Ch. 22 : Selamat Tinggal (END)

473 20 0
                                    

Kallahera POV

Ketika tiba waktunya, aku menatap orang-orang tersayang yang mengantarkan aku menuju perpisahan sementara ini.

Ibu, Ayah, Mas Dirga, Mba Gia dan Kiara. Keluarga tercinta, mereka mengantarkan aku dengan wajah haru antara bahagia dan sedih. Bahagia karena aku pergi untuk mengejar cita-cita, dan sedih karena aku si bungsu yang selalu manja kepada mereka akan pergi untuk waktu yang sementara tapi tidak singkat.

Dan juga Vanya, Jansen dua sahabat terbaikku. Mereka ikut mengantarkan aku juga dengan mata berkaca-kaca.

"Lebay banget lo, giliran diajak ketemu susah." aku terkekeh geli melihat ari mata Jansen seperti air terjun mengalir deras.

Lelaki gemulai itu menepuk pundakku pelan dan merajuk. "Gue kelilipan eskavator aja ini," candanya.

"Kall, gue pasti bakal kangen banget sih, udah mah akhir-akhir ini kita jarang ngumpul sekalinya dapet info lo langsung mau ke Jerman aja. Mana lama banget lagi." Vanya cemberut.

Aku hanya terkikik dan menenangkan mereka. "Udah gak usah sedih sedih, nanti bisa kita video call iya, kan?"

Mereka berdua kompak mengangguk. Duh gemes nya.

Kemudian tatapan ku beralih kepada keluarga. 

"Hera berangkat dulu ya, masih harus jalan sampai gate 10 lumayan jauh juga belum ngantri." ucapku berpamitan. Keluargaku sontak mengagguk.

Ayah mengusap lembur surai hitamku. "Hati-hati, ya Nak. Jangan lupa kabarin kita kalau sudah sampai." 

"Jangan telat makan juga ya, kamu punya gerd yang lumayan parah." nasihat Ibu. Aku memang memiliki asam lambung yang cukup parah.

"Pacar lo, si Samudera gak ikut?" 

Pertanyaan Mas Dirga membuatku membatu. Aku saling bertukar tatapan dengan Ibu yang memang sudah tahu jelas cerita antara aku dan mantan pacarku. Entahlah bisa disebut mantan pacar atau tidak karena kami sebetulnya hanya kontrak. 

"Mereka sudah selesai, Dir." Akhirnya Ibu yang angkat suara menjawab pertanyaan sulit itu.

Kulihat rahang Masku mengeras. Waduh, gawat bakal terjadi perang dunia ke 3 antara Dirga dan Samudera.

"Eh- Mas gak usah marah, kita selesai secara baik-baik kok. Ini karena aku mau ke Jerman juga, jadi aku gak mau LDR." aku buru-buru menyela sebelum Mas Dirga salah paham dan akhirnya Samudera bonyok ditangan dia.

Vanya dan Jansen membuang muka, mereka juga salah satu orang yang tahu kisahku. Aku tahu di dalam hati mereka ingin menjambak, menendang, bahkan membakar lelaki itu. Tapi itu tidak akan terjadi, selama mereka tidak dipertemukan.

"Iya, sudahlah Dir. Yang penting Kalla sekarang sudah tidak sakit hati lagi." Duh, Ayah salah ngomong lagi. Mas Dirga semakin terlihat marah.

"Sakit hati? Kata lo putus secara baik-baik?" aku tahu Mas Dirga tidak mungkin percaya, terlebih dia mengetahui karakter Samudera, ya jelas wong mereka satu kampus satu prodi satu jurusan satu kelas.

Aku gugup. "Eh, iya tapi kan tetep aja dong namanya selesai itu menyakitkan. Udah ya, Hera harus cepet-cepet chekin. Babai semua." 

Aku menghentikan pembicaraan tak enak ini, baru setelah itu aku menyalami seluruh keluarga, berpelukan dan terakhir cipika cipiki bersama dua bestie ku.

"Hati-hati ya," ucap mereka semua orang yang paling aku cintai.

Aku tersenyum dan memberi lambaian tangan kemudian berjalan lebih jauh lagi. 

Sampai bertemu lagi semua yang ada disini. Semoga aku akan kembali dengan rasa yang berbeda untuk seseorang yang entah sedang apa sekarang.

Tepat pukul 18.15 Pesawat ku berangkat, dan aku mungkin tidak akan pulang sampai selesai masa studi.

POV end

*******

Tepat setelah tiga jam kepergian Kalla ke Jerman, di ruang kerja yang gelap dan dingin itu Samudera menatap langit Jakarta sembari menyesap wine yang dipegang olehnya.

Dia sudah tahu wanita itu pergi, tentu Ayana yang memberitahu. Semuanya terlambat.

Perasaan nya yang belum dia sampaikan dan pertemuan terakhir yang tidak sempat lagi. Setelah dia mendengar cerita dari Ayana, Samudera langsung memerintah tangan kanan nya untuk melacak setiap penerbangan yang menuju Jerman.

Dan dia mendapatkan nya, tepat pukul 18.15 Bandara Soekarno Hatta Kalla pergi. Bukan nya tidak mau menemui. Dia datang ke bandara, dia juga melihat wanita yang dicintai nya bersama keluarga dan sahabat nya.

Menyesal.

Satu kata yang dapat mewakili perasaan nya sekarang. jika waktu bisa diputar, mungkin Samudera tidak akan mudah percaya pada masa lalu nya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, kini dia hanya perlu menjalani hidup seperti sebelum Kalla datang. Dia akan menjadi si penggila kerja lagi mulai saat ini.

Samudera juga sudah tidak tertarik lagi untuk menjalin kasih asmara. Setidaknya untuk saat ini dan entah sampai waktu yang tidak bisa dia tentukan.

Dia hanya berharap, semoga takdir kembali mempertemukannya dengan Kalla, meskipun bukan untuk menjadi pasangan tapi setidaknya biarkan dia menebus rasa penyesalan yang sekarang sedang dia rasa kepada wanita yang begitu dicintainya.

*****

Sweet Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang