15

1.5K 150 8
                                    

“Dunk.. apa yang kau pikirkan?” Dunk mengadahkan kepala, dia melihat Joong menatapnya khawatir “Are you okay?”

Lelaki manis itu mengangguk, nampak berdiri dari posisinya membantu sang sahabat menata beberapa lembar baju di dalam lemari.

Ada yang tak beres dengan Dunk, semenjak semalam di rumah sakit sampai pagi ini mereka sudah kembali ke rumah, lelaki itu jarang bicara dan menghabiskan waktunya terus melamun. Joong khawatir ada masalah, tapi jika memang ada kenapa Dunk tak menceritakan itu padanya?

“Sebenarnya jika kau punya masalah, kau bisa menceritakannya padaku, bukankah kita sudah berjanji untuk itu?”

“Hum, aku hanya sedikit pusing” dia tak akan menceritakannya, itu terlalu bodoh jika Joong tau dia bimbang tentang keputusannya bertahan bersama Joong. Lelaki itu akan bertanya-tanya kenapa Dunk bimbang, Lalu dia harus menjawab apa?

“Baiklah.. kepalamu sedang pusing yah” lelaki itu duduk di sisinya, mengusap pelan rambut Dunk, kemudian memijatnya.

“Kau tau perlu melakukan itu”

“Tidak masalah, Dunk sudah lelah menemaniku dirumah sakit. Hanya memijat seperti ini tak masalah”

Netra keduanya bertemu dalam diam, Joong masih memijat pelan kepalanya, dan Dunk hanya bisa menatap keindahan wajah bak pahatan dewa di hadapannya.

“Archen...”

“Humm?”

“Kau tak akan meninggalkanku kan?”

“Tentu saja, untuk apa aku meninggalkan Dunk?”

“Siapa yang tahu?”

Joong terkekeh pelan, mengacak rambut Dunk dengan gemas. Matanya menyiratkan kerinduan, sudah terlalu lama rasanya dia berpisah dengan Dunk. Dia sendiri tak tahu tepat berapa lama tragedi kecelakaan menimpanya, yang dia tahu, selama itu dia kesepian. Dunk tak ada dalam pandangannya itu sudah cukup membuat hatinya resah.

Bel rumah berbunyi, Joong lebih dulu beranjak dari tempatnya “biar aku yang buka”

Dunk mengangguk, dia membiarkan Joong ke bawah membukakan pintu. Lelaki manis itu menghela nafas sesaat, pandangannya tertuju pada mading tempat foto-fotonya dan sang sahabat terpajang. Dia akhirnya kembali sibuk dengan fikirannya sendiri, ada banyak hal ingin dia katakan pada Joong. Tapi bukan hari ini, dia akan menunggu waktu yang tepat untuk semuanya.

Tiba-tiba, suara ribut di lantai bawah menyita perhatian. Dunk memijat pelipisnya, dia segera berlari ke bawah dan benar saja yang dia duga. View ada disana berusaha menarik lengan Joong “View... hentikan” wanita itu menatap nyalang padanya, tapi dia tak gentar sama sekali “bisakah kau berhenti?”

“TIDAK.. JOONG MILIKKU”

“Archen, masuklah duluan”

Lelaki itu memegang bahu Dunk kebingungan “humm, aku ke atas duluan..”

Tersisa Dunk dan View, kenyataannya saat ini Joong tak ingat apapun tentang wanita itu “bisakah kau berhenti memaksakan kehendakmu?”

“kau yang harus berhenti Dunk, kau mengacaukan hidupnya-

-mengacaukan apa?, kau yang tiba-tiba datang menghancurkan hubungan kami”

“hei... berkacalah, kau gay.. hubungan yang kau maksud itu bukan persahabatan, Joong akan jijik padamu”

“lalu?, kenapa sekarang dia menghindari mu?, jadi sebenarnya dia jijik pada siapa?”

“sialan... kau mendoktrinnya? Hah?, tinggalkan kekasihku. Dia hanya akan terserang virus gay jika berada di dekatmu”

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang