Ch. 9 : Berbincang

334 18 1
                                    

Bugh

Samudera di baku hantam oleh Dirga. Tubuh nya oleng untung segera Kalla tangkap. Jujur dia bingung dengan situasi ini.

Dirga menatap nyalang bos nya. Ada apa ini?

"Itu pukulan sebagai balasan perlakuan lo ke Indi dulu. Sebenernya masih kurang, tapi gue tahan dulu." Dirga berucap santai. Kalla benar-benar bingung. Siapa Indi?

Ferdi menjitak kepala Dirga sedangkan Mayang menatap khawatir Samudera dan Mba Gia menutup mata Kiara. Samudera dia meringis kesakitan.

"Ini kenapa?" Kalla bertanya menatap Dirga dan Samudera bergantian.

"Gue kaget, Dek, lo tiba-tiba pacaran sama dia." tutur Dirga. Meskipun membogem Samudera tapi Dirga tidak ada tatapan kebencian padanya. Hanya ada tatapan puas.

"Ga, janganlah kamu pukulin mahasiswa kesayangan ayah." Ferdi menyahut.

Samudera masih terlihat menyedihkan. "Lo gak papa?" pertanyaan bodoh, sudah terlihat jelas bahwa pria itu meringis.

"Her, ambil p3k. Duh, Dirga kamu jangan maen tonjok-tonjok aja." Mayang mengomeli Putra nya.

Mba Gia lantas membawa Kiara ke tempat lain. Tidak ingin membuat trauma anak nya dengan melihat pertikaian rumit ini.

"Bangsat lo," bisik Samudera pada Dirga.

"Indi cuma masa lalu, sampe segitunya." tutur Samudera lagi pada Dirga di samping nya.

"Tapi dia cukup menderita, lo gak tau aja. Maen tinggal-tinggal."

"Udah hei, kalian ini meributkan yang gak penting." Ferdi melerai. Mereka semua telah duduk di meja makan. Dua laki-laki yang duduk berdampingan itu diam setelah ditegur Ferdi.

Kalla kembali dengan kotak p3k nya. "Samu, sini gue bersihin dulu lukanya." Kalla menyuruh Samudera untuk beranjak ke ruang keluarga.

"Enak ye, lo dapetin adek gue yang baek-baek." sengor Dirga, dia tak terima adiknya menjadi pacar si berengsek bebegig.

Samudera hanya menatap sinis pada Dirga sambil mengikuti Kalla.

"Mas Dirga, udah ih, kasian." Kalla bukan berniat membela sih, dia hanya kasihan.

"Iya deh, adek gue ampe bucin gitu sama lo."

"Dirga," tegur Mayang. Dia pusing sekali dengan keributan ini.

Kalla mengajak Samudera untuk duduk di sofa panjang mengarah pada televisi di depan nya.

"Shhh... Pelan-pelan," Samudera meringis kesakitan. Bogeman Dirga tak main-main, membuat sudut bibir Samudera membiru sempurna.

"Ini udah paling pelan." gumam Kalla, masih terfokus pada lebam pria itu.

Samudera menatap lamat-lamat wanita yang mengobati nya. Jika dilihat dari dekat ini tampak manis dan cantik sekali, apalagi dengan sorot mata penuh ke khawatiran. Mengingatkan nya pada satu wanita di masalalu.

"Gila, Mas Dirga gak kira-kira nonjok, lo." Kalla berdecak.

"Dia jaman kuliah dulu emang jago gelut, lo gak tahu?"

Kalla menggeleng sembari merapihkan perkakas obat-obatan itu. "Enggak. Gue ama Mas Dirga emang ldr dari dulu sampe sekarang." jelasnya cukup menjawab pertanyaan Samudera.

"Ayo, makan." Kalla menggaet tangan Samudera.

****

Senin tiba, Kalla kembali beraktifitas seperti biasa. Ke kantor, menjadi babu dari atasan nya, dan pulang dengan beban segunung.

Sweet Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang