"Kebetulan bertemu di sini."
Resa menoleh, ketika hendak pulang setelah jam kerjanya usai. Tidak menyangka akan bertemu Raisa lagi.
"Apa kau masih sibuk?"
Resa berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Kenapa?"
"Ehm, mau ngobrol aja. Boleh nggak?" Raisa sepertinya berharap sekali. Bahkan, belum mendapat jawaban sudah menarik Resa lebih dulu. "Ayolah, sekalian refreshing abis kerja."
Resa mendengkus, akhirnya menurut saja.
"Kau udah punya pasangan?"
Ini kedua kalinya, ditanya mengenai pasangan. "Belum, kenapa emang?" Resa mulai curiga sesuatu hal.
Anehnya, kenapa resah? Padahal, kalau benar wanita di hadapannya ini menaruh rasa padanya, otomatis bagus bukan?
"Kau tau? Aku sudah menyukaimu dari ospek sampe lulus kuliah, cuma nggak berani. Ditambah, kau mendadak ilang."
Resa malah terkekeh. "Ah soal ilang, itu gara-gara orang keras kepala." Ya, Revan terus mendesak dengan perjanjian egoisnya.
"Maksudnya?" Raisa bingung.
"Ehm, bukan apa-apa." Resa melirik jam dinding di restoran, ternyata sudah pukul tujuh malam. Padahal, tadi masih petang.
"Aku udah jujur loh, jadi gimana?" Ternyata benar, Raisa menyukai Resa dari masa perkuliahan.
Resa berdeham sejenak. "Ah iya, makasih. Aku duluan ya, maaf tak bisa mengantar."
"Iya tidak apa." Raisa mendekatkan wajahnya sejenak, benar saja mencium singkat bibir Resa. "Kau tau? Aku selalu berharap dibalas. Aku akan menunggu."
Apa lagi ini? Kenapa makin resah?
Resa bingung sendiri, sembari menunggu taksi. Namun, terusik ketika merasa ada yang menatap. Anehnya, tidak menemukan siapa pun. Bertepatan taksi melintas, Resa langsung menaikinya.
"Mama dari mana? Kok lama!" Raza ngambek, pasalnya ini sudah malam dan Resa baru pulang.
"Haha, maaf sayang." Resa merasa bersalah, tadi malah asal menurut jadi kebablasan.
"Kau hampir teledor."
Resa tersentak, tidak menyadari keberadaan Arga. "Apa maksudmu?"
Arga mendengkus, pergi begitu saja. Itu membuat Resa heran, tetapi langsung diabaikan dan melirik Raza.
"Jadi, kenapa? Nggak bikin rusuh di panti 'kan?" Resa sengaja bertanya begitu, mengingat anaknya ini petakilan sekali.
Raza menggeleng.
"Terus kenapa?"
"Tadi ada yang ngikutin, tapi pas ayah muncul yang ngikutin ilang."
Resa mematung, awalnya mengira ucapan Arga soal 'demi keselamatan' hanya bualan. Ternyata, Raza sungguhan bahaya bila ditinggal sendiri.
"Mama jangan pulang telat lagi!" Raza takut. "Mama abis ngapain sih emang? Jangan-jangan ketemu ama tante yang kemaren ya!"
Resa kikuk, kenapa anaknya ini pintar sekali menebak.
"Tuh kan!" Raza sebal. "Mama nggak boleh lagi! Pokoknya nggak boleh ketemu lagi!"
Resa langsung menggendong Raza mendadak menangis. "Iya, nggak kok."
Arga ternyata masih di sana, dan mendengarkan. Setelah memastikan anaknya sudah tidur, langsung mendekati Resa yang kini di dapur.
"Kau bilang belum punya pasangan, lantas wanita itu siapa?"
Resa menoleh dan mengerutkan kening. "Oo jadi kau yang menguntitku ya!" Pantas saja, tadi itu merasa ada yang mengamati.
"Nggak usah alihin pembicaraan deh!" Arga marah sungguhan.
"Kok kau yang marah!" Resa tak mau kalah.
"Iyalah! Karena aku muak melihatmu malah kencan sama wanita!" Wajah Arga memerah efek emosi.
"Lah? Kan udah kubilang, aku masih lurus dan menyukai wanita. Jadi, wajar kencan dengan siapapun!" Resa ikutan emosi.
Arga berdecih, memilih pergi.
Resa memijit pelipisnya, merasa wajar emosi. Lantas, kenapa semakin resah?
Keesokan harinya, tidak percaya Raisa akan menemuinya lagi. Bahkan, kembali mempertanyakan hal sama.
"Maaf."
Raisa melirik serius. "Jadi, kau menolakku?"
Resa bingung, tetapi sengaja melakukan agar keresahan yang dirasakannya lenyap. "Iya, karena aku bukan pria baik. Aku yakin, kau akan bertemu pria yang lebih baik dari aku. Makasih."
Resa kali ini memilih pulang terlambat, bukan karena kencan lagi dengan Raisa. Tetapi, melepas stress. Melangkah tak tentu arah dan merokok, tetapi tidak disangka akan melihat penampakan Arga dengan wanita, dan mereka habis keluar dari hotel.
"Ehm, dia sudah mulai menerima wanita lagi kah? Bagus deh." Resa memilih berkeliaran lagi habis itu pulang.
Apa lagi sih?
Resa mendengkus kesal.
Sementara itu, Agam asik bercengkerama dengan Raza. Yap, agak terkejut ketika melihat Arga datang membawa Raza, dan anehnya tidak menemukan keberadaan Resa.
"Kenapa, hm?"
"Mau mama, tapi pas dijemput ayah. Katanya nggak boleh bertemu mama lagi!" Raza ngambek karena hal itu.
"Mungkin biar nggak bikin ketergantungan mama terus. Kan udah besar."
Raza cemberut, tetap saja tidak mau menjauh dari Resa.
"Ah kau kembali dan dia siapa?" Agam heran, tumben Arga bawa balik wanita.
"Sepertinya aku sungguhan mencoba terbiasa lagi, Yah."
Amaidevil
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Random"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...