Ch. 3 : Kalla Mencari Pacar

613 28 0
                                    

"KALLA, MY BABYYYY!! AAAAKKK.." Seruan heboh seorang wanita yang berpakaian nyentrik abis.

Kalla mendengar jeritan norak dari sahabat nya, Vanya, sudah jengah dan bosan. Untung dia sahabatnya, kalau bukan sudah Kalla masukan ke dalam tong lalu dia bakar dan abu nya di buang kelaut.

"Kalla, gila sih ini. Gue dapet buleee, coyyy!" Vanya menggoyangkan bahu Kalla hingga kepalanya ikut bergoyang kedepan dan belakang.

"Bule nyasar ya, Nya?" pria di samping Kalla tertawa terbahak.

Mereka sedang kumpul rutin setiap dua minggu sekali. Kali ini pilihan kumpul mereka bertiga yaitu di Kedai Artha, kedai bernuansa ala-ala sundanese lesehan dan menu makan khas suku Sunda tersedia.

Vanya mencabikan bibir nya mendengar perkataan Jansen. "Enak aja. Ini gue ketemu di aplikasi tindur."

Kalla, Vanya, dan Jansen duduk lesehan di kedai itu sambil menikmati minuman yang mereka pesan.

"Gimana, Kall. Cakep, kan?" Vanya menunjukan sebuah foto pada Kalla melalui ponsel nya.

"Lumayan."

"Apaan, paling cakepan juga gue." Jansen berkata dengan percaya diri 100% sembari menyisir rambut nya kebelakang. Fix anda so ganteng, Jansen!

"Iya lo ganteng, Sen. Kalo diliat dari ujung monas." tawa Vanya langsung di suguhi jitakan kematian dari Jansen.

Kalla terdiam saja menikmati ocehan-ocehan tidak jelas kedua sahabat nya. Dia sedang memikirkan bagaimana caranya mendapat cowo untuk dia bawa kehadapan Mayang, ibunya. Selain Samudera jelas.

"Kall, tumben diem? Panas dalem?" Vanya akhirnya ngeh dengan keanehan Kalla.

"Bantuin cari gue pacar, dong." Kalla pasrah, dia meminta sahabatnya saja untuk mencarikan pacar bodong.

Jansen menyemburkan minuman nya tepat ke muka Vanya. Astaga, dia sangat terkejut akhirnya Kalla si cuek dan judes dengan pria bisa juga merasa kesepian butuh sosok laki-laki.

"Iiiihhh... Jansen. Jorok banget, lo," Vanya meneriaki Jansen dengan kesal sambil mengelap sisa ludah bau nya Jansen.

"Gue gak salah denger, Kall?" tanya Jansen memastikan pendengaran nya, siapa tau tuli di usia muda.

"Iya, ada masalah apa lo?" lanjut Vanya ikut bertanya.

Kalla mendesah pelan, wajahnya murung seperti memikirkan hutang miliaran. "Gue di paksa nikah. Jadi gue mau cari pacar," tutur Kalla.

"Wajar sih. Umur lo udah 28 tahun, udah saat nya gendong anak." Jansen mengompor, tidak memberikan solusi sama sekali untuk Kalla.

"Jadi gimana, Nya? Lo ada kenalan gitu siapa aja." tatapan Kalla beralih pada Vanya yang masih sibuk mengelapi wajah nya.

"Mending cobain main tindur deh, Kall. Lumayan cowok-cowok nya ganteng." celetuk Vanya. Dia hanya asal bicara.

"Jangan, Kall. Asli di tindur banyak cowok mesum." sanggah Jansen. Sebagai orang yang pernah memakai tindur dan salah memilih gender.

"Masa, sih?" Kalla merasa tak yakin. Bingung.

"Gak semua cowok, Kall. Tergantung elo nya aja gimana tanggapin cowoknya." jelas Vanya. Kemudian dia menyambar ponsel Kalla yang tergeletak manis di meja.

"Sini, biar gue download, ya."

"Duh, gue stres... Huaaa" Kalla menelungkupkan wajahnya di kedua tangan. Menangis karena stres mencari sosok yang pas untuk di sidak oleh mayang.

"Sabar, Kall. Emang sejelek apa, sih, cowonya?" Jansen menepuk-nepuk pelan kepala Kalla. Dia memang lebih tua dua tahun dari Kalla.

Kalla mengadah dengan wajah kusut. "Jelek banget. Sama cipo aja cakepan dia." fyi Cipo adalah anjing jantan milik Jansen.

Sweet Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang