Resa masih terbaring pasrah meratapi nasib yang baru saja menimpanya, lebih parah itu ulah ayah dari anak angkatnya.
"Mama kenapa?" Raza sedari tadi menimpa, baru menyadari ada yang aneh dengan mamanya.
"Diem!"
"Ih kan aku nanya! Kok mama sewot!" Raza sebal, habis mamanya ini emosian mulu. "Mama kok banyak merahnya sih?"
Resa tersentak, semakin muak ketika ingat lagi kalau si ayah gila itu melecehkannya! Ya, bagi Resa tadi itu paksaan!
Membuat harga dirinya semakin hancur!
"Mama!" teriak Raza, karena diabaikan sesekali menepuk-nepuk pipi Resa. "Aku nanya ini merah kenapa?" Raza iseng menyentuh tanda merah kenyataannya dibuat Arga.
"Nyamuk."
Raza mengerutkan kening. "Masa sih? Nyamuk gigit bisa merah banget begini?"
Resa geram sendiri, walau anak angkatnya ini menyebalkan. Tetap saja, tidak mungkin mengotorkan pikirannya.
"Dah! Nggak usah banyak tanya! Kalo masih nanya ya balik sono sama ayah! Nggak usah ke sini-sini lagi!"
"Nggak mau! Maunya sama mama!" rengek Raza, sudah besar kelas enam SD tetapi kelakuannya bocah sekali.
"Berisik!" Resa pusing, kalau Raza merengek dan teriak-teriak tidak jelas.
"Mama bikin kesel duluan sih!"
"Hoo gitu, minggir sono!" Resa santai sekali mendorong Raza hingga terjungkal ke lantai, kemudian berbalik rebahan menyamping.
"Ih mama!" Raza masih mau mengempengi dada rata Resa, tetapi susah karena Resa tidurnya menyamping menghadap tembok. "Mama!"
Resa menulikan diri.
"Mama!" rengek Raza, sambil menarik-narik lengan Resa berharap mau berbalik. "Mama ih!"
Resa mendengkus, akhirnya kembali telentang. "Makanya diem!"
Raza mengangguk, kembali menimpa dan kali ini duduk. Tangannya mulai iseng memilin, melintir, kedua puting Resa. Seolah mainan, benar-benar melupakan tanda merah yang dibuat Arga saat pergumulan panas.
"Kok gede?" Raza dengan polosnya bertanya, padahal karena ulahnya terus mengempengi membuat dada rata Resa mendadak bengkak.
"Mulai lagi deh." Resa berusaha menahan emosi, tetap saja sulit.
"Ih! Aku nggak mancing emosi! Cuma nanya!" Raza sebal lagi, tetapi tidak mau membuat Resa marah sungguhan.
Resa mendengkus. "Main keluar sana!"
"Nggak mau!" Raza masih asik duduk di perut Resa dan mainin puting.
"Mama aku laper."
"Ya makan sono!" Resa malas bangun, karena memang masih pegal, kaya remuk, dan bagian bawahnya masih sakit!
Orang gila itu bener-bener bikin muak!
"Suapin!" pinta Raza.
"Kau udah besar, jadi makan sendiri! Nggak usah manja deh!" Resa heran, padahal dari awal merawat tidak pernah sekalipun memanjakannya. Yang ada emosi terus.
"Maunya disuapin! Suapin!" teriak Raza, mendadak mencubit puting Resa.
Yang dicubit mendesis kesal.
Sialan! Nggak anak nggak ayah! Sama-sama bikin muak!
Resa dengan malasnya bangun, sesekali berdesis.
"Gendong," pinta Raza dengan polosnya.
Resa melirik datar. "Jalan sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gila! [END]
Random"Papa." Resa geram. "Pokoknya mama! Mama! Mama!" Raza bebal-eh? "Laki-laki otomatis papa, bukan mama!" Kesabaran Resa sudah diambang batas, bila tidak terus ditahan akan mengamuk. Raza diam, lambat laun berkaca-kaca, dan sesenggukan. "Mama! Mama! Ma...