Part 24

6.1K 457 36
                                    

"Waktu lagi?"tanya Rafa dengan menatap Rayno yang tengah menunduk dengan dalam, membuat Hans hanya diam melihat apa yang nanti akan dilakukan Rafa selanjutnya. Biarlah untuk sekarang Hans ingin melihat alur yang dibuat Rafa lebih dulu agar diri nya bisa mengikuti semua nya dengan lancar nanti nya.

"Daddy," suara Rayno terdengar sedikit serak karena demi apapun suara daddy nya sekarang sama persis seperti saat memarahi pemuda itu jika bolos sekolah dulu, sangat menyeramkan membuat Rayno takut.

Sedangkan Hans langsung menatap Rafa dengan tatapan khawatir karena pria itu tidak menyangka bahwa Rayno akan menangis sekarang, ia tidak rela membuat pemuda yang sangat ia cintai menangis sekarang.

Sedangkan Rafa langsung membalas tatapan Hans dengan tangan yang sedikit bergerak menandakan jika Rafa menyuruh Hans untuk diam dulu untuk sekarang. Membuat Hans mau tidak mau menganguk dengan pelan.

"Kemari. Daddy tidak pernah mengajari kamu untuk menangis disituasi yang seperti ini, kamu harus menyelesaikan semua nya lebih dulu sebelum menangis seperti ini."ucap Rafa dengan nada tegas nya membuat Rayno mau tidak mau berjalan mendekat kearah daddy nya itu sebelum mengambil tempat duduk disamping daddy nya.

"Dengarkan daddy. Hans sudah dua kali memberikan kamu waktu untuk menjawab semua nya tapi apa? Kamu hanya diam tanpa memberi kejelasan apapun dan sekarang kamu ingin meminta waktu lagi? Kata kan saja jika kamu tidak ingin semua ini terjadi Rayno, agar Hans berhenti berharap sama kamu."

Rayno menggeleng dengan ribut mendengar perkataan daddy nya, ia tidak ingin Hans pergi tapi dia juga tidak bisa membuka hati nya untuk pria itu, sangat sulit untuk itu semua.

"Baiklah Rayno mau."jawab Rayno pada akhir nya setelah terdiam cukup lama.

"Kau yakin? Setelah ini tidak ada lagi acara diam-diam an atau bahkan menghindar dari semua nya. Kamu sudah menerima semua nya itu arti nya kamu juga siap untuk membuka hati kamu dengan perlahan untuk Hans."ucap Rafa pada akhir nya membuat Rayno menatap daddy nya sejenak sebelum menganguk dengan pelan.
.

.

.

.

.

.

.

"Anjing! Gue bingung bangsat! Haaaaaa!" Dengan sangat kencang Rayno berteriak didalam kamar mandi milik nya karena pemuda itu sangat yakin bahwa tidak akan ada yang mendengar suara nya sekarang.

Sekarang pikiran pemuda itu tengah sangat kacau. Beberapa hari yang lalu ia baru saja menyatakan cinta nya pada Aluna dan sudah diketahui semua mahasiswa dan juga mahasiswi yang ada di kampus nya. Dan tadi siang dengan bodoh nya ia juga menyetujui pernikahan diri nya dengan Hans yang akan dilakukan beberapa bulan lagi!

Rayno seperti dihadapkan dua pilihan yang membuat diri nya tidak bisa memilih salah satu nya. Disatu sisi diri nya ingin menjadi pria normal dengan mencintai Aluna, namun disisi yang berbeda diri nya merasa nyaman diperlakukan dengan begitu manis oleh Hans.

Padahal pemuda itu sangat yakin bahwa ia normal tapi kenapa diri nya melalukan semua ini? Ia seperti tidak bisa jauh dari Hans entah karena apa itu.

Apa lagi saat mengingat perkataan daddy nya jika mereka akan menikah beberapa bulan lagi, Rayno masih belum siap untuk itu semua. Katakan lah bahwa ia sangat labil serta tidak punya pendirian karena itulah yang dirasakan Rayno sekarang ia merasa bahwa diri nya sangat labil.

"Gue bingung.. gue takut... gue.." Rayno terdiam  saat mengingat perkataan Hans sebelum pria itu pulang tadi.

"Terima kasih karena sudah mau memberikan jawaban dan juga menerima saya. Sebisa nya saya akan membantu kamu nanti nya setelah kita menikah agar kamu bisa sedikit menerima cinta saya atau bahkan mungkin juga kamu akan membalas cinta saya juga nanti nya."

Kata-kata Hans terus terngiang dalam pikiran Rayno. Pesona serta perhatian pria itu memang tidak bisa ditolak oleh akal dan juga pikiran Rayno karena sekuat apapun ia menolak pasti selalu gagal karena ke lembutan pria itu mampu meruntuhkan pendirian yang selama ini Rayno bangun.

Kedua mata bulat Rayno menatap pantulan diri nya sendiri didepan cermim, tatapan pemuda itu penuh dengan rasa frustasi hingga.

"Yang harus gue lakuin cuman mengikuti alur yang sudah ditentu kan buat gue, apapun yang terjadi nanti nya."ucap Rayno dengan yakin, pemuda itu akan mengikuti alur yang sudah ditentukan untuk diri nya lebih dulu serta mencari tau jati diri nya yang masih belum jelas alias abu-abu.
.

.

.

.

.

.

Seperti biasa sekitar jam tujuh pagi Rayno sudah berada didepan rumah Ivan dengan tatapan bosan. Huh pemuda itu bosan jika harus berteriak setiap pagi nya, kan kasihan suara emas milik nya terbuang sia-sia..

"IVAN! BERANGKAT KUY!"

Namun yang nama nya Rayno pasti selalu berteriak setiap pagi nya saat berangkat ke kampus membuat tetangga sudah terbiasa dengan teriakan pemuda itu, malah jika pemuda itu tidak merusuh maka akan terlihat sangat aneh.

Sekitar satu menit kemuduan terlihat Ivan keluar dari dalam rumah dengan berjalan mendekat kearah motor yang sudah terparkir dengan sangat mulus dihalaman rumah sebelum naik keatas motor milik nya. Sedangkan gerbang dibuka kan oleh Rayno seperti biasa.

"Nanti gue mau cerita di kantin."ucap Rayno sebelum naik keatas boncengan milik Ivan sebelum mesin beroda dua itu berjalan dengan kecepatan diatas rata-rata.
____

Sekarang Ivan dan juga Rayno tengah berada di kantin dengan sebungkus somay ditangan masing-masing dengan ditemani es teh yang menambah kesan nikmat yang ada.

Ivan menatap Rayno yang tengah sibuk memakan somay dengan perasaan pensaran, pemuda itu sekarang lebih kalem dari sebelum nya karena Zani sering menasehati pemuda itu untuk mengurangi kata-kata kasar nya dan terbukti sekarang dengan perlahan Ivan bisa sedikit berubah.

"Gue... udah terima om Hans,"ucap Rayno setelah cukup lama sibuk dengan makanan ditangan nya membuat Ivan langsung saja menatap temam nya itu dengan tatapan bingung sekaligus penasaran.

"Kemarin dia datang kerumah. Mungkin itu atas kemauan daddy karena pengen bicarain tentang pembatalan pernikahan gue sama om Hans membuat gue ngerasa tidak terima ngedenger nya. Mungkin terdengar sangat tidak punya pendirian kan? Tapi itu lah yang gue rasain sekarang. Gue cinta sama Aluna dan juga berharap bisa menjadi normal dengan berdekatan dengan dia tapi di sisi yang lain gue ngerasa nyaman jika berada didekat om Hans, perhatian dia bikin gue ngerasain nyaman. Padahal gue sangat yakin bahwa gue normal tapi kenapa gue bisa ngerasain semua itu pada Om Hans? Apa karena dulu waktu kecil gue gak dikasih banyak kasih sayang maka dari itu sekarang gue pengen ada seseorang yang bisa kasih gue kasih sayang yang begitu banyak."ucap Rayno dengan menunduk membuat Ivan menggenggam tangan teman nya itu dengan pelan.

"Lu lagi di masa labil nya Ray. Gue yakin cepet atau lambat lu bisa menemukan jati diri lu, gue cuman bisa kasih semangat buat lu dan juga dukungan."jawab Ivan yang lamgsung membuat Rayno menganguk dengan pelan.
_

"Sayang?"

Baik Rayno maupun Ivan langsung mengalihkan tatapan mereka saat mendengar suara Aluna. Gadis itu tengah tersenyum menatap Rayno sebelum mencium pipi pemuda itu dengan pelan.

"Aku kangen sama kamu."ucap Aluna dengan mengambil tempat duduk disamping Rayno, tidak lupa tangan gadis itu langsung memeluk lengen Rayno dengan manja membuat Ivan ingin muntah rasa nya melihat kelakukan gadis didepan nya sekarang.

Ingin menyuruh Rayno menjauhi gadis itu tapi Ivan tidak berani melakukan itu.

Bersambung..

Votmen_

#sorry terkesan lambat cerita nya

CINTA HANS REVIANO {END}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang