Ch. 19 : Terungkap

294 14 1
                                    

Satu bulan berlalu. Seperti biasa Kalla sibuk bekerja dan satu tambahan jobdesk nya, dia ikut turun tangan dalam penyeleksian Sekertaris baru untuk Samudera. 

Bukan hal yang mudah, karena telah berpuluh-puluh kandidat yang mumpuni telah Kalla seleksi, tapi sayang mereka gagal ditahap terakhir. Yaitu, penilaian dari sang atasan langsung karena Samudera menolak mereka semua. 

Katanya, Tidak ada yang sebaik seorang Kallahera Amara dalam memahami Samudera.

Dan kali inipun, dia harus menelan kembali pil pahit.

"Renjana saya kurang suka dengan dia karena penampilan nya yang super monoton tidak fashionable juga tidak ekspresif. Dan Kiara, ini juga saya tidak suka, dia centil, make up yang terlalu tebal, genit pada saya. Pokoknya cari yang lain!" tutur Samudera setelah melihat dua calon kandidat Sekertarisnya beberapa jam yang lalu.

Kalla menghela nafas lelah. Di ruangan yang luas ini, entah mengapa dia merasa sumpek. "Baik, saya akan mencari kandidiat lain. Tapi mohon maaf bila sampai minggu ini belum juga ada yang bapak setujui saya akan meminta HRD saja yang memilihkan sesuai kualifikasi yang sudah tertulis dalam persyaratan."

"Saya pamit undur diri." tambah nya kemudian keluar tanpa menunggu lagi jawaban bosnya. Sudah sangat lelah Kalla.

Bos besarnya itu sungguh banyak maunya. Kalla sampai emosi dan jengah, pemilihan kandidat sekertaris ini seharusnya hanya diseleksi oleh HRD dan dirinya, sebagaimana yang sudah tertulis. Tapi samudera malah ingin ikut memilih, dan sudah calon ke 23 yang dia tolak.

Dan Kalla teringat sesuatu, jika hari ini tepat satu bulan setelah dia melakukan tes masuk ke perguruan tinggi nya. Saat nya dia melihat email, tapi Kalla memang sudah menyiapkan hati jika ternyata nanti dia gagal.

Masih ada plan ke-2, dia akan pergi ke Bandung sebagai gantinya dan mencari jodoh disana saja sampai hari tua nya. Itulah bayangan Kalla.

Lalu dia duduk di kursi yang sebentar lagi akan ditinggalkannya. Sedih, sih ... Karena bagaimanapun karirnya melejit di Perusahaan ini. Dan sebelum Kalla benar-benar pergi dari sini, dia ingin membagikan sedikit bingkisan atau kenang-kenangan untuk teman-teman dekat nya, termasuk bosnya juga.

Gimanapun dirinya di gaji oleh Samudera juga,kan?

"Huhf... Semoga hasil nya baik." gumam Kalla sebelum membuka notif email dari Heidelberg University.

Dear, Miss Kallahera Amara

Congratulations! We are very excited that you will be joining our student Major in University ....

Dan boom...

Kalla lolos. Dia menutup mulutnya karena masih tidak menyangka. 

Apa ini mimpi?

Langsung saja Kalla memfoto isi email nya dan mengirim di grup keluarga. Tak lama pesan beruntun datang dari anggota keluarganya. 

Ayah : Wah, anak ayah hebat. Ayah bangga. Selamat Kallahera.

Ibu : Aaaa ... Selamat putri ibu, usaha emang gak mengkhianati hasilkan.

Mas Dirga : Adek gueee keren abis. Congrats Heraa.

Mba Gia : Yeayyy, congratulations Ontyyy Heraa. Mba bangga sama kamu.

Dan tanpa sadar Kalla meneteskan air mata bahagia. Dia senang. Senang sekali, mimpi yang sempat dia ragukan, ternyata Tuhan memberi bukti dari keraguannya selama ini.

Terimakasih.

******

Sementara itu disebuah ruangan gelap yang hanya dicahayai oleh sinar matahari langsung dari jendela yang setengah gorden nya dibuka, terdapat siluet seorang pria jangkung namun sedikit kurus.

Sweet Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang