"Masuklah!"
Sejenak Kinara terpaku saat mobil sedan mewah itu sudah berhenti di hadapannya. Dia hanya teringat sedikit kenangan saat pertama kali Bara membawanya dari bar.
Gadis itu langsung masuk dan duduk di kursi belakang.
"Duduk di depan! Saya bukan supir kamu."
Kinara langsung kikuk dan keluar untuk berganti tempat duduk di kursi yang berada di samping pria itu.
Mereka berangkat lebih awal dari yang dijanjikan. Semula pukul tujuh pagi berganti menjadi setengah tujuh pagi.
Tampilan Bara sedikit membuat Kinara pangling. Jika biasa pria itu selalu mengenakan setelan jas yang tampak formal, maka saat ini dia hanya mengenakan celana kain berwarna navy dan kemeja putih yang digulung sesiku yang disisip pada celananya. Tak lupa topi berwarna hitam lengkap dengan kaca mata hitam. Gayanya tampak sangat santai.
Sudah setengah perjalanan pun, Kinara belum tahu tujuan mereka. Meskipun mereka sudah sempat berbincang semalam, bukan berarti Kinara sudah terbebas dari rasa ketakutannya terhadap Bara.
"Mohon maaf Tuan, kita mau kemana Tuan?" tanyanya mencoba memberanikan diri.
"Dharma Bangsa. Kita sudah pernah kesana."
"Tuan sedang mengisi acara?" Sejujurnya Kinara agak takut bertanya terus.
"Tidak juga. Saya cuma mau lihat-lihat saja. Makanya saya sampai menggunakan sesuatu yang tidak mencolok. Ganti mobil yang murah dan pakai pakaian yang tidak terlalu formal dan mencolok. Ini semua agar tidak menarik perhatian."
Kinara hampir melongo. Bagaimana Bara mengira bahwa sedikit perubahan itu membuatnya tak akan mencolok? Keduanya mungkin tak tahu, tapi bahkan mobil yang dirasa Bara paling murah pun masih di atas standar mobil yang dipakai oleh rektor. Belum lagi segala atribut pada diri Bara. Pakaian hingga topi, kaca mata, dan jam tangan itu jika ditotal bisa mencapai 1 miliar lebih. Dan, dia masih bilang bahwa dirinya tidak akan mencolok?
Saat melintasi sebuah taman yang ditanami bunga matahari, Bara buru-buru menunjuknya.
"Lihatlah, Kinara."
Kinara langsung mengikuti arah tunjuk Bara. Melihat keluar jendela di sampingnya. Seketika dia langsung tersenyum lembut membuat Bara sekilas mencuri-curi pandang. Ada rasa bahagia di hatinya membuat Kinara tersenyum.
"Persis seperti yang kamu tanam," ujar Bara.
Kinara langsung menoleh ke arahnya. "Tuan mengingatnya?"
"Tentu saja."
Sontak Kinara langsung tersenyum lembut ke arahnya dengan binar di matanya. Bara sampai deg-degan dibuatnya dan cepat-cepat menatap fokus ke depan lantaran salah tingkah.
Kinara pun langsung tersadar dan menunduk cepat. "Maaf, Tuan."
"Bagaimana bisa gadis berusia 20 tahun ini membuat saya salah tingkah? Tck."
Bara sudah meniduri segala jenis perempuan, tapi mendadak kaku dengan perempuan di sebelahnya itu.
Akibat kejadian itu, mereka tak berbincang hingga sampai di Dharma Bangsa.
Sekilas dia menatap kalung berbandul bunga matahari yang ada di leher Kinara.
Sesampai di Dharma Bangsa, rupanya pagar utama memasuki kompleks universitas itu masih ditutup.
"Kenapa masih sepi, Tuan?" tanya Kinara memberanikan diri.
"Ya, karena di Dharma Bangsa jadwal kegiatan perkuliahan dimulai pukul delapan pagi. Hal yang lumrah. Hampir semua kampus demikian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara VS Mr. Perfeksionis (TAMAT)
Spiritual📚 PART LENGKAP #Karya 12 Kinara hanya memiliki dua cita-cita, yaitu membawa kembali ibunya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia dan bisa melanjutkan kuliah. Keluarga ibunya yang masih memegang prinsip bahwa wanita tak perlu sekolah tinggi karena d...