"Baraaaaa ...." Suara lembut nan manja yang setengah merengek itu tak mengusik Bara yang tengah menghabiskan sarapannya.
Pagi-pagi sekali pria itu akan pergi ke kantornya dan pulang larut. Dia adalah tipe atasan yang disiplinnya terlalu berlebihan.
Suara manja perempuan cantik bergaun mini di sampingnya serasa tak mengusik kepalanya yang tengah berisik memikirkan urusan pekerjaannya.
"Baraaaa? Kita 'kan sudah janji mau makan malam sama mama dan papa. Masa kamu lupa?"
Bara tetap diam saja seakan wanita itu tak ada. Meskipun perfeksionis dan menyebalkan, wanita-wanita yang bersama dengannya itu dari kalangan artis dan model ternama. Bisa dibilang hartanya sangat menutupi keburukan akhlaknya yang terlampau durjana itu, pikir Kinara yang tengah mengepel tak jauh dari sana.
"Baraaaa? Ya? Ya?" Wanita itu terus menggandeng lengannya dengan manja.
"Tidak. Saya sibuk!"
"Tapi, 'kan sebentar aja, Bara."
Lagi-lagi Bara terdiam membuat wanita di sampingnya tiba-tiba berdiri dengan wajah kesal.
"Dasar gila kerja!!"
Dia langsung pergi dengan wajah kesal. Bara tak mengejarnya, dan tetap melanjutkan sarapannya dengan tenang seolah tak terjadi apapun. Seperti sudah biasa dikatai oleh wanita.
Kinara yang melihat pemandangan itu tak banyak berkata.
Tak lama seorang wanita lain berpakaian mini masuk dan menghampiri Bara. Sudah seperti magnet. Dimanapun seorang Bara, di situlah para wanita berada.
"Sayang?"
Bara hanya tersenyum singkat seperti dipaksakan. "Hai."
Wanita itu langsung duduk di atas meja dengan tak sopan sambil melihat Bara dengan tatapan penuh arti. Entah apa yang mereka bicarakan, karena suaranya hanya terdengar sedikit berbisik, tapi yang pasti tiba-tiba saja mereka sudah akan melakukan suatu tindakan yang membuat Kinara cepat-cepat berlalu dari ruangan itu. Ya, berzina tepat di atas meja makan.
Kinara langsung seperti buta dan tuli di rumah itu. Sejujurnya dia hanya ingin mengatakan satu kata, "Menjijikan".
Agak lama Bara sudah keluar dari ruang makan menuju mobilnya digandeng oleh wanita sebelumnya dengan gaun dan dandanan yang sedikit berantakan.
Sebelum keluar, Bara sempat melirik sekilas pembatunya yang tengah melap meja dengan cekatakan itu.
"Bersihkan dengan benar. Saya tidak ingin ada debu di balik vas bunga dan di sudut! Apa kamu mengerti kenapa saya menggaji kamu?!"
Kinara langsung menunduk hormat. "Baik, Tuan."
***
Setiap hari setidaknya Kinara harus membersihkan sebanyak dua kali ruangan yang sama, itu berlaku untuk semua ruangan di rumah yang cukup besar itu. Karena bagi Bara, sekali saja tak cukup. Itu semua membutuhkan tenaga ekstra yang membuat setiap hari gadis itu kelelahan.
Kinara yang baru saja beristirahat di pinggir ranjang mendadak diusik oleh telepon rumah yang berdering.
"Halo?"
"Tolong antar map merah yang ada di atas meja kerja saya. Sekarang!"
Tak menanti balasan ucapan Kinara, sambungan telepon langsung terputus begitu saja.
Dengan sekuat tenaga menahan lelahnya, Kinara pergi ke perusahaan Bara membawa apa yang dicari oleh pria itu. Tapi, baru sampai di depan kantor, sebuah motor melintas dengan sedikit cepat menyerempet Kinara yang membuat gadis itu terjatuh.
Kembali dengan susah payah dirinya berjalan dengan pincang karena kaki kirinya terluka.
Sesampai di lantai atas, dia hendak menitipkannya saja pada sekretaris Bara, tapi pria itu sudah keluar lebih dulu dari ruangannya dan merebut paksa dokumen di tangannya itu.
"Kenapa lama sekali?! Tidak becus!" kata pria itu dengan ketus sebelum berlalu begitu saja. Meninggalkannya yang masih terpaku. Tak lama hujan terbendung di matanya. Hari itu dia menjadi sedikit sensitif dengan perlakuan Bara.
***
Jika bukan karena pelecehan seksual yang dilakukan oleh pamannya, Kinara mungkin masih merasa memiliki tempat pulang.
Tapi, pelecehan malam itu telah merenggut segalanya. Masa remaja dan masa SMAnya yang berwarna mendadak berisi hal-hal menyedihkan. Dia sempat hamil meskipun keguguran, mencoba melaporkannya pada Polisi, tapi tak pernah diproses. Orang-orang sekitarnya justru menyalahkannya, padahal dia adalah korban.
"Salah sendiri badanmu terlalu berisi!" Dia ingat sekali dengan kalimat itu. Seolah peristiwa pelecehan itu adalah salahnya, bukan salah pelaku.
Mencoba mencari pertolongan dengan menghubungi gurunya yang mengenal aktivis perempuan dan didampingi untuk proses hukum pun tak pernah direspon cepat.
Pada akhirnya masa SMAnya harus berakhir dengan menerima kenyataan bahwa dia kalah dan harus menyerah.
Satu-satunya harapan adalah menyusul ibunya ke Malaysia, tapi dijualnya ia ke bar adalah pemutus harapannya.
Dia ingat dengan jelas saat malam itu dia disiksa oleh pria pemilik bar itu sebelum diberikannya kepada Bara.
"Saya mohon Tuan jangan lakukan ini kepada saya! Saya mohon!"
Pria yang tengah membuka jasnya itu langsung melayangkan satu tamparan.
Plak
"Apa kamu tahu, saya membayar mahal untuk ini! Sok suci!" ucap Bara dengan dingin tepat di hadapan wajahnya.
"Saya mohon Tuan, saya mohon." Kinara sampai memeluk kakinya seperti akan mencium kaki pria itu. "Saya akan lakukan apapun asalkan jangan suruh saya melakukan itu. Saya mohon."
Bara tetap tak peduli dan terus melepaskan pakaiannya satu per satu, tapi moodnya hancur saat mendengar Kinara terus berteriak dan menangis histeris. Dia tak pernah diperlakukan demikian, karena seumur hidupnya, wanita akan melayaninya dengan sukarela.
Alhasil dia membatalkan niatnya setelah meludah ke wajah Kinara.
"Murahan!" Suaranya terdengar sangat ketus sebelum keluar dari ruangan yang sedikit temaram itu.
Kinara yang tengah menatap keluar taksi itu membiarkan wajah dan rambutnya diterpa oleh angin dari arah luar. Manik hitamnya seperti hanya melihat gambaran dunia yang berwarna abu-abu dan semua di sekitarnya terasa tawar.
.
.
"Apa perempuan itu tidak pantas meraih apa yang boleh diraih oleh pria? Apa perempuan itu harus selalu lemah? Apa perempuan itu indah untuk menjadi pelampiasan hawa nafsu pria semata?"
***
Bismillah
Teman2 pembaca yang baik hati, cerita ini mungkin kontennya agak berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya. Aku berusaha memakai adegan yang tidak keluar jalur tentu saja, tapi jika ada yang sedikit keluar jalur, mohon ingatkan aku, ya.
Terima kasih ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara VS Mr. Perfeksionis (TAMAT)
Spiritual📚 PART LENGKAP #Karya 12 Kinara hanya memiliki dua cita-cita, yaitu membawa kembali ibunya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia dan bisa melanjutkan kuliah. Keluarga ibunya yang masih memegang prinsip bahwa wanita tak perlu sekolah tinggi karena d...