"Resa."
Yang dipanggil tersentak, buru-buru mendekati si bos pertama. Tidak lain adalah Agam.
"Kau tinggal di sini aja, gimana?" Agam masih merindukan Raza.
"Ehm, saya punya rumah sendiri. Lebih baik, anda ajak Raza ah maksud saya Arza."
"Aaaa maunya ama mama!" Raza langsung histeris, melendoti Resa lagi. Karena tahu akan ditinggalin.
"Tapi, kalo kau di sini otomatis cucuku mau." Agam melihat sendiri, cucunya manja dengan Resa.
Resa menggeleng. "Nggak enak dan nggak biasa."
Agam pasrah saja. "Menginap sehari gimana?"
Resa mulai tidak berkutik, akhirnya mengiyakan. Tetapi langsung ingat, di sini tidak bisa bebas. Karena pasti aneh, kalau melihatnya bertelanjang dada, ketika Raza merengek mau mengempeng.
"Mama ngantuk ayo bobo!" Raza terus memeluk dan mendusel dada Resa yang tertutupi jaket.
"Ah iya." Resa bingung, karena belum tahu akan tidur di mana.
"Kamarku saja." Arga santai sekali mengatakannya—eh?
"Nggak!" Resa menolak saat tahu tabiat Arga, akan menyerangnya lagi.
"Ya udah, tidur di luar biar pelayan pada tau kelakuanmu ketika anakku merengek!" bisiknya dan iseng meniup telinga Resa.
Sialan!
Resa terpaksa menurut.
Raza sudah geram buktinya, menurunkan resleting jaket dan menaikkan kaus oblong yang dipakai Resa. Mulai menghisap dan mengemut, puting Resa yang terbebas dipelintir dan dimainkan.
"Kau udah besar, jadi jangan kaya bocah terus!"
Raza melepas sejenak emutannya. "Biarin!" Kemudian mengemut puting Resa lagi. "Mama lepas aja deh! Ganggu ini!"
Resa mendelik dan berusaha menahan diri untuk tidak membunuh anak angkatnya ini. Akhirnya, melepas jaket dan kaus oblongnya, kemudian berbaring telentang dengan Raza yang menimpa.
"Tidur!"
"Belum ngantuk, jadi mau mainin aja!" Raza girang, terus duduk di perut Resa dan memainkan kedua puting bengkak mamanya.
"Raza."
Yang diperingatkan, malah semakin mencubit putingnya.
"Tidur atau mama pergi nih?"
"Iya! Iya!" Raza menghamburkan diri dan mulai tidur sambil mengemut puting kiri Resa. Namun, terusik sesuatu hal. "Ayah ngapain?"
Resa sendiri tersentak, ketika Arga ikutan tidur dan mulai mendekati puting kanannya.
"Ya mau juga dong. Jadi, satu-satu." Arga berharap anaknya ini paham.
Sepertinya, keberuntungan berpihak pada Arga. Resa sendiri? Geram, sesekali berdesis karena kedua putingnya dihisap oleh dua orang yang berbeda.
Otomatis, cara mengemutnya ada yang lembut dan mengigit gemas. Ada yang lembut, kasar dikit gemas.
"Ng—jangan gigit!" Resa menggeliat tak karuan, karena putingnya mendapat serangan dua sekaligus.
Uh! Sialan!
Anehnya, mulai terbiasa dan tanpa sadar mendekap ayah dan anak terus asik mengempeng di dada ratanya, yang kini bengkak akan tetap bengkak.
Sesekali mengelus lembut surai mereka berdua, tanpa sadar Resa yang terlelap duluan. Walau suka terusik, efek hisapan pada kedua putingnya.
Tengah malam, Resa terbiasa terbangun. Berdesis sejenak, karena sadar kedua putingnya masih diemut mereka berdua. Perlahan melepas emutan Raza, lalu beralih melepas emutan Arga.
"Uh akhirnya." Resa pergi ke kamar mandi. Terbangun karena ingin menuntaskan hasrat kebeletnya. Ketika keluar dari kamar mandi, tersentak dengan penampakan Arga berdiri bersandar pada tembok sebelah pintu kamar mandi. "Ap—"
Arga langsung membekap. "Berisik! Nanti anak kita bangun!"
Resa melepas paksa. "Itu anakmu sialan!" gerutunya, kemudian pergi. Ya, mendadak insomnia.
"Ayo!"
Resa kesal, karena ditarik oleh Arga. Anehnya, masuk kamar lain. Detik itu juga paham, kalau harus kembali siaga.
"Tidur lagi."
Ternyata, Arga ingin dikelonin tanpa ada gangguan Raza di antara mereka. Buktinya, menjadikan Resa guling dadakan dan menghisap kedua puting Resa secara bergantian.
Oh iya, saat pindah kamar. Beruntung sepi, kalau tidak akan ketahuan Resa berkeliaran bertelanjang dada.
"Coba ada asinya."
"Dasar gila!" geram Resa, tak segan menampar Arga.
Arga malah terkekeh, kembali mengemut puting Resa.
"Sebenarnya masalahmu apa?" Resa kepo sungguhan.
"Sesuatu hal, dan kau nggak perlu bertanya. Karena aku nggak mau kau ikut terluka, oke?"
Amaidevil
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Random"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...