Part 29

5.9K 473 32
                                    

Tiba di sebuah lorong yang terlihat sangat sepi Ivan melepaskan cekalan tangan nya pada lengan Rayno.

Membuat Rayno langsung menatap teman nya itu dengan tatapan bertanya.

"Lu ngapain sih? Tiba-tiba datang narik-narik gue?"tanya Rayno dengan nada kesal nya, ia baru saja bersenang-senang bersama dengan Aluna tadi tapi kenapa teman nya itu seperti tidak senang?

"Lu sadar gak sih tadi ada suami lu?"ucap Ivan dengan nada tidak santai, pemuda itu sangat tidak menyangka jika teman nya bisa selicik ini.

"Suami gue? Om Hans? Ngapain dia kesini? Mau mata-matain gue? Seharus nya gue sadar dari awal kalo dengan menikah dengan dia gue bakalan sengsara dan gak tenang,"tanya Rayno dengan beruntun, membuat Ivan hanya menatap teman nya itu dengan tatapan kecewa membuat Rayno yang sadar langsung saja terdiam.

"Udah selesai nyerocos? Sekarang gue yang bakalan bicara dan lu, mahkluk paling normal di dunia dengarin gue,"ucap Ivan dengam menekan nya kata 'mahkluk paling normal di dunia'

"Lu tadi pagi mencoba menghindar kan dengan cara berangkat pagi? Jadi dengan begitu lu gak bakalan ketemu  sama suami lu kan. Cara yang lu lakuin ini sampah banget Ray lu tau itu? Gue rasa lu gak bakalan sadar itu semua. Dia sangat mencintai lu melebihi diri nya sendiri otomatis dia bakalan sadar atas perubahan yang ada didalam diri lu, tadi lu tau saat gue sibuk baca dia nyamperin gue dan nanyain lu dimana soal nya lu berangkat gak sarapan dulu tapi bawa bekal, dia datang kesini buat mastiin lu emang makan bekal itu atau gak. Gue sama dia berpencar nyariin lu tapi gue kecolongan sama lupa kalo kebiasaan lu sekarang ini berduaan sama Aluna dilantai dua. Gue rasa tadi dia lihat lu sama Aluna mesra-mesraan terbukti dari dia yang langsung berjalan cepat hingga gak sadar kalo dia nabrak gue,

"Apa kurang nya dia Ray? Apa dia salah karena cinta sama lu? Apa ini balasan atas kesabaran dia menunggu? Gue kira setelah kalian menikah lu bakalan terima dia dengan perlahan tapi apa?"ucap Ivan panjang lebar.

Pemuda itu ingin menyadarkan Rayno bahwa sekarang didepan mata teman nya itu sudah ada seseorang yang akan selalu merentangkan kedua tangan nya untuk menyambut Rayno datang. Sedangkan gadis yang sekarang bersama dengan Rayno belum tentu bisa melakukan itu.

"Lu bicarain baik-baik sama dia tentang lu yang pacaran sama Aluna. Jelasin semua nya tentang lu yang gak akan pernah bisa mencintai dia, jelasin semua nya kalo lu menerima dia karena kasihan."

Deg!

Jantung Rayno terasa begitu nyeri mendengar kalimat terakhir dari Ivan. Ia menerima pria itu karena diri nya merasa nyaman bukan kasihan.

"Lu selesaiin semua nya. Bila perlu lu bilang aja sama dia kalo lu mau kalian cerai agar di antara kalian tidak ada yang tersakiti lagi. Mungkin dengan begitu dia bisa nemuin seseorang yang bener-bener bisa nerima dia dengan tulus."ucap Ivan sebelum beranjak dari sana meninggalkan Rayno sendirian.
.

.

.

Sekitar jam 3 sore, Rayno berjalan masuk kedalam Mension besar milik Hans dengan pelan. Tatapan kedua mata bulat itu langsung mengarah pada salah satu maid yang terlihat memperhatikan lift terus menerus membuat Rayno bertanya-tanya kenapa maid itu menatap kearah lift.

"Bi,"panggil Rayno membuat seorang maid yang sekitaran umur 50 keatas langsung menatap pemuda itu dengan tatapan khawatir.

"Tuan muda, apa saya boleh minta tolong?"ucap maid itu dengan sedikit gugup membuat Rayno menganguk dengan cepat.

"Minta bantuan apa Bi?"tanya Rayno, penasaran.

"Tuan muda bisa bantuin saya membujuk Tuan besar untuk sarapan karena tadi saat pulang dari luar, Tuan besar menolak untuk sarapan hingga sampai sekarang dia belum keluar dari kamar nya."ucap Maid itu membuat Rayno langsung terkejut.

Apa pria itu tidak sarapan karena diri nya? Pasti ini semua karena melihat ia bersama dengan Aluna tadi, Rayno sangat yakin itu.

"Baiklah, aku bakalan bantuin bibi. Tunggu ya."ucap Rayno sebelum beranjak dari sana saat melihat anggukan dari Maid itu.
__

Saat tiba didepan kamar mereka, Rayno memasuk kan sidik jari nya lebih dulu sebelum pintu berwarna hitam itu terbuka menampil kan kondisi kamar yang sangat gelap hingga tidak terlihat apapun didalam nya.

Dengan pelan pemuda itu mulai menyalakan lampu yang ada didalam kamar mereka hingga sekarang keadaan nya menjadi terang.

Mata bulat pemuda itu langsung menatap sebuah punggung lebar yang terlihat bergetar. Entahlah melihat ini semua membuat sudut hati Rayno yang lain nya merasa sakit.

Dengan pelan Rayno mulai berjalan mendekat kearah Hans yang tengah duduk disamping tempat tidur dengan tatapan mengarah pada balkon kamar mareka.

"Om ....." panggil pemuda itu dengan pelan saat sampai disamping pria itu membuat Hans langsung saja memeluk Rayno yang tengah berdiri dengan erat.

Membuat Rayno langsung berdiri dengan kaku saat merasakan peluk kan pria itu yang telihat cukup erat, tangan kecil pemuda itu secara refleks langsung mengelus rambut tebal pria itu yang terlihat cukup lembab karena keringat.

Tangisan pria itu terdengar sangat menusuk diri nya. Karena Rayno belum pernah melihat seseorang menangis sesakit ini. Apa sebegitu cinta nya pria itu hingga hanya bisa menangis melihat diri nya bersama dengan orang lain?

"Om.." panggil Rayno lagi.

"Saya lagi marah sama kamu. Jangan bicara dulu, saya cuman ingin peluk kamu agar amarah nya cepat menghilang."jawab Hans dengan suara berat dan juga serak yang Rayno bisa yakin kalau pria itu menangis cukup lama.

Cukup lama mereka berada di posisi yang sama, sebelum Hans mulai melepaskan pelukan diri nya dari tubuh kecil Rayno.

Terlihat kedua mata pria itu bengkak dan juga sembab membuat Rayno ingin tertawa melihat nya karena penampilan pria itu terlihat sangat berantakan sekarang!

"Apa kamu sudah makan?"tanya Hans dengan tatapan terus mengarah pada Rayno. Pria itu juga tidak merasa malu karena ketahuan menangisi pemuda itu karena memang begini lah ia asli nya.

"Gue sudah sarapan sama makan siang. Tapi om belum sarapan kan?"tanya Rayno dengan membalas tatapan Hans sekarang yang terasa begitu nyaman.

Pemuda itu yakin bahwa sekarang pria dihadapan diri nya masih marah namun Hans berusaha menyembunyikan nya, apa karena takut Rayno takut? Seketika Rayno tersenyum sendiri.

"Belum. Kamu membuat saya gila."ucap Hans lagi dengan kembali memeluk Rayno membuat pemuda itu bertanya-tanya kenapa Hans mengatakan itu semua.

Bersambung..

Votmen_

CINTA HANS REVIANO {END}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang