2

2.7K 222 6
                                    

PIP.. PIP...

"ARCHEN SIALAN... SABAR WOI.."

"LAMA.. DUNK LAMA"

"sayang, cepatlah... kasihan Joong menunggumu daritadi"

"iya mah.. sebentar, ini pakai sepatu dulu"

Joong tersenyum miring, sahabatnya muncul didepan pintu, puas sekali melihat Dunk buru-buru mengikat tali sepatu

"ampun, lelet.. lelet.."

"sabarlah, kau yang membuatku telat begini"

"shia.. kau menyalahkanku?" Dunk menatap kesal, dia membuka pintu mobil milik sahabatnya kemudian duduk sambil mendengarkan Joong mengoceh "Dunk... aku belum menyelesaikan PR matematika"

"bagaimana bisa selesai?, kau menghabiskan sepanjang malam untuk mengobrol denganku di telfon"

"aww.. kau ini sensi sekali, sedang PMS kah?"

Dunk mencubit lengan lelaki itu, matanya menatap nyalang "sial.. kau harus mengurangi sikap menjengkelkanmu itu"

Siapa yang tak jengkel, setiap malam Joong akan mulai menelfonnya pukul 8, lelaki itu akan mulai menceritakan berbagai macam hal, mulai dari rekomendasi film di platfrom media sosialnya sampai lagu-lagu terbaru yang rilis dari berbagai penjuru dunia, kadang Dunk menyarankannya untuk membuka podcast gossip saja, itu lebih berguna

"Aww.. Dunk.., jangan marah nanti bantu aku mengerjakan PR-ku yah, aku mohon"

Dunk menghela nafas, dia diam saja. Setibanya di sekolah dia lebih dulu keluar dari mobil disusul Joong yang masih terus mengekori "Joong, jangan membuat pagiku suram dengan ocehanmu..."

"ayolah, bantu aku sebentar mengerjakan PR"

"benar yah, hanya dibantu"

Joong mengangguk yakin, dia menyeret sahabatnya ke pinggir lapangan basket disana ada tempat duduk dibawah pohon rindang cocok sekali untuk mengerjakan PR "nah disini saja"

"didalam kelas saja"

"Dunk.. disini saja" perasaan lelaki manis itu tak enak, dia duduk dengan wajah suram, terlebih Joong mulai mengeluarkan bukunya keatas meja "nah, ayo mulai"

"WOI.. JOONG, AYO IKUT MAIN BASKET DENGAN KAMI"

"OHH.. IYA TUNGGU"

Dunk menggeram kesal, dia menarik lengan lelaki tegap itu membuat wajah ganas "sudah kubilang jangan disini, kau tak tahan godaan"

"Dunk.. sebentar saja, kita butuh berkeringat di pagi hari agar tubuh semakin sehat"

"no.. no.. jika PR mu telah selesai silahkan"

"WOI.. JOONG.. JADI TIDAK?"

"IYA.. BANGSAT SABAR..." Joong merutuk berusaha melepaskan tangan Dunk yang menariknya "ayolah Dunk... salinkan saja PR mu kan beres"

"iya tapi itu sama saja kau tak usaha sama sekali mengerjakan ini"

"nanti malam saja, jelaskan padaku langkah-langkah penyelesaian soalnya. Okay?, bye... Dunk"

Demi apa, siluman jahat, Dunk menulis dengan hati jengkel. Joong sialan, dia benar-benar tak ada usaha sedikitpun untuk belajar, yang dikerjakannya hanya main, menyontek dan meminta Dunk megerjakan PR nya, selalu mengatakan ingin dijelaskan dirumah saja nanti, pembohong. yang dia lakukan saat vidio call hanya bercerita panjang terus-menerus kelelahan sampai tertidur

Lelaki tinggi dengan wajah dingin itu selalu membuatnya jengkel, tapi bagaimanapun Dunk tak pernah bisa berpisah darinya. sedari kecil mereka bersahabat, bukankah akan menyedihkan jika suatu hari mereka tak bersama lagi. menghabiskan waktu bersama sepanjang waktu, siswa-siswi disekolah kadang salah paham dengan kedekatan itu, alhasil tak ada yang berani mendekati Joong maupun Dunk karena mereka beranggapan keduanya adalah sepasang kekasih.

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang