Ch. 20 : Persiapan Menuju Kepergian

427 20 2
                                    


Akhirnya setelah beberapa hari Kalla telah menuntaskan beberapa pekerjaannya. Calon sekertaris baru sudah ada, dan mulai bekerja senin depan. Yang artinya tinggal dua hari lagi Kalla bekerja disini, karena sabtu dan minggu adalah waktu libur yang akan di isi dengan training singkat oleh sekertaris baru.

Persiapan studinya juga sudah hampir selesai, hanya tinggal membuat visa, melakukan karantina dan pelatihan bahasa selama satu bulan, dimulai juga sejak hari Senin mendatang.

Dan satu hal yang mengganjal dihati Kalla. Pasalnya, Samudera tidak hadir sudah beberapa hari sejak pertemuan terakhirnya. Hati kecil Kalla sejujurnya khawatir dan ingin menanyakan kondisi nya.

Tapi logikanya menolak keras. Biarin aja, mungkin sedang mempersiapkan pernikahan yang sebentar lagi.

Panjang umur, orang yang sedang Kalla pikirkan datang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. 

Wajah nya kusut, kantung mata terlihat jelas, pakaian yang biasanya selalu match dan fashionable kini berbeda.

"Ada apa, Pak?" Kalla tidak bisa menyembunyikan raut khawatirnya.

Samudera menatap kosong sekertarisnya, ingin sekali rasanya dia memeluk dan meminta maaf kepada wanita yang pernah dia sakiti itu tempo lalu.

"Pak?" Kalla mendekat, karena Samudera tidak menjawabnya hanya berdiam di ambang pintu.

"Kall, saya minta maaf."

Tiba-tiba Samudera memeluk Kalla menenggelamkan wajah nya di ceruk leher perempuan yang ternyata selalu membuat Samudera merasa jauh lebih tenang jika didekatnya. Jelas membuat wanita itu memberontak.

"Pak, tolong lepas, gak enak diliat karyawan lain yang lewat." Kalla sekuat tenaga mendorong tubuh Samudera yang jauh lebih besar dan kuat.

"Aku batal menikah." Sahut Samudera tiba-tiba tanpa ditanya.

Satu kalimat itu membuat Kalla berhenti memberontak, dia bergeming sejenak. Kenapa? Apa ada masalah dengan hubungan mereka, atau Kalla menjadi penyebab hubungan mereka rusak, atau apa?

Benak nya dipenuhi pertanyaan, tapi sekali lagi, logika lebih menguasai.

"Terus ... Urusan nya dengan saya apa?" Kalla kembali berontak melepaskan pelukannya. "Samudera, tolong lepaskan. Tidak etis rasanya diliat orang, apalagi mereka taunya kamu akan menikah. Cepat lepas." Tegas Kalla, tidak lagi dengan bahasa yang formal.

Kalla sedikit malu, karena dari tadi OB berkeliaran dan sedang mengepel lantai. Semoga tidak berpikir macam-macam.

Pada akhrinya Samudera melepaskan pelukan, matanya bertemu dengan milik Kalla. Dia baru sadar ternyata selama ini Kallahera lah yang selalu mengisi pikiran dan hatinya. 

"Maaf."

Kalla membuang nafas pelan. "Sudahlah. Aku gak apa-apa. Kamu sebaiknya kembali ke ruangan, banyak pekerjaan mu yang menumpuk. Aku buatkan kopi."

Sejujurnya Kalla masih sakit hati, tapi dia sudah ikhlas dan menerima. Toh nantinya dia tidak akan disini lagi.

Samuderan mengangguk lesu dan berbalik menuju ruangannya. Tapi sebelumnya ia berbicara. "Terimakasih. Tunggu aku, aku akan menyelesaikan semuanya. Aku berharap kita bisa balik seperti dulu lagi."

Kalla tidak menggubris perkataan Samudera. Menurutnya semua sudah tidak ada hubungan nya lagi. Dan juga, jika diberi pilihan Kalla tidak mau lagi untuk kembali kepada Samudera. Dia sudah menutup hati untuk lelaki itu.

******

Hari sebelum nya. Samudera mendatangi rumah dengan wajah yang masih memndam kemarahan.

"Samudera, mami mau ngomong sebentar." Ayana yang mengetahui putranya datang, bergegas memanggil.

Tapi anaknya memang sedang tidak mood berbicara dengan siapapun itu menolaknya. "Mi, Sam mau istirahat sebentar menjernihkan pikiran."

Ayana tahu. "Ini tentang Laskara dan anak anak nya."

Geming. Lelaki itu berhenti, dan berbalik untuk berbicara dengan ibunya.

"Jadi?" mereka telah duduk bersama di ruang kerja Ayana.

"Maaf sebelumnya. Mami bekerja sama dengan Laskara, tapi tunggu dulu kamu jangan salah paham. Ini karena perempuan sialan itu yang duluan menjebak kamu, dan kamu yang begitu susah mami beritahu." tutur Ayana.

Dan mengalirlah cerita bahwa Ayana dan Laskara bekerja sama dalam penculikan anak-anaknya. Ayana juga yang memberitahu setiap informasi mengenai Indira kepada Laskara itulah alasan mengapa Ayana lebih sering mengunjungi Laskara ketika di sel.

"Sam juga minta maaf. Gak dengerin apa kata Mami, Sam sangat menyesal." lirih Samudera dengan menunduk.

Ayana tersenyum hangat. Untunglah semua belum terlalu jauh. "Jadi pernikahanmu akan batal?"

"Iya. Mungkin aku akan coba bujuk Kalla untuk dia yang menggantikan." timpal Samudera. Percaya diri sekali bahwa Kalla akan berada disisi nya terus.

Namun Ayana menatap nanar sang putra. "Mami pikir, Kalla tidak akan mungkin mau. Lebih baik kamu batalkan saja, dan jika ingin kembali dengan sekertaris mu itu, kamu harus kembali dari nol lagi, Sam." Ayana memberi saran, yang diangguki oleh Samudera.

"Mami seorang wanita juga, tentunya paham bagaimana rasa sakit hati nya Kalla. Apalagi Mami lihat dia sudah sedikit membuka hati untukmu. Tapi kamu jatuhkan." tambahnya kemudian.

Lelaki itu terlihat putus asa soal percintaan nya. "Jadi Laskara sudah bebas dari penjara?"

Ayana manggut. "Betul."

"Lalu apa rencana dia berikutnya? Apa dia benci dengan aku yang akan menikahi Indira?"

Ayana paham bagaimana perasaan putranya itu. "Tidak. Laskara justru ingin menyelamatkan kamu dari Indira. Dia juga tidak menyukai Indira dan hanya ingin mengambil darah daging nya saja."

"Aku ingin bertemu dia." putusnya kemudian. Ayana mengangguk sebagai tanda jawaban dirinya setuju.

"Tapi tunggu dulu, biarkan Laskara menyelesaikan hubungan nya dengan Indira. Sementara kamu tidak usah ikut campur dulu, Nak." 

Tepatnya Laskara akan mengambil secara paksa anak-anaknya, pria muda itu tidak ingin jika darah daging nya diurus oleh ibu jahat seperti Indira. Dia tidak sudi. Meskipun anak itu lahir karena kesalahan, tapi tak dipungkiri Laskara pasti menyayanginya.

*****

Sweet Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang