28

1.9K 135 8
                                    

Bruk...

"Sialan..." Phuwin menatap kesal lelaki yang baru saja menabraknya namun sedetik kemudian matanya membulat "shia.. kukira siapa ternyata Fourth, kau kenapa?"

"Aku kenapa sialan? Minggir"

Dia seketika cego "kau berlari seperti di kejar hantu"

"Akhh.. terserah, aku harus ke kelas"

Phuwin masih tak mengerti, dia menarik tangan lelaki itu dan tersenyum miring "kau habis bercinta dengan siapa?"

"Bangsat... Apa maksudmu?"

"Hahaha... Tengkukmu merah-merah begitu, siapa yang memberinya tanda?"

Fourth gelalapan, dia menutup lehernya  dengan panik "sialan.. minggir, temanmu itu akan melihatku, mau ditaruh dimana muka ku ini"

"Temanku?" Belum sempat bertanya lagi, Fourth sudah berlari kesetanan meninggalkannya "aku punya banyak teman, yang mana sih yang dia maksud?" Sial, Seorang lelaki kembali menabrak bahunya "hei.. hei.. Gemini?, Kau mau kemana?"

"Aku ada keperluan"

"Tunggu dulu, kenapa terburu-buru?"

Gemini menepis tangan Phuwin yang menariknya "lepaskan.. temanmu itu akan menghilang jika aku tak menyusulnya"

Phuwin meringis kesal, dia mengusap dagunya seolah berfikir. ada apa gerangan dia mendapatkan dua kejadian yang hampir sama dalam satu waktu "apa aku harus menanyai Neo tentang ramalan? Aku punya firasat baik tentang ini"

Dia berjalan sambil tersenyum lebar, sepanjang koridor dia mencari-cari atensi lelaki yang selalu heboh membaca ramalan-ramalan zodiak dalam majalah. namun belum sempat meneliti lagi, kini dia bertemu dengan Dunk yang juga berniat masuk ke dalam kelas "hai.. Dunk.."

"Humm... Hai.."

Phuwin menyergitkan dahi, dia menatap heran ke tengkuk lelaki manis itu. kenapa semua leher orang-orang menjadi merah? "Itu kenapa? Kau bercinta dengan siapa? Joong?"

"Apa?"

"Lehermu?" Belum sempat mendengar jawaban dari Dunk, Joong lebih dulu muncul di pintu kelas. tengkuk lelaki itu terlilit syal, dia semakin gila "hah?, Pemandangan macam apa ini? Kenapa leher orang-orang menjadi merah?"

"Diamlah.. Phuwin kau.. ya ampun"

Dunk menutup lehernya dengan tangan, sial.. kenapa Joong tak memberitahu tentang tanda bercinta itu? Kini matanya menatap kesal pada sang kekasih yang menyengir. Sudah pasti Joong sengaja membuatnya ada dalam situasi memalukan seperti ini,

"Perasaanku tak enak sial.., NEO DIMANA KAU?"

.

.

.

.

.

"Pensil yang ini yah"

Joong mengangguk saja, tak mengalihkan pandangan dari wajah sang kekasih. dia memeluk tas belanjaan dengan patuh, berhubung satu bulan lagi mereka akan ujian, Dunk berinisiatif membeli perlengkapan gambar untuk fokus mengembangkan bakat menggambar mereka persiapan memasuki jurusan arsitektur. jadilah hari ini sepulang sekolah mereka berkeliling mall.

"Dunk.."

"Humm?"

"Masih lama yah?, Aku sudah lapar"

"Sabar.. aku belum mendapatkan kotak pensil yang kulihat di aplikasi kemarin"

"Ambil yang lain saja.."

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang