10

1.6K 180 13
                                    

Seminggu lebih telah berlalu, Dunk belum mendapat kabar apapun. Joong tak pernah ada dirumah saat dia menyambanginya, berkali-kali Phuwin mengingatkan untuk berhenti. Namun rasa ingin tahu mengalahkan segalanya, tentang rubah kecil yang mereka miliki. Yang telah sepakat menjadi tempat perjanjian mereka terikat, sampai hari ini dia belum mendapatkannya.

Sederhana saja, namun benda itu masih menjadi benda terpenting untuk Dunk. Dia bahkan jarang memakainya, hanya sering disimpan untuk di abadikan.

Beberapa orang akan mengatai dirinya bodoh, dan beberapa lainnya akan mengatakan hidupnya sangat dramatis. Memaksakan perasaan tanpa peduli situasi, namun Dunk tak melakukan apapun. Apakah dia pernah menuntut Joong kembali seperti dulu?, Apa dia pernah memarahi View mengambil waktu Joong lebih banyak?. Tak ada yang dia lakukan kecuali diam dan terus menunggu kesempatan.

Kesempatan sebentar saja, bahkan untuk bicara semenit. Dunk berharap memilikinya, Dia mempermainkan rubah biru kecil di tangannya. Membuka sedikit robekan disana, nampak kertas biru mengepul ingin keluar. Namun Dunk meringsaknya lebih dalam, dia menatap tak nyaman kemudian melempar gantungan itu naik ke atas nakas.

Suasana kembali hening, Dunk dengan segala kesunyiannya. Meja belajar masih tertata rapi, dan ranjangnya hanya berantakan sedikit. Foto-foto di mading masih berdebu tak niat di bersihkan, entah kenapa pemandangan ini memuakkan.

Dia menatap pintu, suara ketukan terdengar dari sana. Dia menyeret tubuhnya tak minat sama sekali “siapa?”

“Ini Joong..”

Dunk menghentikan langkahnya, sakit sekali mendengar suara orang asing di kamarnya. “ada apa Archen?” Tak ada jawaban, Dunk membuka pintu. Netra itu bertemu, mereka diam cukup semenit. Keduanya tak merespon apapun.

Hingga lelaki tampan itu memberikan sebuah gantungan rubah biru persis miliknya, “kau mencari ini kan?”

“Archen—

—berhenti memanggilku seperti itu”

Lagi-lagi mereka saling diam, Dunk tau matanya mulai memanas. Kerinduan yang menghancurkan hatinya tak bisa ia lepaskan “aku minta maaf jika kau tak nyaman lagi”

“Tidak.. maksudku, ini agak aneh, nama panggilan itu terlalu spesifik untuk hubungan kita yang bukan siapa-siapa”

“Tapi.. kita memang punya hubungan kan?”

Joong mengangguk “kau benar.. tapi itu hanya sahabat kan?”

“Iya aku tau, tapi kenapa dengan Archen?, Kenapa aku tak bisa memanggilmu Archen?”

“Itu aneh Dunk, aku muak mendengar cerita orang-orang. Aku takut View kesulitan”

Bagaimana dengannya?, Apa Joong sama sekali tak memikirkan dirinya yang kesulitan belakangan ini?.

“Aku harap.. kita bisa menjaga jarak disekolah, aku hanya tak mau ada kesalahpahaman”

“Tapi bahkan di rumah, aku tak pernah menemukanmu”

“Aku sibuk Dunk, harus mempersiapkan diri masuk universitas. Aku akan mengembangkan bakat ku lebih baik”

Tak ada lagi harapan lagi, Dunk yakin ini tak akan ada jalan. Seperti deklarasi untuk mundur dan berhenti, dia yakin Joong ingin sepenuhnya lepas darinya. Lelaki itu mungkin muak padanya. Rasanya ingin mundur, rasanya ingin berlari sekuat mungkin. Dia akan terjun dari ketinggian melepaskan perasaan yang membunuhnya, dia rela. Kesialan ini, hanya dia yang mendapatkannya. Dia tau, cinta penuh konsekuensi. Baiklah, dengan lapang dada dia akan menerimanya.

“Ambil ini” dia meletakkan rubah biru diatas tangan sahabatnya, matanya sangat jelas sudah putus asa “setidaknya kau memiliki ini, janji tetaplah janji”

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang