22. Mesum

122 8 1
                                    

Arga terbangun dari tidurnya, itu pun dengan wajah cemberut. Habisnya, tidak menemukan siapa pun. Kesal karena Resa malah bekerja, karena tidak mau membuat masalah.

Ya, terpaksa membiarkan.

"Baguslah kalo udah bangun."

Arga mematung, karena terkejut dengan kemunculan Resa. Tetapi, masih menganggap tadi itu halusinasi.

Makanya langsung turun dan mencari kebenarannya, hingga menangkap keberadaan Resa sibuk mencuci peralatan makan, sesekali menyimpan bahan makanan di kulkas.

"Apa sih?" Resa heran, habisnya dipeluk terus, otomatis pergerakannya terhambat.

Arga tidak menjawab, karena girang. Resa ada di rumah, tidak meninggalkannya.

"Lepas!" Resa geram.

"Nggak mau!" Arga mendadak persis bocah, semakin memeluk erat dan menduseli tengkuk leher Resa.

Resa terusik dan sebal, akhirnya pasrah karena sulit lepas. "Beruntung, ini tanggal libur part time, kalo nggak bisa keenakan baru masuk minta izin!"

Arga berdecak. "Biarin sih! Kan memang harusnya begini!"

"Kau udah keliatan nggak sakit kan ya?" celetuk Resa, kali ini sibuk mencuci sayuran. "Harusnya, aku minta masuk jadi jatah lembur."

"Diem!" Arga sebal, karena Resa seolah meledeknya. Di satu sisi, paham kalau Resa tipe anti bermalas-malasan.

"Lepas dulu! Gimana mau bikin makan kalo kau terus nempel!" Resa kesal, Raza tidak ada malah diganggu Arga.

"Cium dulu."

"Pergi sana!" Resa melepaskan diri secara paksa.

Arga berdecak, langsung membalik paksa Resa agar menghadapnya. "Cium atau ...."

"Udah kan?"

"Ih kurang!"

Resa mendelik, benar-benar pusing dengan kelakuan Arga. Semakin hari, semakin mesum.

"Sayang!" panggil Arga, sembari mengelus bibir mungil lelaki manisnya ini.

Sayangnya, Resa hanya berdeham, tanpa mau melakukan.

"Oh mau digigit lagi kah?" Arga berkata, sembari memperlihatkan seringai aneh.

Resa kesal, karena Arga memanfaatkan ketakutannya kalau diperlakukan kasar. "Kau bikin muak! Ya nggak gitu juga!"

"Okee, nggak." Arga merasa bersalah. "Abisnya sih, aku bingung menghadapimu tau!" Kini memeluk dan menduseli leher Resa. "Jangan ngediemin lagi!" Mulai menggigiti gemas, tak segan menjilat sensual, dan menghisapnya.

Resa yakin, akan muncul tanda merah lagi.

"Aku belum lapar, jadi nanti aja masaknya kalo Raza udah pulang."

Resa masih tidak menggubris.

Arga kesal, akhirnya memilih asik mendusel di leher putih Resa, menggigitnya lagi, dan tak segan meniup telinganya.

Resa memerah efek kelakuan Arga, tetapi membuang muka. Dasarnya, memang sulit memperlihatkan perasaan. Berbeda dengan Arga, merasa semakin diberi ruang, semakin menyerang.

Resa menahan erangan, dan menepis tangan Arga. Karena menyelinap dan menggerayangi bokongnya—meremas.

"Aku tau kau suka kan?" Arga menatap Resa, terus saja membuang muka darinya. "Iya nggak?"

Resa melotot ketika jari Arga menerobos lubangnya.

"Aku nggak akan kasar lagi, tapi lembut dan ya suka kebablasan sih, abisnya kan kau terlalu menggoda untukku."

Gila! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang