13

1.5K 174 20
                                    

Ruangan ini terasa sejuk, Hembusan nafasnya terasa lebih nyata. Dengan tubuh sangat kaku dan tak nyaman, Joong berusaha membuka kelopak matanya. Pemandangan yang begitu asing, ini dimana? Demi apapun kepalanya terasa nyeri hebat, lelaki itu meringis pelan dan masih berusaha menggerakkan tangan.

Tapi Percuma saja dia masih sangat lemah, tak ada respon apapun saat berusaha mengendalikan anggota tubuhnya. Dia menunggu dalam diam berharap badannya bisa digerakkan, hingga akhirnya sebuah tangan menyentuh bahunya, usapan itu sangat lembut membuatnya nyaman "Archen... Selamat pagi"

Itu suara sahabatnya, Joong rasanya ingin tersenyum. Namun tubuhnya masih nyeri, dia berusaha kembali membuka kelopak matanya menatap sang sahabat yang seketika cego.

"Archen? Archen sudah bangun.."

Dunk berlari keluar ruangan, dadanya berdebar kencang. Kejadian barusan membuatnya benar-benar sangat panik hingga berteriak sepanjang koridor memanggil dokter.

Tak berselang lama, para perawat dan seorang dokter datang ke kamar inap memastikan keadaan Joong lebih detail. Mereka mulai melepaskan satu persatu selang di sekitaran tubuh lelaki itu.

Tersisa lah selang infus saja yang di tangan kiri Joong, karena kata dokter yang bertugas. Kondisinya mulai baik dan hanya butuh lebih banyak cairan untuk proses pemulihan. Masih belum percaya dengan kejadian barusan Dunk kembali mendekati Joong yang memijat pelan pelipisnya, mungkin lelaki itu masih merasakan nyeri "kenapa kau melihatku seperti hantu?"

"Kau benar-benar sudah bangun?"

"Menurutmu?"

Dunk menggelengkan kepalanya, rasanya dia belum sadar mendengar kata-kata lelaki itu barusan. Matanya mengerjap tak percaya "ya ampun aku panik sekali, baguslah kau sudah bangun"

Joong mengangguk, dia duduk dari posisinya bersandar di kepala ranjang "Berapa lama aku tidur?"

Dunk berjalan mendekat, menghambur dalam pelukan lelaki itu. Dengan raut wajah khawatir dia menatap Joong "Archen baik-baik saja kan?"

Joong menyergitkan dahinya, sejak tadi sang sahabat berbicara tak masuk akal. Bahkan takut-takut menyentuhnya, demi apapun dia sudah sangat rindu dengan lelaki manis itu, dia merindukan Dunk yang selalu berada di dekatnya sepanjang hari.

Namun yang dia lihat, Lelaki itu kini lebih kurus dan pucat, Joong mengusap pipi tirus itu "maafkan aku.. aku tidur terlalu lama yah?"

"Tidak kok"

Dia tak yakin, Joong mengangkat dagu Dunk. Mengecup pelan pipinya, tanpa pergerakan sama sekali Dunk hanya bisa membulatkan matanya. Kaget dan bingung dia tak tau harus bertindak seperti apa, kini Joong yang ada dihadapannya berperilaku seakan-akan tak pernah ada perseteruan di antara mereka "Archen? Apakah otakmu bergeser?"

"aww... kau jadi aneh"

"kau yang lebih aneh"

Derap langkah mendekat ke arah mereka, di rasa ada orang lain yang akan datang, Dunk cepat-cepat melepaskan diri dari Joong. Nampaklah dari pintu datang seorang wanita menyeret tiang infusnya mendekat, itu View. Raut wajahnya tak bisa berbohong wanita itu benar-benar bahagia, dia segera duduk di sisi Joong.

"kau benar-benar sudah sadar, aku sangat merindukanmu"

Joong kebingungan, wanita itu memeluknya tanpa aba-aba. Bahkan berkali-kali mengatakan rindu dan tak membiarkan Joong terlepas dari pelukannya sedikitpun. Dan lebih parahnya lagi Dunk hanya melihat tanpa bertindak sedikitpun, bukankah itu sangat aneh?

"kau siapa?"

"Ha? Joong apa maksudmu?"

"Kau siapa sih?"

Feelings And Truth [Joongdunk]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang