Epilog

2.4K 147 5
                                    

Tak terasa waktu cepat sekali bergulir. Setelah menyelesaikan program master di Jepang, Kinara pulang dan bekerja di Dharma Bangsa.

Beberapa tahun kemudian kontrak Wiji pun berakhir, dan wanita paruh baya itu mengikuti saran anaknya untuk pulang dan menetap di tanah air.

Atas persetujuan Bara, Kinara sudah menyiapkan rumah untuk ibunya itu dekat dengan rumah mereka. Biaya hidup Wiji pun akan ditanggung sepenuhnya oleh keluarga Bara.

Hari itu Kinara yang menjemput di bandara dan begitu wanita paruh baya itu terlihat, manik hitam Kinara berkaca-kaca. Dia langsung mendekat dan memeluk Wiji erat-erat.

"Selamat datang kembali di tanah ini, Ibu. Selama ini ibu yang berkorban, tapi mulai sekarang, biar Kinara yang menjaga ibu." Dia berjanji pada dirinya tidak akan membiarkan Wiji kembali bekerja keras dan kembali ke negara orang lain.

Setelah sekian lama, dia menepati janji pada dirinya dan ibunya. Proses untuk merealisasikan janji itu memang butuh waktu, tapi janji itulah yang menjadi salah satu motivasi terbesarnya dalam menghadapi setiap tantangan dalam hidupnya.

Pada akhirnya, dia membawa ibunya kembali.

Dulu Wiji yang berkorban, sekarang dia tidak akan lagi membiarkan hal itu terjadi.

Ibunya harus menikmati hidup dan bahagia, pikir Kinara.

***

Kinara dan Bara baik-baik saja. Keduanya begitu bahagia bisa memiliki keluarga kecil. Ditambah lagi sudah dianugerahi anak laki-laki berusia 3 tahun bernama Arkana Aziz Rafardhan.

Malam itu Bara diundang ke sebuah talkshow milik salah satu stasiun televisi, dan tak lupa datang bersama anak dan istrinya yang mendapat tempat duduk khusus di kursi penonton.

"Anda baru merilis buku. Selama ini Anda tidak pernah melakukannya. Apa yang mendorong Anda untuk merilis buku?" tanya Diman. Pria muda yang menjadi host dalam acara itu.

"Tanya istri saya," jawab Bara enteng.

Sontak semua penonton tertawa termasuk Kinara pun tak kuasa menahan tawanya. "Hahahahahahahahahaha ...."

"Istri saya akademisi. Suka mengoreksi skripsi mahasiswa. Jadi saya lihat semangat mahasiswanya luar biasa. Ada yang sampai 7 tahun baru lulus pun masih betah dan pantang menyerah. Saya pikir, saya termotivasi dari hal itu.

"Menulis berarti membagikan pemikiran dan pengalaman. Orang bisa belajar dari pengalaman usia 30an, walaupun dia baru berusia 20an. Karena dia membaca dan belajar lebih dini tanpa harus sampai di usia 30an atau tanpa harus mengalami pengalaman serupa terlebih dahulu. Sangat menghemat waktunya," lanjutnya.

"Jangan bilang istri Anda yang mengoreksi tulisan Anda."

Bara menahan senyumnya. "Tidak salah lagi."

"Hahahahahahahahaha ...." Penonton kembali tertawa dengan jawaban entengnya.

"Anda terlihat sangat mengagumi istri Anda."

"Sangat." Bara tidak dapat menyembunyikan rasa kekagumannya dari raut wajahnya. Dulu perusahaannya adalah rumahnya, sekarang Kinara adalah rumahnya.

Diman langsung beralih ke arah Arkan yang tengah duduk tenang di kursi penonton tepat di samping ibunya. "Arkan? Kalau sudah besar ingin seperti Bunda atau ayah?"

Bara ingin tertawa menatap ekspresi datar anaknya. Pria kecil itu masih terdiam sebelum ibunya berbisik di telinganya seolah memperjelas pertanyaan Diman.

"Unda," jawab pria kecil itu enteng yang memantik tawa Bara, Kinara, Diman, dan penonton.

"Hahahahahahahaha ...."

Kinara VS Mr. Perfeksionis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang