Bara terlalu takut pulang ke rumahnya dan mendapati bahwa tak ada Kinara yang membukakan pintu untuknya, membawakannya minum, membawa jas dan tasnya, dan tak lupa menyiapkan air panas untuknya.
Dia tak sanggup setelah bertahun-tahun makan sendirian dan harus kembali sendiri saat tak ada Kinara di kursi yang biasa ditempati oleh gadis itu.
Dia terlalu takut dan memilih melarikannya ke bar. Minum-minum seperti biasa dengan lampu temaram, dentuman musik dan wanita-wanita berpakaian seksi yang mengelilingi dan menggodanya terus menerus.
Namun, bukan itu masalahnya. Dia tak pernah kehabisan stok perempuan untuk dikencani maupun ditiduri, sayangnya hanya ada Kinara di hatinya. Setiap dia ingin berzina, dia merasa seperti akan mengkhianati Kinara yang membuatnya mengurungkan niatnya.
Tiba-tiba seorang wanita cantik berwajah oval dengan gaun merah menyala datang dan mengusir perempuan-perempuat yang mendekati Bara. Dia langsung duduk di samping pria itu.
"Bara? Kamu kok sendirian aja?" tanyanya dengan suara menggoda. Tangannya naik mengusap wajah pria itu sambil menatapnya dengan tatapan memuja. "Aku boleh nemenin kamu malam ini?"
Bara memilih diam dan tetap minum walaupun sudah sangat mabuk. Dia seolah tak peduli pada siapapun lagi.
"Bara? Kenapa kamu diam aja sih?"
Sekuat apapun wanita itu menggoda dan mengajaknya bicara, tapi nihil. Bara tetap diam saja dan tak peduli.
"Kenapa Bara?"
Tak lama Dava sudah muncul bersama Sheila. Sontak manik coklat Sheila langsung membelalak lantaran sangat murka mendapati pemandangan Bara bersama wanita lain.
Dava mendekat dan langsung memapah Bara agar pulang. Berbeda dengan Sheila yang langsung meraih botol bekas minuman Bara sebelumnya.
Tanpa pikir panjang, dia langsung memukul kepala wanita yang sudah mengganggu pujaan hatinya itu.
PRAAAAAKKKK
"AA ...." Wanita itu meringis kesakitan saat kepalanya dihantam benda keras dan tak lama langsung mengeluarkan darah.
"BERANI BANGET LO SAMA CALON SUAMI GUE!!"
Sheila masih tak puas. Dia mengayungkan kembali botol di tangannya dan untuk kedua kalinya menjadikan kepala wanita itu sebagai sasaran.
PRAAAAAKKKK
Botol itu pecah di atas kepala wanita itu. Seketika wanita itu terjatuh di tempat. Wafat.
Tangan Sheila langsung bergetar. "HAH?"
Seisi bar mendadak berhenti dan melihat ke arahnya dengan wajah tanpa ekspresi. Sheila melihat mereka semua dan kembali melihat wanita yang tak ada tanda-tanda bangkit itu.
Dengan sedikit salah tingkah, dia mendadak ingin pergi, tapi bagian keamanan langsung menangkapnya.
Malam itu juga Sheila ditangkap oleh pihak kepolisian. Tak ada intervensi apapun. Dia ditangkap sebagai satu-satunya tersangka dalam penyerangan yang menewaskan Siskarinda Widya Atmaja.
"Ayah? Ayah tolong aku, Ayah. Aku enggak sengaja, Yah. Aku enggak sengaja. Aku enggak mau di sini ...." Sheila terus menangis dan memegang tangan Adji.
"Ayah pasti bebasin kamu. Tenang, Nak, tenang." Adji masih yakin dengan pengaruh dan uangnya.
Dia berusaha menelepon sejumlah koneksinya untuk membebaskan putri tunggalnya itu dari jeratan hukum, tapi anehnya semua koneksinya tak mengangkat teleponnya. Hal yang sangat aneh dan membuatnya bertanya-tanya.
"Siapa Siskarinda Widya Atmaja?"
Asistennya mendekat dan berbisik, "Dia anak dari anggota DPR dan cucu dari mantan Kapolri sebelumnya, Pak. Purnawirawan Jenderal Handoko."
Sontak wajah Adji memerah, napasnya mulai tak teratur, tangannya bergetar, dan dadanya terasa sangat sakit. Tak menghitung lama, dia terkena serangan jantung.
Pria itu sudah paham, bahwa dia tak akan mungkin mengintervensi proses hukum jika latar belakang Siska adalah demikian.
***
Plak
"Ini semua gara-gara kamu!"
Bara tak paham saat dia ditampar begitu saja oleh Naufal, padahal dia baru saja bangun dari tidurnya.
Kepalanya yang masih terasa pusing membuatnya tak sanggup bertengkar dengan pria paruh baya di hadapannya itu.
Naufal hanya melakukan itu dan langsung keluar dari kamarnya membuat Bara heran. Dia masih tak paham mengenai apa salahnya.
Begitu menyalakan TV, berita utama menampilkan seorang anggota DPR bernama, Suseno Atmaja yang tengah berbicara dalam sebuah konferensi pers.
"Saya minta, Sheila Anastasya Widyaguna, anak konglomerat Adji Widyaguna ditindak tegas atas pembunuhan keji yang telah dilakukannya!!"
"Hah? Pembunuhan?" Bara kaget dan langsung meraih ponselnya. Dia mendapati panggilan berkali-kali dari Adji. Dia berusaha menelepon kembali, tapi hanya asisten Adji yang mengangkat.
"Pak Adji sedang kritis, Pak."
Bara langsung memegang kepalanya. Dia baru bangun dan harus mendapati kenyataan, seolah tertinggal semua informasi.
Tak lama dia kembali mencari berita dan mendapati banyak berita tentang pembunuhan yang melibatkan Sheila sedang hangat diperbincangkan. Lebih mengagetkan lagi adalah dilakukan di bar yang semalam disinggahinya.
Sejumlah netizen pun ikut berkomentar.
"Ini perempuan emang bar-bar sih dari dulu. Kasihan Bara yang ada dalam hubungan yang toxic."
"Udah anak konglomerat, apa salahnya anteng aja sih? Masih aja berulah."
"Kelakuannya kayak preman bahkan pembunuh bayaran. Enggak banget."
"Salahin bokap dan nyokapnya tuh. Didik anak macam putri raja yang semua hal harus sesuai kemauan dia sampai harus nyelakain orang."
"Yang setuju bokapnya juga diselidiki, ngacung. Biasa 'kan anak enggak jauh-jauh beda dari bokapnya."
"Boikot produk dari perusahaan bapaknya. Jijik perusahaannya pembunuh!"
"Pokoknya harus divonis hukum mati. Kejam amat jadi orang."
Bara masih tak habis pikir. Kepalanya yang sudah pusing bertambah pusing. Semua terasa sangat membingungkan baginya dan terasa sangat cepat. Saat dia mencari informasi dan hanya mendapatkan satu fakta dari kenalannya.
"Akan sangat sulit dibebaskan, karena korban anak dan cucu dari orang yang berpengaruh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara VS Mr. Perfeksionis (TAMAT)
Spiritualité📚 PART LENGKAP #Karya 12 Kinara hanya memiliki dua cita-cita, yaitu membawa kembali ibunya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia dan bisa melanjutkan kuliah. Keluarga ibunya yang masih memegang prinsip bahwa wanita tak perlu sekolah tinggi karena d...