Mallia berulang kali mengubah posisinya karena matanya terus terjaga. Pintu biliknya diketuk beberapa kali. Melihat jam yang menunjukkan tengah malam, tidak mungkin itu teman-temannya. Mereka pasti sudah menjelajahi alam mimpinya masing-masing. Dengan tangan bergetar membuka kenop pintu. Matanya membulat sempurna melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
"Hyu ... kenapa kamu disini?" Bisik Mallia agar tak ada yang mendengarnya.
"Lelaki itu bukan pacar barumu 'kan, Al?" V mendorong badan Mallia dan membuat tubuh Mallia terhuyung hingga jatuh ke ranjangnya.
"Kamu mabuk lagi, Hyu?" Mallia mencium bau wine yang menguar dari badan V.
"Aku enggak suka badan kamu dipegang sama cowok lain, Al." Gumam V. Mallia terus mencoba melepaskan badannya dari kungkungan V. Namun, semuanya tak membuahkan hasil karena V lebih kuat dari dirinya.
Pintunya belum dikunci, bagaimana kalau tiba-tiba ada yang masuk kesini? Batin Mallia dengan terus berusaha melepaskan badannya dari kungkungan V.
Mallia mengelus rambut V dan mencoba menyadarkannya, "Hyu ... jangan begini ya, aku tidak memiliki pacar lain. Hanya kamu yang ada di hatiku, Hyu. Berbaringnya di sampingku ya ... jangan di atas ku. Aku tak bisa bernapas."
Hyu malah menyusupkan wajahnya di ceruk leher Mallia. "Aaa ... jangan begini, Hyu." Cicit Mallia dengan tubuh bergetar. Dalam kondisi seperti ini dirinya benar-benar takut Hyu melakukan hal yang tak seharusnya karena pengaruh wine.
Hyu bergerak membuat badan Mallia makin menegang karena merasakan lembutnya bibir yang menyentuh kulit lehernya, air mata pun akhirnya mengalir. Mallia menangis dalam diam karena takut.
"Hmmmh ... Al kamu," V bangkit lalu menumpu badannya dengan kedua tangan di samping kepala Mallia, "Kamu menangis? Kenapa?"
"Jangan begini Hyu ... aku bisa jelaskan semuanya. Itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan." Mallia mencoba berkata meskipun tersendat-sendat.
Hyu malah menghapus air mata yang membasahi pipi Mallia. "Dia siapa?"
"Teman kuliah Qiana."
"Lalu kenapa meluk kamu?"
"Katanya biar fotonya bagus."
"Kamu diem aja?"
"Aku pikir kalau aku udah geser duduk aku biar lebih dekat sama temen dia yang ada di sampingku, pegangan itu akan dilepaskan sebelum mengambil fotonya. Namun, ternyata dia tetap memegang bahuku ...."
"Mulai besok ... jangan mau diajak foto sama laki-laki lain tanpa seizinku, Al. Aku cemburu." Potong V.
Mallia menganggukkan kepalanya, "Hyu bisa kau bangkit? Aku tak enak dengan posisi ini. Akan kucari kan kacang untuk menghilangkan kemabukan mu."
Hyu menurut, dia turun dari ranjang dan duduk. Mallia akan beranjak keluar untuk mengambil kacang, tapi tangannya ditarik dan mengakibatkan Mallia duduk di pangkuan V.
"Aku tak mau kacang. Aku mau memelukmu dan menghilangkan bekas lelaki brengsek itu!" Tegas V.
Mallia kembali menegang. Baru kali ini dia merasakan bagaimana sifat V jika cemburu. Cukup menakutkan bagnya yang hanya berstatus sebagai kekasih yang disembunyikan dari publik. Apalagi sekarang dia juga dalam keadaan mabuk.
V menempelkan dagunya di pundak Mallia kemudian memejamkan matanya dan menghirup aroma tubuh Mallia yang akhir-akhir ini menjadi candu baginya.
"Hyu ... pintunya belum dikunci, kalau ada yang masuk akan menjadi gosip." Cicit Mallia.
"Memangnya siapa yang berkunjung ke kamarmu malam-malam?" Teriak V membuat Mallia kaget dan buru-buru berlari ke arah pintu lalu menguncinya.
Mallia merosot ke lantai dan menutup wajahnya, helaan napasnya memburu, sabar ... sabar, dia sedang dalam pengaruh wine. Jangan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Boys | On Going
FanficMenjadi pacar seorang idol terkenal bukanlah hal yang mudah. Itulah yang dirasakan oleh Mallia saat ini. Banyak hal yang mereka lalui dengan berbagai resiko. Cinta itu ... kian hari semakin mendarah daging, V tak bisa mempublikasikan hubungan ini. N...