga jika terus menunggu dia akan kesiangan, akhirnya Dunk memilih untuk naik bus lagi. Berjalan cukup jauh ke halte dia akhirnya menaiki bus tujuan ke senior high school tempatnya bersekolah

“Dunk..” saat berjalan memasuki gerbang, Phuwin meneriakinya

“Kenapa?”

“Kau datang sendiri terus, kenapa tak pernah bersama Joong lagi?”

“Aku lebih suka naik bus akhir-akhir ini”

Phuwin mengangguk saja meski tau temannya itu berbohong “Dunk.. sebenarnya tak baik menahan perasaanmu”

“Hei.. aku tidak menahan perasaan apapun”

“Kau kira aku bodoh?”

Setiap hari saat mata pelajaran berlangsung, Phuwin tau Dunk hanya memperhatikan Joong. Namun sialnya lelaki itu malah sibuk bermain handphone, kadang-kadang di kelas Joong tertawa seperti orang gila.

“Jangan mengatakan apapun pada Joong, ini hanya kita yang tau”

“Nah kan, aku benar... Lihat saja, jika kau tak berani menarik Joong, dia akan menghilang dari hidupmu”

Itu terlalu berlebihan, Dunk tak berfikir sampai disana, lagipula mereka adalah tetangga juga, apa yang membuatnya bisa semakin jauh dengan Joong?. Jika itu adalah View, sebenarnya tak ada yang perlu di khawatirkan, View hanyalah anak kemarin sore. Dunk yakin dia jauh lebih penting di hidup lelaki itu.

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang