Ch. 18 : Kebodohan Samudera

386 20 0
                                    

Samudera akhirnya menyetujui surat pengunduran diri dari Kalla, dia sendiri bingung dan bimbang dengan hati nya.

Tapi ketika melihat dua anak kembar nya itu, semangat nya kembali memuncak. Dan dia yakin bahwa menikah dengan Indira adalah pilihan yang amat sangat tepat.

Dan hari ini, dia tidak masuk ke kantor. Diri nya akan menyiapkan pernikahan dengan Indira. Direstui ataupun tidak, anak-anaknya lah yang lebih berharga.

"Sayang, dekorasi yang ini terlihat mewah, aku mau yang ini." Indira menunjuk salah satu design pelaminan yang paling mewah dan harganya selangit.

Mereka sedang berada di kantor Wedding Organizer yang sudah ditentukan oleh Indira, tentunya.

Samudera mengangguk seraya membelai lembut rambut ikal Indira yang panjang.

Rasanya aneh. Tidak ada desiran seperti dulu lagi.

"Pilihlah sesukamu."

Indira kontan kesenangan. "Makasih sayang."

Dering ponsel Samudera berbunyi, tertera nama ibunda tercinta nya. Ayana menelpon.

Pria itu izin keluar untuk mengangkat telpon. "Ada apa, Ma?"

"Kalla resign?"

Suara Ayana tampak memancarkan kemarahan yang amat sangat. Samudera meringis.

"Iya, dia memaksa aku menyetujui surat nya."

"Gara-gara wanita sialan itu, kan? Bodoh kamu Sam."

Makian kedua yang dia dapat dalam waktu kurang dari satu hari.

"Ma, namanya Indira dan dia bukan wanita sialan. Dia calon menantu mama dan ibu dari cucu mama juga." Tegas Samudera. Tentu membuat Ayana muak.

"Menjijikan sekali. Sampai kapanpun, aku tidak menerima Indira sebagai menantu. Baik kamu ataupun saudara mu yang lain."

Plip

Telpon dimatikan sepihak. Samudera menghela nafas lelah. Banyak sekali rintangan dalam hubungan nya dengan Indira.

"Telpon dari siapa, sayang?" Indira tiba-tiba sudah dibelakang Samudera. Membuat lelaki itu sedikit terjingkat kaget.

"Bukan siapa-siapa, itu dari klien." Samudera kemudian menggandeng tangan Indira untuk kembali masuk.

Untungnya Indira tidak banyak bertanya lagi dan cukup tidak membuat Samudera kepusingan.

****

Hari ini Kalla tidak masuk kantor, dia izin karena akan mengikuti tes studi S2 nya di luar negeri.

Semoga lolos. Batin Kalla bersungguh-sungguh.

Tadinya Kalla berniat untuk lanjut di Bandung, karena memang keluarga dari sang ayah kebanyakan disana. Tapi ayahnya bilang : 'Cobalah hal yang lebih menantang, pergilah ke negeri orang.'

Dan pada akhirnya Kalla memantapkan pilihan nya di negara yang dijadikan tempat berimigran bagi warna negara lain. Yaitu Jerman. Kalla mendaftar hanya di satu universitas, tepatnya di Heidelberg University dengan jurusan yang diambil adalah Magister Bussiness Administration. 

Sesuai dengan prodi yang Kalla ambil ketika menempuh sarjana nya. Persiapan Kalla sudah benar-benar matang dan hampir 100%. Memang Kalla mempersiapkan sudah dari tahun-tahun sebelumnya.

Tetapi keluar negeri hanyalah salah satu dari mimpinya yang sedikit mustahil, jadi Kalla dulu tetap memprioritaskan tujuan awalnya. Melanjutkan S2 di kota kelahiran sang ayah.

"Hera," panggil Mayang, ketika melihat pintu kamar Kalla yang sedikit terbuka. Beliau jadi teringat akan satu hal. "Sudah mulai tes nya?" 

Mayang mengelus puncak kepala anak gadis semata wayangnya itu yang tengah duduk di kursi belajarnya.

"Sekitar tiga puluh menitan lagi, kenapa Bu?" 

Mayang menggeleng pelan. "Engga, nanya doang."

Hening beberapa saat karena Mayang sedikit enggan bertanya tentang hal sensitif ini.

"Kayaknya, pacarmu itu gak dateng lagi?" pancing Mayang. 

Kalla tahu bahwa momen ketika orangtua nya akan menanyakan presensi sosok Samudera yang menjabat sebagai kekasih nya akan datang juga. 

Helaan nafas sejenak sebelum berucap untuk jawaban dari sang ibunda. "Kita udahan, Bu."

Ya, Mayang dan suami sudah menduga. Pasalnya, waktu kapan hari mereka memergoki suara Kalla yang tengah menangis hampir beberapa hari. Dan mereka berasumsi bahwa ini ada hubungannya dengan Samudera, alias kekasih Kalla.

"Jadi kamu sudah resign?" Tak mau membuat putrinya semakin kepikiran ditengah tes perguruan tinggi sebentar lagi, Mayang mengalihkan pembicaraan. Dia cukup mengerti perasaan Kalla.

Kalla mengangguk sebagai jawaban. Dirinya memfokuskan pada latihan soal berbahasa Inggris itu. 

"Yasudah, semoga berhasil tes nya Ibu dan Ayah selalu mendoakan kamu. Jangan bergalau lagi, ya. Nanti ibu jodohkan lagi dengan yang lebih ganteeeeeng dari mantanmu. HAHA." 

Lalu Mayang keluar dengan gelak tawa yang cukup renyah. Setidaknya hati sang putri tidak terlalu kalut.

"IBUU!!" rajuk Kalla. "Aku gak mau di jodoh-jodohin!?"

******

"Bego lu, anying!" Datang-datang, Atlas bukan nya menyapa ramah sahabat tercinta tapi ia langsung memberi makian yang dituju kepada Manusia paling bodoh yaitu, Samudera.

Sementara lelaki yang dimaki itu terlihat santai sambil menyesap kopi pahit nya di ruang tengah apartemen nya, namun dengan raut yang kebingungan melihat kelakuan Atlas.

"Gue kenapa?" Samudera berkata begitu polos, hingga membuat Atlas ingin melemparnya ke planet pluto detik itu juga jika ia bisa.

"Tolol." 

"Kenapa sih, lu? ngomong yang jelas kek."

Samudera memperhatikan setiap gerakan Atlas sampai tepat berada di hadapan nya.

"Dari kemaren gue emang pengen banget ngemaki elu sih, Sam. Tolol nya kebangetan lo." Atlas jengah dengan sahabatnya. Menyia-nyiakan hal yang begitu luar biasa hanya untuk hal biasa saja.

Samudera sadar apa yang tengah dibicarakan oleh Atlas saat ini. Tidak jauh dari tindakan nya yang menurut orang sangat keterlaluan. Justru menurut nya lebih keterlaluan jika dirinya menelantarkan Indira dan anak-anaknya. Banyak dosa yang harus ia tebus dengan itu.

Walaupun Ayana bilang, menebus dosa tidak harus dengan menikahi nya, yang terpenting kasih sayang dan nafkah untuk anak-anaknya cukup. Tapi, jelas Ayana juga tidak mengizinkan Samudera sekalipun untuk bertanggung jawab pada Indira beserta anak-anaknya.

"Oh, kalo cuma mau bahas Kalla atau hubungan gue sama Indira balik aja lo sana."

"Awas aja lo kalo nanti nyesel ninggalin dia, gue bakal ketawa duluan paling kenceng!" 

Samudera geming. dirinya fokus dengan layar ponsel yang entah apa dia buka.

"Nih, hasil opname proyek nya Geo. Gue cuma mau nyerahin itu aja sih." Lalu Atlas manaruh dokumen tepat di meja sebelum dirinya pergi. 

"Oh iya, gue mau bilang satu lagi. Tolong lo selidiki dulu deh, anak Indira itu anak lo apa bukan." lanjut Atlas, lalu benar-benar pergi.

Anak-anaknya atau bukan?

Tidak pernah terpikir sedikitpun oleh Samudera bahwa anak kembar itu bukanlah anaknya. Jika dilihat secara langsung siapapun akan langsung tahu bahwa itu anaknya, karena gen Samudera terbawa oleh mereka begitu kuat.

Dan jika bukan anaknya, lantas anak siapa lagi? Indira hanya berhubungan dekat dengan nya saja dikeluarga ini. Samudera juga tidak memiliki saudara lain lagi, selain Laskara sepupu nya yang mendekam di penjara karena kesalahan nya sendiri.

Laskara. Wanita itu tidak mungkinkan berhubungan dengan lelaki itu?

Sweet Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang