Arga masih berada di ruang rawat inap, di mana Resa masih koma. Tanpa sadar terlelap, dan itu terus menggenggam tangan Resa.
Saking frustrasi dan takut lelaki manis yang dicintainya, tidak akan bangun. Meninggalkannya, efek muak dan apapun terhadapnya.
Tidak sadar, kalau telapak tangan dingin yang perlahan hangat lagi, walau masih pucat. Mulai bergerak terutama jari, ya Resa terbangun setelah seminggu tak sadarkan diri.
Resa terpejam lagi, efek silau. Bingung mendadak dengan yang terjadi padanya, hingga baru sadar berada di rumah sakit. Ketika menyadari selang infus terhubung ke tangannya.
Aku masih selamat kah?
Resa mengira akan mati sungguhan, saking lelah dan frustrasi karena kesepian dan rindu dengan orang tuanya. Ditambah muak, dengan Revan. Terus meneror pilihan egois kepadanya.
Kini menoleh pelan, merasa ada yang menggenggam tangannya. "Orang gila ini ...."
Arga masih terlelap, terusik ketika ada yang mengelus kepalanya. Melirik sejenak, karena tangannya masih menggenggam lantas, siapa yang mengelus kepalanya?
"Oy!"
"Ka-kau!"
Resa berdecih. "Berisik! Bukannya panggil dokter apa suster gitu!" Muak dengan kelakuan Arga.
"Siapa suruh bunuh diri hah!" Arga emosi, sekaligus senang karena melihat Resa bangun, juga takut lelaku manisnya ini memilih pergi.
"Berisik!"
Dokter sudah memeriksa keadaan Resa, perlahan mulai membaik walau masih pucat, dan harus diinfus.
"Mama." Raza sudah datang, senang saat tahu Resa sadar dari komanya. "Mama jangan gitu lagi!"
Resa membalas dekapan Raza. "Iya sayang, maaf ya." Sembari mengecup pipi gembul Raza.
"Kau kalau kesepian datang aja, jangan begini." Agam baru tahu soal masalah Resa.
"Ya, habisnya aku udah muak dan capek. Jadi, ya nggak bisa berpikir jernih." Resa tahu, ini adalah kebodohan.
Beruntung masih bisa selamat dari maut. Raza pulang bersama Agam, kini Resa yang sendirian. Namun, tidak lagi, ketika Arga muncul.
"Ngapain di sini? Kau kan udah ada wanita dan mau nikah bukan?"
Arga tidak merespon, langsung mendekap dan membungkam bibir Resa, dan menahannya agar tidak berontak.
Resa yang mendapat serangan tiba-tiba hanya bisa pasrah, ditambah kondisinya baru saja tersadar. Arga semakin mencium ganas dan liar.
Seketika mengerang, ketika ada yang menyelinap dan menggerayangi kedua putingnya.
Arga meluapkan frustrasinya, kepada Resa. Bahkan, posisinya kini menindih lelaki manis yang bikin kacau, sampai lupa kalau Resa masih diinfus.
"Eng! Arg—ngh!" Resa mencoba melepaskan diri, tetapi gagal karena cumbuan Arga semakin liar.
Arga langsung tersadar, menghentikan ciumannya. Menatap Resa yang terengah-engah di bawahnya.
"Nggh!" Resa menggeliat tak karuan.
Pasalnya, Arga masih menindih dan sengaja menekan lutut dan menggerakkannya di area selangkangan Resa. Bahkan, mengecup leher jenjangnya.
"Ngh! Stop! Ini di rumah sakit sialan!"
Arga kali ini sungguhan berhenti.
"Kau ingin membunuhku sungguhan kah?" Resa emosi. "Minggir! Kau berat!"
Arga tidak mau menyingkir, kini kembali menggerayangi dada Resa. Karena tangannya masih menyelinap. "Kau membuatku frustrasi dan kacau!"
Benar saja, membungkam Resa lagi. Melumat begitu liar, candu sekali dengan bibir manis Resa seolah permen.
Resa pasrah, wajahnya memerah dan napasnya memburu.
"Kau milikku! Aku sungguhan sayang, cinta denganmu! Kau tau ... aku ... aku takut, saat melihatmu sekarat!"
Resa tertegun dengan napas yang masih memburu.
Arga meski pernah membunuh orang, tetap saja takut kehilangan orang yang dicintainya.
"Aku cemburu melihatmu dengan wanita! Makanya aku ikut dekat wanita lain buat lampiasin! Tetep aja gagal! Terus frustrasi ...."
"Berisik!" Resa memeluk erat Arga. "Diem." Tidak peduli, kalau Arga masih menggerayangi kedua putingnya.
Arga senang, kembali mengajak Resa bercumbu. Resa membuka mulutnya membiarkan Arga mendominasi. Sesekali mencoba membalas, tetap saja kalah dan membiarkan dan terus mengerang dalam cumbuan Arga.
"Nghh!"
Tangan Arga kini, menyelinap ke celana dan sedikit menurunkannya dan menggenggam milik Resa. Resa sendiri refleks meregangkan kedua kakinya.
"Aku sangat merindukanmu!" ucap Arga, setelah berhenti sejenak, kemudian membungkam Resa lagi.
Resa semakin tak karuan, karena Arga gila menggempur lubangnya. Ini masih berada di rumah sakit. Berontak pun sia-sia, karena kondisinya tidak memungkinkan. Hanya bisa mendesah, mengerang, dalam bungkaman liar Arga, dan tubuhnya terhentak-hentak efek penekanan yang dilakukan Arga.
"Engg! Pel—ngh!"
Arga puas, setelah melampiaskan frustrasinya secara langsung pada Resa. Mulai bantu membersihkan Resa dan ya tetap lendotan lagi. Berharap, brankarnya tidak roboh karena efek pergumulan panas tadi dan kini ditiduri dua orang dewasa.
Resa terlelap dalam dekapan Arga.
Arga sendiri, terus menatap sesekali mengecup bibir mungil Resa yang begitu menggoda, bahkan tangannya terus meremas bokong sintal milik Resa.
"Engh! Diem!" Resa terusik.
"Siapa suruh menggoda." Arga sengaja terus meremas.
"Aku nggak menggodamu sialan!"
Amaidevil
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Acak"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...