Part 23

6K 457 30
                                    

Seperti malam-malam sebelum nya, Hans selalu menyempatkan diri untuk melihat langit malam yang membuat diri nya tenang dan bisa berbicara sepuas apapun yang ia inginkan tanpa ada nya penolakan atau pun hal yang lain nya.

Pikiran pria itu sangat kacau beberapa hari ini karena belum juga mendapatkan jawaban apapun dari Rayno. Memang mereka sudah bertunangan tapi pemuda itu masih belum bisa menerima diri nya dalam artian mareka masih tetap menjadi asing sampai sekarang walau sudah bertunangan.

Dan sejak mengetahui bahwa pemuda itu belum bisa mencintai diri nya, entah kenapa membuat Hans sadar bahwa diri nya tidak bisa memaksa pemuda itu untuk mencintai diri nya juga walau mereka sudah bertunangan, karena Rayno juga mempunyai pilihan nya sendiri yang tidak bisa Hans mengerti.

Karena pemuda itu juga Hans menjadi pribadi yang jauh lebih sabar sekarang. Pemuda itu mengajarkan Hans penting nya sebuah kesabaran agar tidak langsung mengambil keputusan secara terburu-buru yang akan membuat diri sendiri jatuh.

Hans kembali menatap langit malam yang sangat indah malam ini, dengan begitu banyak bintang-bintang serta bulan yang bersinar dengan terang diatas sana.

"Kau mempermainkan aku hm? Saat dulu kau juga bersinar dengan sangat terang seperti ini membuat aku yakin bahwa sekarang kau berada dipihak ku namun itu semua justru berbanding terbalik dengan semua nya. Dan sekarang saat diriku tengah hancur kau juga bersinar dengan sangat terang seperti ini,"

Dengan perlahan air mata pria itu jatuh,  pria itu menjadi lebih rapuh juga sekarang. Persetan dengan orang-orang yang mengatakan diri nya cengeng karena sekarang pria itu merasa begitu hancur, disaat semesta bermain-main dengan diri nya dengan begitu mudah nya. Menjatuh kan diri nya dengan sangat keras tanpa ada bantuan seseorang pun. Disini lah pria itu merasa jika mungkin hidup pun tidak ada guna nya lagi, semesta sudah sangat jahat kepada diri nya untuk yang kesekian kali nya.

"Apa semua nya masih kurang? Kau sudah mengambil kedua orang tua ku dengan jahat nya, dan sekarang kau juga menjauhkan diri ku dari orang yang sangat aku cintai."

Napas pria itu memburu dengan kedua tangan mengepal, air mata nya masih terus turun tanpa ada penghalang pun.

"Terima kasih karena sudah memberikan rasa sakit ini kepada ku sehingga membuat diriku yakin bahwa dengan hidup pun sudah tidak ada guna nya lagi."

Kedua mata setajam elang serta memerah karena tangisan itu kembali menatap langit malam yang terlihat sangat terang karena sinar bulan dengan perasaan hancur. Setidak nya dengan menangis seperti ini diri nya bisa memghilangkan sejenak perasaan hancur serta putus asa yang menghampiri diri nya.

Setelah cukup lama menangis karena pikiran dan hati nya sedang sangat kacau, Hans memutuskan beristirahat karena sekarang sudah sangat larut.

Walau pun rasa semangat hidup nya sedang sangat turun tapi pria itu masih mempunyai akal dan juga pikiran agar tidak bunuh diri karena semua ini, ia harus tetap sehat agar bisa selalu melihat dunia berkembang. Walaupun tidak ada apapun yang bisa membuat diri nya bersemangat untuk menjalani semua ini.

Mungkin sebagian orang menganggap masalah pria itu hanyalah masalah sepele yang langsung bisa dilalui dengan mudah, namun nyata nya itu semua sangat lah sulit untuk pria itu, apa lagi harus menjalani nya sendirian. Itu akan jauh lebih sulit.

Dengan langkah pelan Hans mulai berjalan masuk kedalam kamar milik nya setelah menutup pintu balkon. Rencana nya Hans akan langsung beristirahat sampai suara dari dering handphone milik nya membuat pria itu mengalihkan tatapan sayu nya pada benda persegi panjang itu, tertera nama 'Arafa' membuat Hans bertanya-tanya kenapa pria itu menghubungi diri nya hingga sebuah pikiran serta harapan muncul didalam hati nya.

Apa Rafa menelpon untuk memberi tahu keputusan yang sudah diambil Rayno? Seperti nya begitu pikir Hans. Membuat pria itu langsung mengangkat sambungan telpon tersebut.

"Hans?"

"Iya?"jawab Hans langsung saat Rafa memanggil diri nya, terdengar helaan napas cukup berat dari seberang sana membuat perasaan Hans kurang enak.

"Besok datang kerumah saya. Sekitaran jam 10 pagi, kita akan membahas semua nya secara keseluruhan. Jika kita tetap diam seperti ini maka Rayno tidak akan memberikan jawaban apapun. Jadi besok kau datang kerumah saya, kita akan membahas semua."

"Baiklah, terima kasih."ucap Hans sebelum panggilan telpon mereka terputus, pria itu bertanya-tanya apa yang akan Rafa lakukan nanti nya untuk diri nya dan juga Rayno kedepan nya nanti.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sekitar jam 10 pagi. Hans sudah berada di rumah Rayno.

Duduk di sofa single yang ada diruang tamu, berhadapan langsung dengan Rafa yang sekarang tengah meminum teh yang baru saja Ano antarkan untuk mereka.

"Kejadian seperti ini tidak membuat saya terkejut lagi karena Papa nya Rayno juga begitu dulu nya, sampai-sampai saya harus membayar orang untuk berpura-pura menikah dengan saya sehingga membuat dia datang ke pernikahan palsu saya, dan mengakui semua nya bahwa dia juga mencintai saya. Terdengar sangat lucu bukan? Tapi jika saya tidak melakukan itu semua maka mungkin sampai sekarang dia tidak akan mengakui cinta nya kepada saya dengan alasan bahwa saya terlalu baik untuk diri nya,"ucap Rafa setelah cukup lama meminum teh yang di bawakan Ano tadi membuat Hans tersenyum tipis mendengar cerita pria itu.

"Rayno juga seperti itu, dia sangat mirip dengan Papa nya itu bukan hanya wajah yang hampir sama namun sifat nya juga sama. Mereka sama-sama tsundare dan labil jadi yang harus kita lakukan adalah, berpikir bagaimana cara agar dia mengakui semua nya atau paling tidak kita bisa mendengar jawaban dari dia," sambung Rafa setelah melihat reaksi yang diberikan Hans tadi.

"Jadi maksud anda, kita harus melakukan hal yang sama yang dulu pernah anda lakukan untuk membuat dia mengakui semua nya?"tanya Hans yang langsung membuat Rafa menganguk.

"Kurang lebih seperti itu. Sebentar lagi dia pulang dan.."

Hans menatap Rafa dengan tatapan bertanya sehingga membuat Rafa tersenyum tipis.

"Rayno belum menunjukan reaksi apapun setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Saya juga bingung dengan cara berpikir dia yang memang sangat luas, saya tidak pernah merasa keberatan jika memang dia ingin menolak anda atau bahkan langsung membatalkan semua ini dari awal. Namun karena dia sempat setuju beberapa saat yang lalu saya kira memang dia ingin membuka hati nya,

"Namun nyata nya itu semua dia lakukan. kerena diri nya merasa kebingungan, saya sangat tau bagaimana diri nya dan sekarang saya mengatakan semua ini karena saya yakin bahwa anda bisa mengerti semua ini dengan jelas, dia masih sangat labil. Butuh banyak bantuan untuk itu semua, tapi saya bisa langsung menyimpulkan jika keterdiaman nya sekarang itu karena diri nya memang tidak ingin semua ini, tidak ingin pernikahan ini terjadi. Jadi dengan sangat berat saya memutuskan untuk membatalkan semua saja."ucap Rafa dengan nada dibuat se-serius mungkin membuat Hans lagi dan lagi tersenyum tipis seperti nya Rayno sudah pulang maka dari itu Rafa mengatakan semua nya.

"Beri aku waktu sampai besok."

Terdengar suara pemuda yang sangat ia rindu kan membuat Hans ingin sekali membalik tubuh nya untuk melihat secara langsung bagaimana wajah Rayno, tapi ia tidak bisa melakukan itu karena jika diri nya melakukan itu maka semua rencana nya akan berantakan.

"Ini sudah satu minggu lebih Ray, tapi kamu tidak memberi kejelasan untuk semua nya. Dari pada nanti nya kamu masih tetap menolak Hans mendingan dari sekarang kamu menjawab semua nya agar ia bisa belajar melupakan ku dan mungkin saja akan bertemu dengan orang baru?"ucap Rafa dengan menatap Rayno dengan tatapan serius milik nya membuat Rayno menggeleng dengan pelan.

"Rayno .... mau tapi...untuk saat ini Rayno belum bisa mencintai dia.."jawab Rayno dengan kedua tangan bertaut serta kepala yang terus menunduk membuat Rafa langsung menatap Hans dengan senyuman tipis.

Bersambung..

Votmen_

CINTA HANS REVIANO {END}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang