Indira menemui secara nekat Laskara. Ayah kandung dari anak nya.
"Dimana anak-anakku?" Indira geram, tanpa sopan santun dirinya membuka pintu kerja Laskara sangat keras, pria itu tengah duduk sambil menatapi pemandangna hiruk pikuk kota Jakarta ini.
Kursi Laskara berbalik, pria itu menatap sosok wanita yang pernah menjadi sahabat nya itu.
"Hai, sahabat." sapa Laskara dengan senyum yang terlihat mengerikan. Indira muak dia menghampiri lelaki itu yang sedang duduk dan menarik kerah kemeja nya kasar.
"Dimana mereka?" sekali lagi Indira bertanya penuh penekatan disetiap kalimat.
Laskara tertawa. Sekuat apapun Indira tetap akan kalah jika bersamanya. Sama seperti bertahun tahun lalu.
"Santai. Mereka lebih aman dan bahagia bersamaku. Kamu tidak perlu khawatir." Laskara menghempaskan lengan mungil Indira dari kerahnya. "Seharusnya yang kamu khawatirkan adalah nasib mu yang tidak jadi menyandang nama belakang Isander."
Ucapan sarkastik itu sengaja Laskara ucapkan. Dia muak dengan wanita cantik dan seksi dihadapan nya ini, tapi memiliki nilai ahklak yang nol. Ya meskipun sama saja dengan dirinya. Tapi setidaknya, dirinya bukan tipe manusia yang munafik.
"BAJINGAN!" jerit Indira.
"Mati kamu Laskara!" sungut nya kemudian. Membuat gelak tawa pecah bagi Laskara.
"Mungkin kamu yang akan mati membusuk di penjara setelah ini, Indira." Laskara menarik kedua dagu Indira, menatap tajam wanita itu dan berkata lagi. "Aku sudah menyerahkan bukti-bukti kamu membunuh calon tunanganku dulu Indira."
"A-apa?"
"Kamu pikir, Yesa mati begitu saja karena keracunan makanan? Aku tidak bodoh. Maka dari itu kamu menjebloskan aku ke penjara dengan tuduhan ancaman pembunuhan, kan?" Laskara tersenyum miring ketika melihat Indira membeku di bawahnya.
Yesa adalah calon tunangan Laskara dan yang paling dekat dengan Indira. Tapi, Laskara tahu bahwa kebaikan Indira hanyalah tipuan. Indira kemudian meracuni Yesa karena berkali-kali gagal menghancurkan hubungan Laskara dan calon tunangan nya itu.
Ini adalah sebuah kebenaran yang hanya dirinya, Fred, dan Indira yang tahu. Sementara Samudera, Atlas, dan keluarga yang lain tidak ada yang mengetahui. Mereka tahunya Laskara mengancam membunuh Indira.
Tapi untunglah, semua bukti yang sempat dia kumpulkan masih ada, dimulai dari rekaman cctv, rekaman suara, dan bukti-bukti pembelian obat beracun itu. Semua juga berkat dari bantuan mendiang Yesa.
"Aku ingin tahu, apa tujuan mu dulu membunuh dia?" kini sorot mata Laskara menajam dan menusuk. Dia masih merasa sesak jika mengingat hal itu.
"A-aku tidak membunuh!" sergah Indira. Dia tidak akan mengakui itu.
Brak!
Laskara menendang tubuh Indira. "Jawab, atau aku akan melenyapkan anak mu itu?" tentu saja itu hanya sebuah ancaman.
"Fred bawa rekaman cctv live kesini." perintah Laskara. Indira membeliak, dia pikir itu hanya ancaman saja.
"U-Untuk apa rekaman cctv live?" Indira bertanya dengan rasa ketakutan parah.
Laskara mendekat dan berbisik tepat di telinga Indira. "Untuk memperlihatkan kematian anakmu secara langsung."
Jantung Indira tak karuan, dirinya sungguh panik. "Please, Kumohon Laskara. Jangan mereka, bunuh saja aku. Hiks."
Indira bersimpuh di kaki Laskara, dirinya menangis. Dia tidak rela jika kehilangan keluarga yang tersisa yang akan menyayangi Indira sampai akhir hayatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Contract [END]
Romance"Kamu mau uang?" "Siapa sih yang gak mau uang, Pak." "Maksud saya, kamu mau jadi pacar pura-pura?" "GAK MAU! SAYA BAKALAN RESIGN!" -------------------------- Samudera Isander pria tampan dan segudang wanita disisi kanan kiri depan belakang nya. T...