"Huh! Nggak bisa berhenti sebentar kah? Pusing dengerin ocehan itu lagi dan lagi, demen banget ngejelekin orang lain!" gerutu Resa.
Terus melangkah, menuju rumah sederhananya. Setelah mendadak dipulangkan lebih cepat. Seketika terhenti, saat melihat anak kecil itu masih dikatakan batita loh dan masih suka butuh asi! Kenapa ada di jalan?
Resa masih menatap. Awalnya mengabaikan, lambat laun terusik dengan tangisan kencang.
"Ais anak kecil kenapa sendirian di sini?" Resa menggendong anak kecil, masih sesenggukan.
"Mmmmm! Mmama!"
Resa berusaha menenangkannya, sembari membawa pulang. Agak terusik saat batita tadi mendusel di dadanya. "Duh! Aku ini laki! Bukan mamamu!"
Sepertinya, anak yang dibuang.
Terkadang heran, kenapa ada orang tua bejat. Membuat anak dan bisa dikatakan masih batita lagi.
"Huh! Nggak ada susu formula!" Resa bingung sendiri, ditambah tidak mengerti susu mana yang cocok. Kadang, suka dibeli dan berakhir tidak diminum.
"Embbbabmmaa! Cuu! Maa!"
Resa semakin pusing, akhirnya diam dan terus menggendong sesekali menimang. Seketika tersentak, karena bayi tadi mendusel lagi di dada bidangnya lagi, kebetulan ingin membersihkan diri setelah bekerja. Namun, si batita keburu bangun dan menangis lagi.
Lebih parah—
Resa mendengkus, akhirnya membiarkan si bayi menyusu padanya. Padahal kan dirinya laki-laki otomatis dada rata! Bukan perempuan yang si pemilik asi sungguhan.
Duh! Harga diriku menurun! Untung cuma bayi! Kalo diliat orang lain bisa gawat!
Anehnya, si bayi diam—eh, tidur? Resa mulai mengerti, si bayi cuma mau tidur sambil menyesap sesuatu.
"Sepertinya, besok harus cari empeng."
Resa berdecak, karena si batita tidak mau dilepas. Lalu dirinya gimana mau mandi?
"Dahlah! Pusing!" Resa akhirnya memilih tidur. Seketika berdesis, karena batita itu mengigit. "Duh! Mau marah kaya orang bego! Masa marah ama batita!" gerutunya. "Hee, jangan gigit oke?"
Si batita tadi, mulai menatap Resa, sembari asik dengan dada ratanya. Mendadak menepuk-nepuk wajah dan tertawa khas batita, lalu lanjut asik menyesap dada rata Resa.
"Kok nggak tidur sih?" Resa heran, padahal sudah malam, seolah tahu kalau si batita ini mulai mengajak main.
"Mamamamama! Buuuahmammam!"
Resa melirik datar si batita, tanpa sadar kembali mendekap dan mendekatkan mulut si batita ke dadanya lagi. "Tidur ya?"
"Mamama."
"Papa." Resa sebal, karena disebut mama terus.
"Maaaaa!" jeritnya mendadak, diselingi tawa khas bayi.
Resa mendengkus, memilih tidur duluan.
Keesokan harinya, Resa mengucek sesekali menguap, hendak bangun langsung terusik sesuatu dan berdesis. Baru ingat, tidak sendirian ada batita.
"Putingku merah—ehm bengkak?"
Si batita menyesap semalaman. Resa mendengkus, perlahan beranjak dari ranjang. Berharap, si batita tidak terbangun.
Lega, langsung mandi mengingat semalam terpaksa langsung tidur. "Ah iya, harus lapor dulu kah? Kemudian taro panti asuhan." Resa kala itu selesai berpakaian, asik menggerutu dan menatap si batita masih tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Random"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...