"Mama!"
Resa mendengkus, tidak menyangka Raza akan muncul di sekitar kantor milik bosnya. "Papa."
Raza cemberut, tetapi memilih melesak dalam dekapan Resa. Lambat laun mulai mendusel ke dada Resa.
"Ngapain? Sama siapa ke sini?" Resa sengaja mengalihkan, terlebih lagi banyak karyawan lain yang melintas. Kalau kelakuan Raza yang suka menghisap putingnya terlihat, bisa dianggap dirinya yang tidak-tidak.
"Sama ayah." Raza kembali mendusel. "Mama! Susu!" bisiknya amat geram, semakin memeluk dan mendusel.
"Ah tunggu! Ayah?" Seketika berdecih, karena Raza menggigit putingnya dari luar.
Anak ini!
Terpaksa, Resa menggendongnya walau berat. Sesekali mencegah Raza, yang sudah geram ingin melepas kemeja yang dipakainya.
"Anakmu? Kenapa memanggilmu mama?"
Resa mendengkus, tidak mengira akan seperti ini. "Karena anakku merindukan mamanya."
"Oh, maaf." Karyawan tersebut menganggap kalau ibunya Raza telah meninggal.
Kenyataannya, Resa tidak tahu apapun. Karena Raza hanya anak angkatnya. Tadi, masih terusik dengan perkataan Raza soal ayah. Ayah siapa?
Kini berada di toilet kantor, tidak mungkin di ruang kerjanya. Resa menduduki toilet duduk, dengan Raza di pangkuannya. Tidak lupa mulai melepas kancing kemeja dan memperlihatkan dadanya yang menjadi bengkak, efek dihisap terus oleh Raza.
"Jadi, siapa yang kau maksud ayah, Nak?" Resa kembali mempertanyakan, sesekali berdesis karena hisapan yang Raza lakukan kasar. Ditambah puting yang lain dimainkan olehnya, dicubit dan pelintir. "Raza?"
Si anak terpaksa berhenti menghisap dan mendongak. "Ya, pokoknya ayah." Kini sibuk memainkan kedua puting milik Resa.
"Hah? Kau ...."
Raza cengengesan. "Ya, aku ketemu seseorang katanya dia ayahku. Jelasin, kenapa aku hilang, terus ditemukan mama." Raza mulai bercerita, mulai menghisap puting Resa lagi. "Mama ayo pulang!"
Resa mendengkus, kembali membenarkan kemeja yang dipakainya. Lalu keluar diikuti Raza, beruntung tidak ada yang melihat dirinya keluar dari toilet berdua.
"Siapa kau?" Resa heran, melihat orang asing santai duduk di teras rumahnya. Seketika mematung, ketika melihat Raza mendekati orang asing dan mengatakan-
Ayah?
"Aku senang, karena kau mau merawatnya." Yang dipanggil ayah, menggendong Raza sesekali mengecup gemas pipinya. Ah benar-benar memanjakan. "Karena darurat terpaksa kulakukan, meninggalkan dan terkesan seperti hilang."
Resa hanya berdeham. "Kalo gitu, bawa anakmu pulang gih!"
Raza yang mendengar hal itu menangis, dan berontak kini menghamburkan diri kepada Resa. "Mama! Mau sama mama!"
Resa berdecih. "Papa! Bukan mama!" Kesal karena Raza susah dibilangin.
"Liat anakku, sudah terlanjur betah denganmu, jadi tolong rawat ya?" Si ayah mendekat. "Kau cocok jadi ibunya."
"Sialan! Aku laki-laki!" Resa muak, melepaskan diri dari Raza dan memilih ke kamar.
"Mama!" Raza merengek, mulai menimpa Resa, dan benar saja lancang menaikkan kaus yang dipakai Resa dan mulai menghisap puting kanannya.
Resa mendengkus, karena malas berdebat. Memilih membiarkan, bahkan mulai mendekap sesekali mengusap lembut kepala Raza dan terlelap.
Raza masih menghisap puting, senang karena Resa tidak marah. Buktinya, mendongak sejenak kemudian berganti menghisap puting kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Random"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...