14

1.5K 160 6
                                    

"eww.. menjijikkan" Phuwin melempar satu persatu foto yang terpasang di mading, hatinya memanas mengamati berbagai macam foto yang tertempel apik di sana.

Besok pagi Joong sudah bisa pulang ke rumah, dan Dunk mengajak Phuwin membantunya membersihkan kamar lelaki itu. secara Joong sama sekali tak ingat tentang View, akan aneh jika dia melihat foto-foto kemesraannya terpajang di dalam kamar.

"Phuwin.. masukkan disini yah, aku akan menyimpannya"

"Bakar saja sekalian"

Dunk menggeleng pelan tak ingin melenyapkan kenangan itu, dia tau itu pasti berharga untuk Joong. maka Dunk memutuskan untuk menyimpan foto-foto itu sementara waktu "hanya sampai ingatannya pulih, aku akan mengembalikan ini"

"Dunk..?"

"Humm?"

"Apa kau tak berniat menceritakan kejadian sebenarnya pada Joong?"

"Tidak" Apa sekarang Phuwin menganggapnya egois? Dunk tak peduli, dia masih sibuk membersihkan tiap sudut kamar. Phuwin belum merespon ucapannya, hingga Dunk melanjutkan pembicaraan "entah kenapa, beberapa bulan terakhir basket menjadi mimpinya, aku melihat dia sangat antusias dengan itu. tapi, Saat bahunya mengalami cedera berkepanjangan" Dunk menghela nafas, matanya memanas. demi apapun sekarang dia tak siap Joong mendapatkan ingatannya kembali "jika Joong ingat tentang impiannya menjadi atlet basket dan tau tentang cederanya, dia sudah pasti akan kecewa"

Phuwin memandang keluar jendela kamar, suasana menyenangkan memulai obrolan menyedihkan. dia merutuki dirinya sendiri, mengapa berteman dengan orang yang terlampau baik seperti Dunk. dia tak akan pernah mengalah untuk kepentingan orang lain, tapi Dunk melakukannya. terlampau sering hingga lelaki itu membiarkan hatinya tersungkur berkali-kali.

"Kadang kau perlu memikirkan dirimu sendiri Dunk, aku tau kenyataan akan menyakitkan untuk Joong. tapi dia akan menyalahkan mu lagi saat tau kebenarannya dari orang lain"

"Jadi aku mohon bantu aku, Joong butuh ketenangan. jangan cercoki dia dengan pertanyaan dan penjelasan masa lalunya, dia hanya butuh pemulihan"

"Lambat laun dia akan tau kenyataannya Dunk, dia akan tau tentang mimpinya menjadi atlet basket. dia akan tau semua kenangannya dengan View, dan dia akan meninggalkanmu lagi" Phuwin memegang kusen, pandangannya masih melihat ke halaman "aku juga tak tahu jalan pikiranmu, tapi kau baru saja mengorbankan dirimu. kau akan di anggap penipu dan memanipulasi keadaan, orang-orang akan menganggap mu jahat"

"Baiklah, tak masalah. untuk saat ini yang terpenting Archen tidak frustasi tentang cedera nya, itu lebih baik dan untuk selanjutnya aku tak peduli"

Maaf jika dia telah membohongi sahabatnya, namun menurut Dunk ini jalan terbaik menghindarkan Joong dari frustasi. lelaki itu baru saja bangun dari tidur panjang, tak mungkin memaksanya untuk mengingat. tak mungkin membuatnya menangisi mimpi yang kini mustahil dia gapai, Dunk tak mau Joong terbeban sedikitpun.

Di ambilnya bola basket dari atas lemari, dia dan Phuwin mengempeskannya. kemudian menaruhnya dalam kantongan plastik, semua yang berhubungan tentang kegiatannya beberapa bulan terakhir harus di singkirkan.

"Ohh, iya.. Gemini menyampaikan salam untukmu, kapan-kapan dia akan bergabung, tadi aku mengajaknya kemari tapi dia sedang sibuk"

"Gemini sudah melakukan banyak hal untukku, aku akan mengucapkan ucapan terima kasih langsung padanya"

.

.

.

.

.

Sore harinya Joong sudah mendapatkan antibiotik terakhir, besok dia sudah diizinkan pulang oleh dokter. lelaki itu tak berhenti berbicara sepanjang hari, Dunk hanya pasrah mendengarkannya.

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang