Samudera dengan bibir pucat tetap memaksakan diri untuk pergi ke kantor. Karena hari ini akan ada survey lapangan mengenai proyek Geo pemilik Pabrik Tekstil.
"Loh, mukanya pucet banget," Kalla menatap khawatir sang atasan yang saat itu baru sampai.
Samudera tetap diam dan melanjutkan berjalan ke pintu kebesaran nya, dia sebenarnya tidak kuat berjalan. Tadi saja berangkat di antar oleh ojek online.
"Pak?" tanya Kalla sekali lagi, dia bangkit berdiri untuk menyentuh dahi pria itu.
"Ya ampun. Panas banget. Bapak demam." pekik Kalla.
Kaget karena suhu tubuh Samudera sangat terasa panas di lengan nya. Langsung saja Kalla membawa masuk Samudera ke ruangan nya.
Wajah pucat itu sudah tak berdaya lagi, dia hanya mengikuti arahan dari sang sekertaris.
"Kenapa masih maksa ngantor, sih, pak. Udah tahu badan sakit." Kalla mengomel sembari sibuk mencari obat pereda di kota p3k.
Samudera yang terbaring di sofa itu memejamkan mata. Sudah tidak ada tenaga mendengar omelan Kalla. Dia sangat pening saat ini.
"Ambilin minum." pinta Samudera dengan suara serak dan mata yang masih terpejam.
Kemudian Kalla mengambil gelas dan mengisi air dari dispenser yang ada disitu.
"Ini, sekalian sama obat nya minum." Kemudian wanita itu menyodorkan segelas air hangat dan sebuah obat.
Samudera hanya mengambil air minum nya. Dia tidak suka menelan pil pahit. Rasanya seperti tercekat di tenggorokan.
"Obat nya juga!"
"Saya gak suka," Samudera kemudian kembali merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata lagi.
"Minum dulu, biar enakan." desak Kalla.
Dia duduk di pinggiran kursi, sambil meraba-raba wajah Samudera dengan satu tangan nya. Mengecek suhu tubuh pria itu.
"Gak ada termometer, saya gak bisa pastiin berapa derajat." gumam Kalla.
Tangan Samudera memegang tangan nya yang berada tepat di pipi pria itu. Masih dengan mata terpejam, Samudera seolah menikmati sentuhan dingin tangan sekertaris nya.
"Enak banget tangan kamu," Samudera bergumam. Lalu memindahkan tangan Kalla pada sisi pipi nya yang lain.
Wanita berumur 28 tahun itu hanya diam, darah nya berdesir ketika kulit putih nya merasakan jenggot-jenggot halus yang menusuk telapak tangan nya di wajah Samudera.
"Minum obat nya Samudera!"
Sekarang Kalla tidak lagi menggunakan embel-embel, dia kesal ketika orang sakit bertingkah tidak mau minum obat.
Samudera mengerucutkan bibir nya. Dia seolah sedang merajuk seperti anak-anak. Spontan Kalla menjiwit bibir nya itu menggunakan tangannya.
"Kayak anak kecil aja."
"Cium dong," celotehan sinting Samudera. Kemudian mendapat kembali jiwitan dibagian perut nya.
"Aw--tega sekali kamu," Samudera meringis. Mata nya terbuka menatap manik hazel milik Kalla.
Kalla mengernyit khawatir lantaran melihat mata bos nya yang sayu dan memerah. Tidak seperti biasanya.
"Minum obat dulu, cepet." Kalla berujar dengan lembut dan penuh perasaan. Berharap Samudera mau meminum pil pahit yang bertengger di atas meja dekat sofa.
Samudera menggeleng lemah. "Mau nya di minumin sama kamu," rengek nya kemudian.
Helaan lelah terdengar dari Kalla. Bos nya sangat sangat lebih lebih menyebalkan ketika sakit. Banyak mau nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Contract [END]
Romance"Kamu mau uang?" "Siapa sih yang gak mau uang, Pak." "Maksud saya, kamu mau jadi pacar pura-pura?" "GAK MAU! SAYA BAKALAN RESIGN!" -------------------------- Samudera Isander pria tampan dan segudang wanita disisi kanan kiri depan belakang nya. T...