Tibalah hari dimana Samudera akan dikenalkan pada orangtua Kalla. Di rumah nya kini sedang sibuk membuat berbagai masakan khas Sunda. Kalla memang ada campuran sunda dari ibu nya dan jawa dari ayahnya.
"Bu," panggil Kalla, dia hanya enak-enak saja duduk di kursi makan sambil nyemilin buah mangga gedong.
"Hmm.." Mayang fokus pada pekerjaan nya yaitu memotong mentimun sebagai hidangan terakhir yang Mayang sajikan.
Di meja nya sudah terlihat berbagai macam hidangan. Diantaranya ada ikan mas goreng bumbu kuning, lalu ayam goreng, sambal terasi merah beserta lalapan mentimun dan daun kemangi, tahu tempe dan hal yang wajib ada ialah ikan asin jambal roti.
"Keluarga Pak Samsul udah di konfirmasi tentang batal nya perjodohan Hera sama anaknya itu?" sambil menyomot timun di depan nya.
Mayang manggut. "Udin. Keliatan nya malah Pak Samsul sama istrinya kayak seneng gitu perjodohan nya di batalin."
Kalla mesem. "Iya gimana gak seneng, mereka terbebas dari calon menantu kurang aja gini kayak Hera." Kalla terkekeh geli. Mengingat wajah tak suka istri Pak Kades.
"Huss. Jangan gitulah." Mayang menepuk pelan kepala nya.
Di tengah asyik nya berbincang, Dirga dan keluarganya tiba-tiba muncul.
"Yangtiii!!" teriak Kiara kecil, anak Dirga dan Mba Gia berlari kecil memeluk sang nenek.
"Loh, Dir gak bilang mau kesini?" Mayang mendudukan Kiara di kursi sebelah Kalla.
"Cil, gimana sekolah nya? Udah dapet gebetan belom?" Kalla bertanya pada Kiara yang sedang mengemut permen kaki. Kemudian menggeleng menjawab pertanyaan Bibi nya.
Dirga terheran melihat meja penuh dengan makanan. "Wow. Ada apa nih, masak besar?"
Mayang menarik kursi untuk menantu wanita nya. "Makasih, Bu." ucap Mba Gia sungkan. Mama mertua nya memang baik sekali. 100 jempol untuk beliau.
Mayang menunjuk dengan dagu ke arah Kalla yang sedang berbincang dengan Kiara.
"Tuh, mau ngenalin calon nya. Katanya sih, tapi ibu curiga dia akal-akalan doang biar gak di jodohin sama anak nya Pak Kades." Wajah julid Mayang tak bisa disembunyikan.
Kalla manyun. "Ibu nih, gak percayaan banget."
Dirga mesem-mesem menatap Kalla. "Awas aja kalo gue liat cowok lo modelan papan penggilesan atau fucek boy. Gue hajar duluan." Wih, ngeri sekali Mas Dirga. Kalla tahu sih, Dirga ini preman kampus dulu.
Sampe ayah aja pusing banget sama kelakuan bebal si Dirga. Nakal mampus untung Mba Gia masih mau sama Mas nya itu.
"Aman, dia gak burik kok. Elo bakal kaget, Ga!" Kalla berucap penuh percaya diri.
"Eh, Ayah mana Bu?" Dirga bertanya mencari sosok pria tua yang cerewet selalu mengomel.
"Lagi mandiin burung." balas Mayang, sembari mengelap meja makan.
"Dirga samperin dulu ayah." Kemudian Dirga melangkah menuju halaman belakang rumah.
Hanya tersisa Kalla, Mayang, Mba Gia, dan Kiara di meja makan.
Kalla mengecek ponsel nya, ternyata ada pesan satu menit yang lalu dari Samudera. Dia sudah menunggu kepanasan di luar gerbang. Lebay sekali padahal masih jam sepuluh pagi.
"Bu, pacar Hera udah di depan. Bentar." Mayang mengangguk.
Kalla membuka pintu gerbang. Terlihat wajah bos nya yang sudah agak memerah karena kepanasan. Haduh, nasib orang kayak emang gak pernah di ajak panas-panas di tengah terik matahari pas lagi menjelajah pramuka ya. Wajah nya pink-pink seperti pakai blush on gitu.
"Tumben pake motor." tanyanya ketika Samudera telah memarkir motor di samping mobil Dirga.
"Biar gak kejebak macet." Samudera menyimpan helm nya.
Tampilan dia hari ini sangat kasual. Memakai sweater hitam panjang dan celana jeans serta merta sepatu kets nya. Dan Kalla pertama kali melihat Samudera di luar tampilan formal nya. Ganteng lah lumayan.
"Enak juga rumah lo." ucap Samudera matanya menelisik seluruh halaman rumah yang dipenuhi pepohonan rindang. Masih sama seperti dulu terakhir kesini.
Di situasi seperti ini mereka memutuskan untuk tidak menggunakan bahasa formal saya-kamu, tetapi lo-gue, karena kalau aku-kamu jelas Kalla menolak karena kegelian.
Mereka berjalan dan saat sampai di depan pintu, Kalla menyuruh melepas sepatu mahal Samudera.
"Lepas sepatu nya, simpen di rak." Kalla menunjuk sebuah rak sepatu.
"Tumpuk aja di atas sepatu itu, itu punya kakak gue." jelas nya ketika melihat Samudera kebingungan karena rak sepatu penuh hingga berjatuhan.
"Lo punya Kakak?" Samudera bertanya, dia sedikit teringat tentang teman satu tongkrongan nya Dirga.
Samudera sih sudah fix, kalo Kalla ini pasti adik nya Dirga. Anak bengal di tongkrongan nya. Ternyata semua seluk beluk rumah ini masih sama ketika dia dulu berkunjung kesini. Tapi kenapa dulu tidak pernah melihat Kalla?
"Punya, nanti gue kenalin sekalian mumpung disini orang nya."
Samudera manggut-manggut mengikuti langkah wanita berdress midi warna blue sky itu. Cukup menarik perhatian nya juga karena leher jenjang itu terbuka sepenuh nya. Tampak manis, berbeda dengan ketika di kantor aura sexy girl nya sangat kentara.
"Bu, ini kenalin Samudera. Samudera kenalin ini Ibu, yang itu Mba Gia dan si bocil itu Kiara." jelas Kalla. Mba Gia tampak terkejut begitu juga dengan Samudera.
Apa-apaan ini, kenapa teman tongkrongan semasa kuliah nya ada disini.
"Loh, ini Samudera?" Mba Gia tak menahan lagi keterkejutan nya. Mayang dan Kalla saling pandang. Mereka jujur bingung.
Mengapa dunia se sempit ini. Samudera mendesah lesu, tersenyum getir.
"Eh, Gi. Gimana kabar lo?" Samudera berusaha tenang. Meskipun jantung nya berdebar kencang. Dia pernah ada masalah dengan Gia dan Dirga sebelum nya. Jelas itu kesalahan sangat fatal.
"Ngobrol nya sambil duduk, ayo Nak Samu duduk." Mayang mempersilahkan duduk Samudera.
Mereka semua sudah duduk. Mayang keluar dari dapur untuk memanggil Ferdi dan Dirga.
Kalla tetap diam menikmati obrolan Samudera dan Gia. Dia sedikit paham bahwa Samudera adalah teman nya Mba Gia dan Mas Dirga semasa kuliah. Dia juga tidak banyak tanya mengingat isi perjanjian kontrak nya untuk tidak mengusik privasi masing-masing.
"Gila lo kenapa bisa sama adek ipar gue?" Gia menatap tak percaya. Seolah itu adalah hal yang mustahil.
Samudera tertawa samar menggaruk ceruk leher nya yang tak gatal sama sekali. Dia jujur malu. Malu sekali bertemu dua sejoli Dirga dan Gia apalagi disini sebagai pacar Kalla. Adik nya. Pasalnya mereka berdua yang paling tahu gimana berengsek nya dia.
"Iya, kebetulan aja dia juga sekertaris gue di kantor." Jelas Samudera. Mbak Gia menatap Kalla terkejut dan prihatin.
Prihatin karena wanita baik-baik seperti adek ipar nya mendapat pria bejat di samping nya. Kasian sekali kamu, Nak.
"Sabar, ya Dek. Kamu udah tau kan keberengsekan dia?" Gia mengompori. Kalla terbatuk saat sedang menyeruput teh manis.
UHUK! Refleks Samudera mengusap punggung nya dengan lembut berkata. "Hati-hati." cari muka dulu nomor satu, iya kan?
Kalla mengangguk sebagai jawaban dari Mba Gia. "Hera udah tahu semua kok, Mba. Tenang aja dia udah berubah lebih baik kok." pret. Kalla berdusta.
Mba Gia tersenyum lega mendengar nya.
"WOI SAMUDERA!?"
Ancrit.
Si Dirga kampret tiba-tiba muncul. Keringat dingin membasahi pelipis Samudera. Please, jangan disini.
"Samudera anak Manajemen'13 ya? Duh, anak kesayangan bapak ini mah."
Ferdi mengikuti di balik punggung Dirga.
Double kill.
Mayang, Kalla, dan Kiara terdiam. Melongo dengan wajah bingung.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Contract [END]
Romance"Kamu mau uang?" "Siapa sih yang gak mau uang, Pak." "Maksud saya, kamu mau jadi pacar pura-pura?" "GAK MAU! SAYA BAKALAN RESIGN!" -------------------------- Samudera Isander pria tampan dan segudang wanita disisi kanan kiri depan belakang nya. T...