"Kau tinggal denganku."
Resa kala itu asik makan buah, melirik sengit Arga. Oh iya, ia belum dibolehkan pulang. Menunggu sekitar dua hari lagi.
"Denger nggak?" Arga sebal, karena diabaikan lelaki manisnya ini.
"Aku punya rumah sendiri, untuk apa numpang sama orang lain!" gerutu Resa, lalu asik lagi dengan beberapa potong buah.
Arga menggeram kesal. "Agar kau bisa dipantau!"
Resa tidak menggubris, semakin asik dengan buah yang dilahapnya. Refleks menampar, ketika Arga mengigit telinganya.
"Kau harus nurut!"
"Dih! Sok ngatur!" Resa muak, pergi begitu saja dari ruang inapnya.
Menurutnya, bosan bila terus duduk diam. Ya, otomatis dirinya memilih berkeliaran. Sembari menarik besi tempat infusan tergantung.
Arga geram dengan kelakuan Resa, tetap mengekor. Bisa dikatakan, tremor. Takut kalau Resa berbuat di luar akal lagi.
Resa mendengkus, ketika tubuhnya didekap dari belakang. "Diem!" Refleks menepis tangan Arga yang ingin lancang.
Beruntung, sedang sepi penjenguk. Kalau ramai, bisa-bisa mereka berdua jadi bahan tontonan.
"Sayang." Arga semakin mendekap, mulai mengecup leher jenjang Resa sesekali iseng meniup telinganya.
Resa melenguh, berusaha melepaskan diri, tetapi gagal. Faktor infusan menjadi penghambat. Satu tangan yang bebas bergerak sudah ditahan oleh Arga.
"Is! Kau nyebelin! Tapi gemesin dan manis!" Arga geregetan sendiri dengan Resa.
Buktinya memaksa Resa, menoleh ke arahnya. Yap, kembali dibungkam liar. Arga kecanduan bibir lelaki manisnya ini.
"Mama!"
Cumbuan mereka terhenti, beruntung Raza muncul dari belakang mereka. Kalau dari depan, bisa-bisa ketahuan kelakuan mereka. Terutama, si gila Arga.
Resa melepaskan diri dari Arga, memilih mendekati Raza. "Udah makan?"
"Belum." Raza ingin melendot, tetapi diurungkan karena melihat mamanya masih diinfus.
Arga mendengkus kesal, karena terganggu. Akhirnya, mengekor mereka berdua dan ternyata kembali ke ruang rawat inap Resa.
"Mereka kembali membuntuti."
Arga berdecak, tetapi lega karena Raza berhasil sampai dengan selamat. Pasalnya, sudah mulai mau berkeliaran sendirian.
"Oy!"
Arga tersentak. "Apa?"
Resa melirik datar. "Beli makanan atau cemilan apa gitu!"
"Hee, minta tolong yang bener dong, sayang." Arga kembali iseng.
Sayang sekali, wajahnya malah kena tamparan bantal oleh Resa.
"Buruan!"
"Lagi PMS kah? Emosian mulu nih!"
"Dasar gila!" Resa muak, dirinya cowok tulen dikira cewek yang selalu PMS tiap bulan. "Buruan!"
Arga akhirnya menurut.
Resa lelah sendiri menghadapi kelakuan Arga, kemudian terusik saat baju khusus pasien yang dikenakannya terangkat, yap Raza kembali memainkan kedua putingnya.
"Mama."
Resa hanya berdeham, posisinya duduk di brankar. Sedangkan Raza berdiri dan asik sendiri, memilin, melintir, dan mencubit.
"Mama kapan boleh pulang?" Raza ternyata bosan keluar masuk rumah sakit, tetapi demi mengunjungi sang mama. Jadi, ya harus.
Resa berdesis karena putingnya terus dicubit dan dipelintir. "Lusa."
"Ah lama! Ayo mama pulang sekarang!" Raza geram.
"Ya bilang sono ke dokternya!" Resa kesal sendiri. "Jangan dicubit terus! Sakit kan!"
Raza malah nyengir, semakin melakukan. Terusik sejenak, saat Arga muncul sembari membawa banyak camilan.
"Apa hah!" Resa sewot, ketika Arga menatap aneh ke arahnya.
"Dih! Geer!" Arga sengaja iseng, padahal tergoda dengan apa yang dilihatnya.
Baju yang Resa kenakan terangkat, Raza asik mainin putingnya. Bagaimana tidak tergoda?
Ayah dan anak sama-sama bikin muak!
Resa bisa darah tinggi, kalau meladeni mereka berdua secara langsung. "Makan tuh!"
"Iya mama." Raza makan, tetapi tetap mainin puting si mama.
Resa mendengkus, refleks membenarkan bajunya dan mengeluarkan tangan Raza. Ketika dokter datang.
"Hari ini kau boleh pulang."
"Akhirnya." Resa lega, karena sudah bosan.
"Ke rumahku."
Seketika rasa leganya lenyap, tergantikan muak. Gara-gara Arga seenak jidat berkata begitu.
"Nggak!"
"Nurut! Lagi pula rumah kecilmu itu sudah kujual!"
"Sialan! Kau!" Resa murka.
"Makanya nurut!" Arga cuma ingin tinggal bersama, agar bisa memantau Resa juga. "Lagi juga, semua barang-barangmu udah dipindahin."
Resa menggerutu kesal. Walau akhirnya menurut dan itu terpaksa.
Amaidevil
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Random"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...