2. Awal Mula Kehancuran

3.3K 395 170
                                    

Ada sebagian scene Memetik Bulan yang aku selipin lagi. Mager ya saay kalo ngarang lagi wkwkwkwkwkkwkwwk.

Mulai BAB ini, alurnya mundur ya, sampai beberapa BAB ke depan. Isinya berupa proses gimana Maura sampe memutuskan untuk "melarikan diri".

===

BEBERAPA BULAN YANG LALU

Sejak kecil, Maura selalu dituntut menjadi perempuan yang sempurna oleh Mami. Pantang mendapatkan nilai 99, karena nilai 100 adalah suatu hal yang mutlak. Harus menyabet juara satu di setiap lomba, karena juara dua sungguh memalukan.

Awalnya Maura giat belajar karena takut diberi hukuman oleh Mami, tapi semakin lama dia melakukannya karena haus akan pujian Mami, yang nggak pernah dia dapatkan seumur hidup.

Tuntutan kesempurnaan nilai perlahan mengubah Maura menjadi rajin belajar. Sejak menduduki bangku Sekolah Dasar, Maura sudah melupakan kegiatan bermain.

Waktunya habis terpakai untuk belajar, les, praktek, dan belajar lagi. Maura umur tujuh tahun lebih sibuk ketimbang pekerja di Jakarta. Jadwalnya padat akan kegiatan sekolah yang dilanjut dengan les ini itu. Mulai dari les Matematika, Bahasa Asing, berenang, melukis, akting, hingga les musik dan vokal. Rumah hanya dijadikan Maura tempat untuk tidur.

Mami Maura dulunya adalah artis lawas yang kurang terkenal. Bisa menyanyi tapi hanya sekedar peka akan nada. Karir beraktingnya pun nggak bersinar. Mami menumpukan beban-beban mimpinya yang belum sempat terwujud pada anaknya, Maura.

Mami memiliki ambisi menjadikan anaknya artis papan atas. Bertekad membentuk bakat keartisan Maura sejak dini.

Setelah dirasa memiliki kemampuan yang mumpuni, Mami mendaftarkan Maura ke berbagai casting dan kejuaraan pencarian bakat menyanyi kategori anak.

Apakah Maura lolos dan menang? Jawabannya bukan iya, tapi memang harus menang. Maura sampai kehilangan suara beberapa hari karena memaksakan dirinya berlatih keras. Lama kelamaan sifat ambisius Mami menurun dan melekat pada Maura.

Di tengah sibuknya jadwal menyanyi dan syuting, nilai pelajaran Maura kecil masih cemerlang. Karena dia tetap belajar dan mengerjakan tugas di tengah waktu rehat yang sempit.

Pernah suatu ketika, tubuhnya nggak mampu diajak kerja sama saking lelahnya. Maura jatuh sakit, dia mendapatkan nilai 95 pada ujian Matematika karena nggak teliti. Lalu...Mami marah besar. Maura gemetar ketakutan. Tubuhnya selalu bereaksi seperti ini ketika menghadapi amukan Mami.

"Mi, maafin Momo. Momo nggak teliti," lirih Maura. Saat itu dia hanya seorang anak perempuan berumur sembilan tahun.

"Kamu harus tidur di gudang! Nggak ada jatah makan malam!" Mami menarik paksa lengan Maura, menyeretnya ke dalam gudang kecil yang pengap, berdebu, dan lampunya mati. "Anak bodoh! Buat apa Mami keluar uang banyak untuk biayin kamu les ini itu! Ngerjain soal aja nggak becus! Masa kayak gitu aja nggak bisa?" teriak Mami seraya menutup pintu.

Maura menangis tergugu sambil duduk memeluknya kakinya. Sesenggukan memanggil Papi yang sudah tiada.

Maura pernah merasa menjadi princess, anak terberuntung di dunia kala Papi masih hidup. Lalu Papi meninggal saat Maura TK, dan hidup Maura berubah 180 derajat.

Mami kian ambisius. Maura kira Mami berubah karena sedih akan kehilangan Papi. Tapi dua tahun kemudian Mami sudah menikah lagi, sosoknya malah semakin menyeramkan. Nggak segan menghukum Maura jika melakukan satu kesalahan kecil.

Semakin bertambah umur, hukuman untuk Maura kian berat. Tapi berbanding lurus dengan usaha Maura yang semakin keras. Dia nggak mau lagi dihukum Mami. Meski nggak pernah dipuji oleh Mami, Maura terus mengisi sugesti pada alam bawah sadarnya. Maura, kamu pintar, kamu kuat, kamu hebat, kamu cantik, kamu sempurna, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau.

Sampai Tak Terlihat LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang